Kedekatan keluarga bang Joko dengan Mirna menjadi kesegaran tersendiri. Mirna seolah menemukan satu tujuan hidup baru dimana hasil kerja kerasnya juga bisa bermanfaat bagi orang yang lebih membutuhkan. Ia sudah menganggap mbak Elis seperti kakaknya sendiri, kesunyian dalam rumahnya hilang karena mbak Elis dan putranya justru sering diajak oleh Mirna untuk menginap apabila bang Joko sedang piket malam dan harus begadang sampai pagi.
Suatu malam saat Fajar masih berada diluar kota, hujan turun dengan derasnya dan motor yang dikendarai oleh Mirna mengalami masalah. Ia berhenti di tepi jalan sekaligus mencari tempat berteduh. Ia menghubungi handphone yang sengaja ia simpan di rumah untuk digunakan mbak Elis jika ada keperluan, karena hari itu ia memang sengaja minta agar mbak Elis mau menemani Najawa di rumahnya hingga ia pulang.
"Mbak Elis, Najwa sudah tidur?" Tanya Mirna melalui handphone.
"Ini baru saja tertidur, bu." Jawab mbak Elis dengan sangat sopan.
"Mbak, bisa minta tolong ke bang Joko untuk menjemput saya di jalan Bunga Anggrek, dekat dengan mini market, motor saya mogok." Kata Mirna.
"Baik, bu. Saya akan ke pos penjagaannya." Kata mbak Elis.
Pembicaraan melalui handphone terputus. Putranya tampak sudah tertidur di depan TV, ia memeriksa semua pintu dan jendela untuk memastika keadaan rumah aman, kemudian ia keluar rumah menggunakan payung untuk berlindung dari guyuran air hujan, langkahnya sedikit berlari menuju ke pos jaga dimana suaminya berada. Untunglah malam itu ada yang menemani bang Joko berjaga.
Setelah mendapat penjelasan dari istrinya mengenai kondisi Mirna, bang Joko langsung meminjam kendaraan teman berjaganya dan menuju ke tempat Mirna.
Mirna yang sejak tadi menunggu tampak merasa lega ketika melihat bang Joko datang dengan menggunakan mantel hujan yang besar. Dengan pemahaman tentang kendaraan bermotor yang cukup bang Joko berusaha menghidupkan mesin motor milik Mirna, namun sayangnya tetap tidak bisa.
"Motornya dititip saja di mini market, mini marketnya kan buka 24 jam, jadi aman." Kata bang Joko memberikan solusi.
"Baik, bang. Nanti besok saja dibawa ke bengkel, ini sudah larut malam." Kata Mirna.
Bang Joko mendorong motor milik Mirna ke pelataran parkir mini market tidak jauh dari tempat Mirna berteduh, ia sempat berbicara dengan karyawan mini market tersebut sebelum meninggalkan motor yang sudah ia parkir. Akhirnya Mirna pulang dengan diantar oleh bang Joko, bagian belakang mantel yang cukup besar menjadi tempat berteduh Mirna agar tidak basah terkena hujan. Dengan terpaksa Mirna harus duduk di jok belakang dengan posisi tubuh menghadap ke depan, karena tidak mungkin ia duduk menyamping sambil berlindung dibalik mantel bang Joko. Mirna tidak peduli ia diantar oleh siap malam itu, yang penting ia bisa sampai di rumah, walapun ia harus duduk merapat di punggung bang Joko. Ia yakin kalau bang Joko tidak terlalu merasakan pergeseran dan tekanan dibagian punggungnya yang memang sangat rapat dengan sepasang buah dada Mirna yang membusung padat, apalagi kondisi hujan memang mengharuskan bang Joko lebih fokus memperhatikan jalanan yang sudah mulai digenangi air.
Beberapa saat kemudian mereka sampai di rumah. Dengan berlari kecil Mirna langsung masuk ke rumah, pakaiannya tampak sedikit basah. Ia langsung ke kamar mandi, sementara mbak Elis menemui bang Joko di teras rumah sambil membawakan handuk.
Kehadiran keluarga bang Joko memang sangat banyak membantu aktivitas Mirna. Itulah sebabnya Mirna juga lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga bang Joko apabila sedang tidak sibuk. Jika pada hari sabtu dan minggu Fajar tidak pulang, Mirna kembali mengajak keluarga bang Joko untuk menikmati akhir pekan dengan sedikit refreshing ke pantai yang sudah menjadi tempat kesukaan putrinya. Mirna merasa kebahagiaannya tercukupi, apalagi anak bang Joko juga sudah sangat akrab dengan putrinya, ia melihat keceriaan diwajah Najwa tidak redup meski jarang bertemu dengan ayahnya. Kebahagiaan tentu saja dirasakan juga oleh keluarga bang Joko, bagi mereka untuk pergi berlibur keluar kota belum tentu bisa sekali dalam setahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunas Cinta Saat Kemarau
RomanceApa yang akan kamu lakukan jika kamu diselingkuhi? Apakah membalas dengan perselingkuhan juga? Dilematis, namun dalam kondisi under pressure dan stress terkadang perasaan akan mengabaikan logika.