10. Terungkapnya Rahasia.

227 19 2
                                    

"Gus, maafin saya dong!"

"Kemarin, saya gak sengaja ngomong gitu,"

"Ih gus! Jawab napa,"

"GUSS!" Panggil Ayra yang entah beberapa kalinya meminta maaf kepada Gus Zay yang kini sedang berada di pendopo pesantren.

"Hiks... capek" Tiba-tiba terdengar isakan kecil dari Ayra yang menelungkupkan wajahnya dikedua lututnya.

Gus Zay panik. "Eh, bangun, jangan kaya gini Zaujati."

"Yaudah, maafin dulu!"

Gus zay menghela napas pelan. "Iya saya maafkan. Tapi jangan nangis ya," Ucapnya sembari mengelus kepala Ayra.

Ayra yang aslinya tidak menangis itu langsung mendongak ke atas. "Tapi boong!! HAHAHA" Pekiknya lalu lari dari pendopo itu.

Gus Zay menghela napas panjang dan menggelengkan kepala heran seraya tersenyum tipis. "Astaghfirullah anak itu, untung sayang, kalo tidak udah saya buang ke sungai Amazon ra."

*****

Sehabis Dzuhur, sekitar jam 2, ada kelas diniyah. Ayra berjalan menuju kelasnya sembari menggerutu tidak jelas, sebab temannya itu tidak membangunkannya shalat dzuhur!

Ditengah jalan ia bertemu dengan Gus Zay yang sedang tertawa bersama salah satu Usadzah, wajahnya asing. Hatinya memanas melihat tatapan Ustadzah itu seperti menyimpan banyak rasa, ya walaupun masih dibilang ada jarak sih tapi kan!

Ayra segera menepis pikiran itu. "Haish! Apa-apaan?" Batin Ayra, ia berpikir, kenapa dirinya cemburu?

Tak mau terlambat, Ayra berjalan ke Kelasnya sembari menggerutu kesal dihatinya.

Setelah Ayra duduk dibangkunya ingin membicarai temannya itu kenapa tidak membangungkannya. "Kenap--"

"Udah gak usah nyrocos itu ada Ustadz Ridwan" Sela Ayda.

Ayra menatap malas Ayda, yang ditatap hanya cengengesan. Kelas pun dimulai tetapi dengan Ayra yang jelas-jelas masih kesal, karena tadi, ditambah Ayda yang menyelanya.

*****

Ayda, Kayla dan Nina khawatir bukan main, saat ngaos kitab tadi Ayra mengeluh kepalanya sakit, dan saat pulang dari majelis tadi, suhu badannya naik menjadi 40°, Ditambah Ayra sepertinya pingsan.

"Duh ini gimana dong?" Panik Ayda, menggoyang-goyangkan tubuh Ayra tetapi tidak ada respon satu pun dari sang empu.

"Kamu tenang da, dengan kamu panik begini emang bisa nyelesaiin ini?" Tegur Nina.

"Iya iya maap, tapi ini gimana dong? Panas banget, kayaknya pingsan deh."

"Tolong panggilin Kyai aja gimana?" Pinta Ayda, yang digelengi keras oleh Kayla.

"Jangan, liat tuh udah jam 10, takutnya ganggu."

"Kay! Lo liat sikon lah, dia udah sakit gitu lo biarin gitu aja hah?" Sentak Ayda tak sadar.

"Udahlah gue yang panggil aja, kalian tunggu disini jagain Ayra." Lanjutnya.

Ayda berlari menuju Ndalem dengan napas terengah-engah. Sampailah kini tepat di pintu Ndalem.

Tok tok tok

"Huh, huh, huh" Ayda menetralkan napasnya.

"KYAI, BU NYAI! TOLONG BUKA PINTUNYA!!" Teriak Ayda, masa bodo dibilang tidak sopan.

Tak lama pintu terbuka, menampilkan seorang laki-laki dengan kaos hitam, dan sarung hitam batik, disertai dengan wajah ngantuknya.

"Ada apa?"

ZAYYANAYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang