2

2 0 0
                                    

Pagi harinya seperti hari-hari biasa, tidak ada yang berubah karena Zamora bukanlah pengangguran yang bisa berleha-leha sepanjang hari. Rei sudah menjemputnya dari jam enam pagi, dan Rei biasanya menunggu Zamora mandi hingga siap dan mengantar Zamora ke perusahaannya.

Ketika Zamora berjalan masuk ke perusahaannya, ada lelaki berjas hitam mengikutinya, tatapannya seperti kurang yakin, seperti sedang mencari seseorang. Ketika Zamora berhenti, lelaki itu menabrak punggung Zamora yang untungnya bisa Zamora tahan, lalu berbalik, dan bertanya, "Anda sedang mencari siapa? Kenapa mengikuti Saya?"

"Oh.. Saya mencari Zamora.. apakah itu Anda?"

"Ya.. itu saya. Kenapa, ya?"

"Oh, saya chat hp anda tapi tidak di balas. Saya yang kemarin menolong anda," ucap lelaki itu.

"Oh ... iya-iya saya ingat. Maaf saya dari kemarin belum mengaktifkan hp saya. Jadinya saya tidak tau kalau ada pesan dari anda ..." tutur Zamora merasa bersalah.
"Jadinya kemarin berapa ongkosnya? Saya bayarin saja, hitung-hitung ucapan terimakasih saya pada anda karena sudah menolong saya ..."

"Tiga puluh ribu... tapi bisa tidak di ganti hal lain?" tanya lelaki itu.

"Tidak bisa.." ujar Zamora sembari berjalan masuk ke perusahaannya. Malas bernegosiasi.

"Zamora... saya ingin hal lain ..." pinta nya sembari mengekori Zamora tapi tidak digubris. Rei yang melihatnya hanya mendiamkan saja, daripada nanti kena semprot Zamora. Ia tahu sekali watak Zamora, yang sehari-hari berada di sampingnya.

"Tidak bisa." Zamora berjalan ke lift untuk ke ruangannya. Ia memberi tanda agar Rei membiarkan ia berdua dengan lelaki itu dan menyuruh Rei menggunakan lift lain agar tidak menunggu.

"Zamora ... Saya ingin menawarkan hal yang lain.. tolong dengarkan saya dulu.." pinta lelaki itu yang kini masuk ke dalam lift dimana Zamora juga masuk.

"Nama anda siapa? Saya belum berkenalan dengan anda dari kemarin.." tanya Zamora saat pintu lift menutup.

"Saya Joshua Kent," ucap Joshua dengan senyum tipisnya yang tidak kelihatan oleh Zamora karena Joshua dibelakangnya.

"Nama anda bagus.. saya menyukainya," ceplos Zamora dengan senyumnya.

"Saya juga menyukai nama anda.. Zamora Rebrary. If u listened it well, it's beautiful," puji Joshua dengan cengirannya yang manis.

"Terimaka--" Belum sampai Zamora menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba saja lift yang mereka naiki berhenti ditempat. Padahal ini tinggal lima lantai saja untuk sampai ke ruangan Zamora. Percikan listrik yang menyebabkan lampu mati membuat Joshua dengan cepat melindungi kepala Zamora.

Setelah memastikan Zamora aman, Joshua pun duduk di lantai lift dengan posisi menyandar ke bagian belakang, menunggu petugas perusahaan menyelamatkan mereka. Zamora yang seharusnya sudah berada di ruangannya pun memencet tombol bel atau tombol yang mengindikasikan lift tersebut mengalami masalah. Zamora tidak langsung duduk seperti Joshua, ia mondar-mandir tidak jelas sembari memantau hpnya yang kehilangan sinyal, padahal wifi di perusahaannya ada di setiap lantai, dan hp Zamora terhubung dengan semua wifi itu.

"Duduk saja Zamora.. nanti kalau sudah terbuka baru berdiri. Biasanya hal begini akan memakan waktu lumayan lama. Mending duduk saja," saran Joshua yang mulai capek melihat Zamora mondar-mandir tidak jelas didepannya.

"Ck!" Zamora berdecak kesal atas saran Joshua, namun alih-alih tak mendengarkan Joshua, Zamora malah ikut duduk di samping Joshua membuat Joshua tersenyum kecil.

Satu jam telah berlalu, dan entah bagaimana bisa Zamora tertidur di pundak Joshua. Joshua hanya diam, dan melamun, namun ketika ia sadar, tiba-tiba saja Zamora sudah tertidur menyandar di pundaknya. Joshua pun melirik ke Zamora, dan mendapatkan beberapa anak rambut Zamora yang menghalangi wajah Zamora membuat Joshua segera menyingkirkan anak rambut itu dengan diselipkan ke belakang telinga Zamora. Joshua hanya diam sambil memandangi Zamora yang tertidur lelap di pundaknya.

Zamora terlihat sangat cantik saat tidur. Seperti putri kerajaan yang selalu siap bangun ketika ada perang. Wajah Zamora yang bulat, bukan oval membuatnya makin lucu dan menawan. Rasanya Joshua pun betah jika harus memandangi wajah Zamora yang sedang tertidur. Joshua sadar, ia menyukai orang yang ada di depannya sejak ia pertama kali bertemu. Netra Zamora membuatnya sadar bahwa betapa ia mendambakan mata itu melihatnya dengan rasa cinta yang dalam.

Tiga jam kemudian pintu lift pun sudah terbuka dengan pemandangan Zamora yang masih tertidur di pundak Joshua. Rei yang melihatnya pun segera menghampiri Zamora untuk dibanguni dan bekerja seperti biasa. Sebelum keluar dari lift, Rei menatap Joshua lalu berkata, "terimakasih." Joshua yang mendengarnya hanya diam dan ikut keluar.

Walau hanya diam, Joshua tetap mengekori Zamora yang masih setengah sadar. Joshua belum menegosiasikan hal yang ia mau. Dan Joshua tidak mau mendapatkan hal yang sia-sia.

Setelah Zamora sepenuhnya sadar, Joshua yang tadinya duduk di sofa tamu segera berdiri dan menghampiri meja Zamora.

"Zamora... Saya punya keinginan lain. Saya tidak mau uang," mohon Joshua.

"Apa yang anda mau Joshua? Saya ingin bekerja, dan bukan untuk diganggu anda," kesal Zamora.

"Anda suka sama saya?" tanya Joshua tanpa ba-bi-bu karena ia cukup mendambakan hal ini.

"Tidak. Sudah, kan? Sudah cepat sana keluar. Temui saya disaat pulang kerja. Jangan di jam kerja!" tegas Zamora yang memanggil Rei dari ruang sebelah untuk mengusir Joshua. Joshua yang sudah mendapat jawaban hanya berjalan meninggalkan Zamora dengan lesu. Namun, tanpa diketahui oleh Joshua, pipi Zamora bersemu merah. Sebenarnya ia juga menyukai Joshua, namun gengsinya yang besar membuatnya berkata hal itu. Hal yang bertentangan dengan apa yang ia katakan.

====

To Be Continued

Hotel AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang