4

2 0 0
                                    

Rasanya Zamora sudah lelah mencari bukti-bukti yang bisa menemukan penjahatnya. Hari-hari Zamora jalani dengan bekerja setelah itu berkelana untuk mencari bukti-bukti konkret yang bisa ia gunakan untuk menangkap penjahatnya.

Hari ini, Zamora pergi ke kantor polisi untuk meminta bantuan agar semakin cepat penjahatnya tertangkap. Ia pun tidak sudi membiarkan orang yang sudah mencelakainya tidak ditangkap dan bebas saja berkeliaran di luar sana.

"Rei, kamu bisa berbagi informasi dengan polisi ini, ya, agar lebih cepat penemuannya," ujar Zamora sambil menatap polisi didepannya. Rei mengiyakannya saja.

=====

Dua hari telah berlalu dengan cepat, pagi ini Zamora memutuskan untuk menaiki angkutan umum, yaitu bis, disebabkan oleh Rei yang tidak bisa menjemputnya membuatnya menaiki bus. Sudah dua hari kegiatannya berlangsung seperti orang normal, yaitu menaiki bis dan pulang menaiki bis. Hal lain pun ia urus sendiri, sehingga Rei benar-benar fokus pada pencarian penjahatnya.

Zamora berdiri di tepi halte sembari melongok ke kiri dan kanan untuk mencari tahu apakah ada bus. Tetapi, ketika ia sedang mencari bus yang akan berhenti di haltenya, netranya menangkap sosok lelaki yang membuatnya terdiam di tempat. Menatap rambutnya yang memantul-mantul karena berlari. Gemas, dan menawan langsung menyergap pikirannya tentang lelaki tersebut. Seakan tidak enggan memuji paras lelaki itu, Zamora tersenyum lebar ditempatnya.

"Haii, Josh!! Lama tidak lihat," sapa Zamora dengan senyuman lebarnya. Tampaknya, Zamora langsung bersemangat jika melihat kehadiran lelaki itu.

"Oh, hai juga, Zamora... Kamu naik bus?" tanya Joshua dengan napas yang masih tersengal-sengal.

"Iya, Josh."

"Mau satu seat?" tawar Joshua dengan tatapan yang intens, menatap Zamora.

"Lihat saja nanti, Joshua." Zamora tidak mau berharap lebih. Kalau dikasih ya, syukur, kalau tidak pun, tidak apa-apa.

"Ayo, itu busnya sudah datang," ujar Joshua sambil menggandeng tangan Zamora, Zamora yang sedang tidak fokus hanya melihat tangannya yang bertaut dengan telapak tangan Joshua. Hangat. Ia harap semesta akan selalu merestuinya.

Keduanya memasuki bus dengan tangan saling tertaut. Diam-diam Zamora tersenyum tipis. Akankah hari-harinya akan semanis hari ini? Zamora harap begitu.

Setelah didalam bus, Joshua menghela napas kecewa, ia tidak mendapatkan apa yang ia mau. Kursinya penuh, dan ia desak-desakan di bus karena banyaknya penumpang hari ini. Rush hour memang memuakkan.

"Begini saja, tidak apa-apa, kan, Mora?" Joshua menatap Zamora yang diam saja. Joshua menggoyangkan tangan Zamora yang didalam genggamannya. Zamora pun hanya mengangguk karena tidak tahu harus menjawab apa. Jantungnya berpacu terlalu kencang, membuatnya bingung ingin melakukan apa.

Disaat ia sedang melihat jalan, rem tiba-tiba membuat beberapa penumpang yang berdiri di belakang mendorongnya kedepan. Zamora yang berada di depan Joshua pun ikut terdorong, namun Joshua dengan cepat menangkap gagang kursi, dan memeluk Zamora yang tidak mempunyai pegangan. Ketika bus sepenuhnya berhenti, Joshua cepat-cepat melepas pelukannya pada Zamora. Zamora yang tidak tahu apa yang terjadi hanya mematung ditempat. Kaget.

"Tadi kenapa, Jo?"

"Rem tiba-tiba. Sorry, ya, tadi meluk. Soalnya takut kamu jatuh kedepan," jelas Joshua dengan perasaan tidak enaknya.

Zamora tersenyum tidak enak juga, "makasih."

----

Seharian ini, Zamora sudah menghabiskan tenaganya untuk memajukan Zebref Corp. membuat Zamora ingin cepat-cepat pulang. Namun, mendapat chat dari nomor tak dikenal yang menyuruhnya jangan pulang lebih dulu, pun, membuat Zamora berdiam di rooftop sore itu.

Hotel AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang