Hari ini bukan hari yang spesial, namun karena Rebzef Corp. membuka lowongan kerja, membuat Zamora yang biasanya pergi ke perusahaannya jam 7 pagi menjadi jam 6 pagi karena Zamora yang akan memilih siapa yang akan ia terima untuk menjadi karyawannya. Zamora memang mempunyai HRD, tapi itu untuk lulusan D1 hingga S1. Jika melewati hal itu, Zamora suka turun tangan untuk melihat kualitas orang tersebut. Bukan ia suka ikut campur, hanya saja, ini untuk perkembangan perusahaannya.
Sejak Zamora tiba di Zebref Corp. orang-orang yang ingin melamar sudah berjejer rapi menunggu dirinya. Ketika Zamora lewat, yang lain hanya melihat saja, namun ada satu orang yang membuat Zamora penasaran karena menyapa dirinya layaknya teman karib.
"Haloo!! Selamat pagiii.." sapa lelaki itu dengan nada bercanda. Ia juga sedikit membungkukkan badannya, Zamora hanya tersenyum dan membalas dengan anggukan kepala.
Interview kerja pun berlangsung, setelah dua jam Zamora menginterview, selama itu pula Zamora belum menemukan kriteria yang diperlukannya. Peserta selanjutnya pun mengetuk pintu lalu dibalas dari dalam membuat peserta itu memasuki ruangan interview. Hanya ada dua orang disana, serta satu orang berdiri di sudut ruangan.
Itu adalah Zamora. dan HRD nya, serta yang berdiri di sudut ruangan adalah sekretaris Zamora. Rei hanya mengamati karena tugas sebenarnya adalah memberitahukan jadwal Zamora. Serta karena tidak ada tugas, dan berkas-berkas yang harus dirapikan, Rei hanya mengikuti Zamora.
Zamora menatap orang yang baru memasuki ruangan ini tadi. Lelaki itu berdiri dengan wajah canggungnya, itu adalah lelaki yang tadi menyapa Zamora. Entah dia kaget atau apa.. yang pasti wajahnya menunjukkan kecanggungan.
"Permisi? Ini bener, kan, ruangannya?" tanya lelaki itu.
"Iya betul. Silahkan duduk," ujar Zamora dengan ramahnya. Lelaki itu mengedip beberapa kali, lalu berkata, "Anda yang tadi saya sapa, kan?"
"Iya," jawab Zamora dengan senyumnya. Rei sempat terpaku dengan senyum yang terpahat di wajah Zamora. Baru kali ini ia melihat Zamora tersenyum pada karyawannya, dalam acara interview pula.
Lelaki itu yang tadinya canggung pun memahat sebuah senyum di wajahnya yang tampan. Lalu duduk sesuai permintaan Zamora. Bedanya, ia lebih kalem daripada tadi.
"Sudah siap interview?" tanya HRD perusahaan Zebref Corp.
"Sudah, Bu," jawab lelaki itu dengan senyumnya. Tangannya menyilang sopan di pahanya.
"Apa motivasi anda yang membawa anda melamar di perusahaan Zebref Corp.?" tanya HRD nya setelah melihat profil lelaki didepannya itu.
"Zebref Corp. adalah perusahaan yang saya yakin dapat menaungi kemampuan saya dalam berbisnis. Perusahaan Zebref Corp. sangat serasi dengan tujuan saya yang hampir sama dengan berdirinya perusahaan ini," jelas lelaki itu.
"Sebelum lanjut, bisakah anda memperkenalkan diri anda?"
"Ah iya.. nama saya adalah Defazus Easton. Saya berkuliah dengan menempuh jenjang S2 di Universitas Diponegoro. Saya pribadi sudah memiliki ketertarikan terhadap perusahaan Zebref Corp. sejak saya masih berkuliah. Dulunya, saya ingin memiliki pengalaman kerja disini sebagai new comer, tetapi ternyata saya lebih berjodoh dengan perusahaan lain, tetapi ketika kontrak saya tidak diperpanjang, saya ingin memiliki pengalaman kerja disini karena saya merasa cocok dengan Zebref Corp." jelas Easton dengan lugas. Keteguhan dalam kata-kata Easton membuat Zamora menampilkan senyum simpulnya.
"Kalau anda tidak lolos, apa yang akan anda lakukan selanjutnya?"
"Saya tidak akan menyerah begitu saja.. saya pasti akan mengevaluasi diri saya, dan akan kembali melamar di perusahaan ini."
"Baik. Hasil interview akan diumumkan secepatnya ..." ucap HRD perusahaan Zebref Corp.
Easton pun berdiri dengan senyum kecil di wajahnya, lalu memberi 'hi' singkat pada Zamora, setelah itu, ia berkata, "nama anda siapa?"
"Zamora," jawab Zamora singkat, lalu mempersilahkan untuk keluar.
Setelah keluar, HRD perusahaannya menoleh pada Zamora yang sedang membaca profil pelamar tadi, lalu bertanya, "Dia menarik perhatianmu, kah?"
"Iya, tolong rekrut dia."
"Siap." HRD itu pun keluar ruangan karena sudah selesai. Begitupun Zamora yang sudah beranjak dari sana menuju ruangannya.
----
Keesokan paginya, Easton menemui Zamora karena ia keterima kerja, dan ia pun sudah mulai bekerja hari ini. Namun, sebagai bentuk terimakasihnya, ia mengunjungi Zamora terlebih dahulu.
"Haloooo! Makasih, ya, Bu, sudah menerima saya bekerja di perusahaan Ibu..." ucapnya dengan senyum manis yang terpatri.
"Anda pikir, saya hanya meloloskan anda saja? Tanpa imbalan?" Zamora berdiri dari tempatnya, mendekati Easton yang berada tak jauh dari mejanya.
"Imbalan?" ulang Easton dengan keraguannya.
"Iya. Jadilah sahabat saya. Bagaimana? Bukankah itu cukup menarik?"
"Bersahabat dengan pemilik perusahaan? Waduh.." ragu Easton akan tawaran Zamora.
"Ayolah.. aku tidak akan membuatmu dalam bahaya. Aku hanya ingin mempunyai teman ngobrol."
"Eum.. baiklah.. akan kuterima."
----
Kini sudah sebulan sejak Easton menjadi sahabatnya. Zamora pun semakin dekat dengan Easton yang terkadang sampai digosipkan oleh para pegawai lain. Easton mah cuek saja. Toh yang ngajak bukan dirinya.
Jam istirahat sedang berlangsung, setelah Rei mengantar makanannya, Easton pun datang ke ruangannya karena Zamora jarang mau diajak ke kantin perusahaan.
"Rei, kamu boleh keluar," titah Zamora pada Rei yang berdiri di pojok ruangan. Rei pun mengiyakannya, setelah keluar, suasana menjadi hening karena tidak ada yang mau berujar duluan.
"East.. aku pengen cerita.." ucap Zamora sebagai pemecah keheningan. Easton pun mengangkat alisnya.
"Apa? Perusahaan kenapa?" tanya Easton tak kaget pasalnya, Zamora memang sering menceritakan masalah perusahaan pada dirinya.
"Bukan! Ini beda lagi.."
"Yang mana lagi?" tanya Easton
"Kan aku pernah ceritain cowo yang pernah tolongin aku pas aku pulang, kan? Nah, dia itu ganteng banget tau... sampe pas ditolongin tuh aku diem beberapa saat karena ganteng banget..."
"Terus? Kamu suka?" tebak Easton dengan penasaran
"Iya... cariin cara dongg biar bisa makin deket.."
"Kalian sebulan aja ga ada ketemuan.." Benar sih, Zamora pun menyetujui hal tersebut. Apa ia harus menemuinya? Tapi.. ia tidak mempunyai nomornya.
"Kamu punya nomornya, ga, East?"
"Mana punya ..." celetuknya tajam. Malas menanggapinya.
Selagi mereka berbincang, interupsi dari dering hp Zamora menghentikan aktivitas mereka. Zamora pun berdiri dan menjauh dari Easton. Kebiasaan Zamora ketika ditelepon oleh sekretarisnya.
"Kenapa, Rei?" jawab Zamora
"Aku nemuin bukti yang nyelakain kamu di hotel. Tapi, kurang jelas, aku harap kamu bisa mengecek surelmu ketika tidak ada kegiatan atau keperluan mendesak. Vidio itu diambil dari belakang penjahat, jadi kita cuma bisa melihat punggungnya," jelas Rei diseberang sana.
"Yasudah, terimakasih. Terus lanjutkan sampai semua ini terkuak. Mohon bantuannya, Rei." Zamora pun mematikan sambungannya lalu kembali duduk didepan Easton yang tidak tahu apa yang terjadi.
"Kenapa?" tanya Easton dengan wajah penasaran.
"Tidak.. tidak ada yang kenapa-napa. Mungkin kita bisa lanjut ngobrolnya... Jadi, tadi gimana....."
=========
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Hotel Accident
RomanceSaat Zamora sedang mengadakan pesta ulang tahunnya yang ke 21, Zamora membukanya untuk umum. Disana, ia diperhatikan oleh lelaki yang merupakan suruhan salah satu penjahat yang ingin menyakitinya. Kira-kira apa ya yang terjadi pada dua orang ini? Da...