13. Panggilan Baru.

212 14 2
                                    

Pukul 16.30 WIB

Ceklek

Gus Zay yang baru pulang dari Kantor santriwan membuka pintu kamarnya, lalu memasukinya. Aroma mint yang menyeruak diseluruh ruangan, kamar yang luas, rapih, membuat siapa saja yang masuk akan menyimpulkan bahwa kamar ini nyaman.

"Assalamualaikum," Salamnya.

Gus Zay meneliti setiap kamar, ia mengernyit bingung, dimana Istrinya itu?

"Ra?"

Tak ada jawaban, ia kembali memeriksa di kamar mandi dan tak ada juga, kemudian ia membuka pintu perpustakaan mini yang ada di kamarnya, hasilnya nihil, tidak ada.

Matanya menyipit kala melihat pintu balkon kamarnya yang membuka, ia berjalan menuju balkon, lalu melihat ke sisi kanan, dan ya akhirnya ketemu juga sama ini manusia. "Ra," Panggil Gus Zay kedua kalinya.

Ayra masih berdiri dengan tangan yang menumpu dipagar balkon, pandangan lurus kedepan. "Asslaamualaikum." Bisik Gus Zay tepat disebelah telinga Ayra.

"ANJ---Allahuakbar Gus! Eh, Waalaikumussalam."

Gus Zay menatap Ayra datar. "Tadi ngomong apa yang pertama?"

Ayra mengelus tengkuknya. "T-tadi reflek aja! Gus nya sih, ngagetin tau!" Elaknya.

"Alasan kamu,"

"Lain kali jangan berbicara kasar, Sayang. Tidak baik, nanti menjadi kebiasaan buruk." Ujarnya seraya mencubit hidung Ayra pelan.

Ayra sedikit salting, namun ia tahan. Sebenarnya ia malas untuk mengeluarkan rasa salah tingkahnya, namun apalah daya jika berdekatan dengan lelaki satu ini membuat hatinya terus berdebar tak karuan.

Ayra memalingkan wajahnya kesamping, membuat Gus Zay terkekeh pelan. Namun, Ayra kembali melamun.

"Hey,"

Panggilnya seraya melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Ayra.

Sudah dua hari semenjak kejadian Raka memintanya untuk memberi kesempatan, ia sengaja tak keluar Ndalem, dengan alasan masih sakit, nyatanya sudah sembuh.

"Dari kemarin, ngelamun terus. Kenapa?"

Ayra menoleh. "Gak papa kok Gus, hehe, gabut aja." Senyumnya tipis.

Gus Zay menghela napas pelan. "Kalo ada masalah, cerita sama saya, Aysa" Ujarnya seraya mengelus atas kepala Ayra.

Ayra menoleh cepat kearah Gus Zay, mengernyit bingung ketika mendengar nama panggilan yang diberikan Gus Zay untuk dirinya.

Gus Zay terkekeh. "Saya sekarang memanggil kamu dengan sebutan itu. Panggilan sayang saya untuk kamu. Aysa---Ayra sayang."

Blush

"Oke, giliran kamu yang menyiapkan nama panggilan sayang untuk saya. Harus itu." Ujar Gus Zay, menatap Ayra dengan senyum jahil.

"Panggil Gus aja, Gus!" Tolaknya dengan tidak menatap tatapan mata Gus Zay.

"Gus itu panggilan umum untuk santri-santri ke saya, sedangkan kamu? Kamu Istri saya." Gus Zay mencoba untuk membela dirinya.

Ayra menghela napas panjang. "Yaudah," Pasrahnya.

Jari telunjuknya ia menempel didagu, seraya memikir keras.

"Gimana kalo, A'a?" Idenya.

"Saya bukan orang sunda, Ay." Tolak Gus Zay.

"Em, Kalo Honey?"

"Itu terlalu Inggrisnabel."

"Kalo.. By?"

ZAYYANAYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang