chapter 6. what happened to Rafael??

410 32 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"hal sederhana namun begitu menyakitkan untuk di ingat"

'happy reading'

ᕙ⁠(⁠ ⁠¤⁠ ⁠〰⁠ ⁠¤⁠ ⁠)⁠ᕗ

Semalaman Rafael memikirkan tentang keputusan yang telah ia buat, mungkinkah ini keputusan yang tepat? Ketua osis sialan itu dengan berani menggunakan kekuasaan yang ia miliki untuk mengancam seseorang dan melakukan hal yang diinginkannya.

Mungkin pagi ini bukan pagi yang cerah seperti biasanya, langit memang cerah tapi tidak dengan hati Rafael yang sedang kalut, seharusnya ia senang karna hari ini adalah libur sekolah, dan seluruh siswa diperbolehkan untuk kembali ke rumah masing-masing. Tapi entah kenapa ia begitu malas untuk pulang dan bertemu tantenya yang telah sah menjadi wali nya.

Lamunannya terganggu saat seorang pemuda keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk yang melingkar di pinggangnya, sontak Rafael terkejut dan menutup matanya.

"Sial. Pake baju dong!!" Tegur Rafael

"Gue baru selesai mandi, sayang-" goda Bryan, sambil berjalan mendekati Rafael.

"Sayang, pantat lu noh!"

"Jangan marah-marah masih pagi... Mending bantu keringin rambut gue" ujar Bryan sambil berjongkok di hadapan Rafael.

"Punya tangan dipake"

"Cepetan. Abis ini ikut gue pulang"

Mendengar kata 'pulang' Rafael jadi terpikir untuk meminta Bryan menemaninya pulang, ia mungkin tidak akan kembali kerumah itu lagi.

Begitu Rafael berdiri Bryan juga ikut berdiri, dan memberikan handuk kecil untuk mengeringkan rambut basahnya, Rafael terlihat kesulitan, bukannya pendek, hanya saja Bryan yang ketinggian, bukankah 168 itu sudah cukup tinggi.

"Nunduk dong! Gue ga nyampe nih" keluh Rafael sambil menarik kepala Bryan agar lebih merendahkan kepalanya.

"Mangkanya tinggi, jangan cebol terus." Ejek Bryan, dan sedetik kemudian ketokan menghantam kepalanya

"Akhh.. sakit sayang-"

"Bangsat! Lu aja yang tiang listrik"

•••

Jalanan dipagi hari begitu ramai dan macet apalagi ini adalah hari libur, banyak orang yang pergi keluar untuk sekedar bersantai bersama orang terdekat.

Matahari sudah bersinar begitu terik padahal ini masih belum terlalu siang, Rafael yang mulai merasa gerah, terlihat merengek kepanasan.

"Woy... Panas nihh, kapan nyampenya sih?" Ujar Rafael yang sudah tidak tahan, di tambah dengan pantatnya yang sudah mulai kesemutan gara-gara terlalu lama duduk pada jok motor.

PRETTY ROOMMATE' Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang