02. Gontai DIguncang Gelisah

95 1 0
                                    

Setelah menceritakan keramahan bang Joko kepada Fajar, suaminya itu pun memberikan nasehat agar tidak mudah berprasangka buruk terhadap orang lain.

"Kan papa sudah bilang," kata Fajar. "semua itu kembali kepada diri kita sendiri, kalau kita ramah, orang lain juga akan ramah kepada kita."

"Iya deh, mama akan lebih ramah kepada banyak orang." Kata Mirna sambil tersenyum.

Senyuman Mirna dibalas oleh Fajar dengan satu kedipan sebelah mata. Mirna tahu itu adalah sebuah isyarat atau kode untuknya.

Mirna melihat Najwa sudah tertidur lelap dikamarnya. Ia member isyarat menggunakan tangannya mengajak suaminya masuk ke kamar mereka yang berada disebelah kamar Najwa. Mirna masuk ke dalam kamar dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Fajar mengikutinya, suaminya itu segera menutup pintu kamar dan menghampiri Mirna di atas kasur peraduan mereka.

Beberapa menit selanjutnya keduanya sudah sama-sama telanjang tanpa selembar kain pun. Malam yang dingin mendesak keduanya untuk menuntaskan kerinduan, rindu akan kepuasan batin yang sudah jarang mereka dapatkan karena kesibukan. Memang sangat berbeda jika dibandingkan tahun pertama menikah, kini mereka hanya bisa melakukannya sekali dalam seminggu, itu pun jika keduanya benar-benar siap dan tidak sedang kelelahan.

Udara dingin berubah menjadi hangat di dalam kamar. Secara bertahap dan tidak terburu-buru Fajar mulai membelai dan mengecup seluruh bagian tubuh Mirna yang sensitif. Dahaga yang sudah lama terpendam akan segera terpuaskan.

Ketika Fajar sudah siap memasukkan batang kejantanan miliknya ke celah bukit kewanitaan diantara kedua paha Mirna, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh bunyi langkah seseorang dari luar rumah di dekat jendela kamar. Langsung saja keduanya membatalkan apa yang akan mereka lakukan. Mirna segera menutupi ketelanjangan tubuhnya dengan menggunakan selimut. Fajar pun dengan cepat mengenakan celana dalamnya dan bergegas ke arah jendela kamar, ia membuka daun jendela untuk melihat keadaan diluar kamar. Namun ia tidak menemukan adanya aktivitas apapun diluar sana. Sunyi senyap, padahal tadi jelas sekali seperti ada seseorang yang sedang mengintip.

Fajar tampak emosi, ia langsung mengenakan baju dan celana pendek. "Kamu tunggu disini, papa mau melapor ke pos penjagaan." Katanya.

Mirna segera mengenakan kembali pakaian tidurnya. Ia menutup pintu depan dan menguncinya saat Fajar sudah meninggalkan rumah dan melangkah menuju pos penjagaan. Tidak terlalu lama ia menunggu, kemudian suaminya itu datang kembali.

"Sudah dilapor?" Tanya Mirna.

"Sudah! Tapi bang Joko memang hanya berjaga seorang diri malam ini, jadi saat berpatroli keliling kompleks ia tidak bisa terlalu lama meninggalkan pos penjagaan."

Mirna semakin yakin bahwa memang ada yang mengintai rumah mereka. Mungkin orang itu sering mengintip ketika Mirna dan Fajar sedang melakukan hubungan badan. Jendela kaca di kamar mereka memang hanya dilapisi tirai tipis, tujuannya agar saat pagi hari cahaya matahari bisa bersinar memasuki kamar. Yang terlintas dalam pikiran Mirna hanya satu orang, "pelakunya pasti bang Joko." Desisnya dalam hati. Ia berpikir tidak mungkin orang luar bisa masuk ke dalam kompleks yang dikelilingi oleh pagar tembok setinggi dua meter dengan kawat berduri pada bagian atasnya tanpa melewati gerbang depan. Namun dari hasil laporan Fajar ke bang Joko, bang Joko justru menyimpulkan kalau pelakunya bisa saja orang dalam kompleks.

Bang Joko memang berjanji akan mencari dan menangkap orang yang mengganggu itu, namun berbagai pertanyaan kembali memenuhi pikiran Mirna. Namun pertanyaan-pertanyaan itu ia tepis, karena bang Joko kini tampak sudah lebih ramah apabila bertemu dengannya.

Tunas Cinta Saat KemarauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang