Sebelum malam tiba, Zamora menelepon Joshua untuk menemaninya tidur di malam hari nanti. Permintaan ini bukan semata-mata hal yang enteng, ini menyangkut suatu kepercayaan Zamora pada Joshua. Pada saat di kantor polisi kemarin, ia sempat melihat wajah Joshua dalam sketsa pelaku. Ia takut firasat yang ia punya ini, benar, dan tidak dapat disangkal.
Namun, ia terus meyakini dirinya bahwa Joshua adalah lelaki yang baik, lelaki yang akan menjaganya sampai kapanpun. Lelaki yang mencintainya dengan sepenuh nyawanya. Bayang-bayang yang tak pasti terus menghantuinya dengan fakta yang entah bagaimana kebenarannya.
Joshua yang telah menyelesaikan berbagai macam tugas, pun, ia segera menuju ke rumah Zamora dengan motor besarnya yang membuat berbagai macam mata melirik ke arahnya. Setelah sampai di rumah Zamora, Joshua segera masuk ke dalam rumah dengan suara yang memanggil Zamora. Zamora yang mendengar Joshua memanggil namanya, ia segera turun untuk menyambut kekasihnya itu.
"Hai.. apa kabar, sayang?" sapa Joshua dengan senyum melukis wajah rupawannya.
"Baik.. Jo. Kamu sendiri, gimana? Baik-baik aja, kan?" tanya Zamora balik. Ia mendekat lalu memeluk Joshua rindu. Debaran jantungnya meningkat kala tangan besar Joshua melingkari pinggangnya.
"Sangat baik, Sayang.. aku disini untuk nemenin kamu tidur, kan?" tanya Joshua
"Iya.. mau, ya?" bujuk Zamora
"Iya, sayang.. aku temenin.." Tangan besar Joshua meraih pinggang Zamora lalu membawanya ke atas untuk bersantai bersama di kamar Zamora. Baru kali ini Joshua memasuki kamar Zamora untuk menemani Zamora tidur.
Dari tadi, walaupun samar tetapi terlihat bahwa Joshua mengamati apa yang ada di dalam kamar itu. Gerak-gerik nya terlihat santai, tidak memiliki panik.
"Kenapa, Jo?" tanya Zamora yang melihat netra Joshua menjelajah kamarnya.
Joshua mencium kening Zamora, lalu berkata, "Gapapa.. hanya saja, kamar kamu bagus.." Joshua tersenyum menatap Zamora. Zamora pun membalas senyumnya dan memeluk tubuh Joshua.
"Kamu mau nonton apa?" tanya Joshua
"Damsel. Kata temanku, film itu bagus.."
"Oke, sayang," tutur Joshua mengiyakan.
Lalu Joshua pun menyambungkan hp ke tv untuk menonton film damsel bersama kekasih hatinya. Setelah disetel, keduanya pun menonton dengan posisi Joshua setengah bersandar pada kepala kasur dan Zamora bersandar pada tubuh Joshua yang telanjang dada. Hal itu telah disetujui oleh Zamora.
Mereka berdua menonton hingga larut malam. Menuju selesainya film, Joshua melirik ke arah Zamora, dan ternyata Zamora tertidur dengan tangannya yang mengelus surai Zamora. Ia pun segera mematikan tvnya lalu membetulkan posisi tidur Zamora agar nyaman dan bangun dengan badan segar. Ia pun tidur, memeluk Zamora dan membiarkan Zamora hangat di dadanya.
Di tengah malam, Joshua terbangun dengan kondisi lapar. Ia pun beranjak dari kasur dengan hati-hati, memakai baju dan topi, lalu keluar beli makanan. Tapi, tanpa diketahui oleh Joshua, sebuah pasang mata sedari tadi mengawasinya. Kini, Zamora telah salah paham. Zamora malah mencurigai Joshua keluar untuk menyelesaikan misinya. Jam yang menunjukkan pukul 00.20 membuat Zamora yakin bahwa Joshua lah yang menusuknya di saat ulang tahunnya ke-21.
Joshua pun kembali ke rumah Zamora setelah membeli makanan yang ia inginkan untuk makan. Ia memakannya di dapur dan membuangnya di tempat sampah depan rumah Zamora. Setelah itu kembali tidur karena kantuk menyerangnya.
Paginya, rumah Zamora yang semula tentram mulai berisik karena sirine mobil polisi yang menjaga pintu masuknya. Joshua yang lelah, mulai terbangun akibat suara sirine, begitupun dengan Zamora.
"Sayang.. ini ada apa?" tanya Joshua dengan setengah nyawanya yang belum terkumpul.
"Ga tau.."
Polisi pun masuk ke rumah Zamora dengan izin bodyguard yang berjaga di depan rumah Zamora. Joshua masih mempertanyakan bagaimana pagi-pagi begini sudah ribut oleh suara sirine, dan sekarang ditambah dengan polisi yang bisa masuk ke rumah Zamora, dan kini dua polisi mengarahkan senjata ke arahnya dari depan pintu kamar Zamora. Zamora pun berdiri dari situ dan keluar dari kamarnya.
Dengan aba-aba tertentu, kini tubuh Joshua sudah dikunci oleh salah satu polisi itu dalam keadaan tengkurap. Tentu saja Joshua kaget bukan main. Ia yang tidak tahu-menahu hanya bisa diam, daripada nanti sebuah peluru bersarang di kepalanya.
"Dengan saudara Joshua, betul?" tanya polisi itu dengan kertas di tangannya
"Betul.. ada apa, ya?"
"Apa anda yang menjadi pelaku yang menusuk nona Zamora saat ulang tahunnya yang ke-21 belum lama ini?" tanya polisinya tanpa menjawab pertanyaan Joshua
"Saya? Bukan.. bukan saya!! Saya berani bersumpah!! Saya tidak pernah melakukan itu.. lagipula saya adalah kekasih Zamora, dan saya bertemu Zamora sesudah kejadian itu. Karena saya sendiri yang menolong Zamora yang pada saat itu terjatuh akibat kakinya yang belum terlalu bisa jalan," ucap Joshua tegas.
Kedua polisi itu saling beradu pandang, seakan berbicara lewat mata, keduanya melepas Joshua dan menghampiri Zamora kemudian melaporkan bahwa tidak jadi menangkap Joshua karena Joshua mengaku tidak menusuk, dan Zamora pun mengiyakan. Bagaimana perasaan Zamora ketika pernyataan itu ada, jangan ditanya. Ia bimbang setengah mati, mau percaya atau tidak percaya dengan ucapan Joshua karena mau bagaimanapun yang namanya pencuri tidak akan pernah mengaku dirinya mencuri. Betul, kan?
Setelah polisi-polisi itu keluar dari rumahnya, ia menghampiri Joshua, memeluk Joshua, dan menenangkan Joshua yang mungkin tidak mengerti. Terlihat dari pandangannya yang sangat-sangat kebingungan.
"Maaf."
----
Sore hari ini hujan turun dengan derasnya, lantunan musik dewa 19 mengalun lembut di udara. Dengan jendela yang terbuka, kursi yang sudah usang, dan secangkir whiski di genggaman. Tangannya sesekali mengusap pinggiran cangkir dengan tatapan sendu. Di sebelahnya, botol whiski berdiri tegak menantang siapapun untuk masuk ke dalam lembah indahnya.
Joshua sekali lagi mengingat kejadian tadi pagi. Jelas ia kaget melihat polisi tiba-tiba menodong dirinya. Tapi kalau diingat-ingat lagi, polisi tersebut tidak meleset dalam ucapannya.
Ia pun menenggak habis secangkir whiski di tangannya. Sekali lagi membiarkan dirinya terbang dalam keindahan tiada tara. Mata sayu Joshua menatap botol whiski di sampingnya, pikirannya berkecamuk. Beberapa rintik-rintik air hujan menerpa dirinya, membangunkannya yang sedang dalam pengaruh alkohol. Tanpa berpikir panjang, Joshua menenggak whiski itu hingga tandas. Beberapa saat kemudian, ia membiarkan matanya beristirahat disertai angin yang masuk dari jendela yang dibiarkan terbuka. Botol whiski yang tandas di meja menjadi saksi bisu betapa kalut pikiran Joshua hari itu.
====
TO BE CONTINUED
KAMU SEDANG MEMBACA
Hotel Accident
RomanceSaat Zamora sedang mengadakan pesta ulang tahunnya yang ke 21, Zamora membukanya untuk umum. Disana, ia diperhatikan oleh lelaki yang merupakan suruhan salah satu penjahat yang ingin menyakitinya. Kira-kira apa ya yang terjadi pada dua orang ini? Da...