08. Terlena Dalam Jebakan Nafsu

153 0 0
                                    

Kali ini bang Joko kembali berusaha melepaskan calana dalam Mirna yang basah oleh cairan orgasme. Tidak sulit baginya melepas penutup bukit kecil berbulu halus diantara kedua paha wanita itu karena tubuh Mirna sudah sangat lemah.

Lagi pula Mirna sudah tidak merasa malu karena sudah terlanjur ditelanjangi oleh laki-laki yang bukan suaminya. Ia sudah tidak merasakan lagi dinginnya malam yang masih diguyur hujan deras malam itu. Yang ia rasakan hanyalah kepuasan atas kenikmatan yang baru saja diberikan oleh bang Joko. Kedua buah dada Mirna yang membusung tampak bergerak naik-turun karena napasnya tidak beraturan.

Melihat Mirna yang masih terlentang menikmati orgasme bang Joko seolah mengerti kalau Mirna butuh waktu beberapa saat sebelum melanjutkannya lagi.

Setelah cukup beristirahat Mirna kembali pulih, ia tahu kalau bang Joko juga ingin merasakan kepuasan batin, tapi bukan hanya sekedar kepuasan, yang pastinya pria itu ingin menggaulinya seperti hubungan suami-istri. Mirna merasa bimbang saat itu, apakah ia akan membiarkan batang kemaluan laki-laki lain memasuki lubang kemaluannya atau menghentikannya? Ia sadar sebagaimana umumnya laki-laki lain saat berhubungan badan dengan wanita, mereka tidak akan merasa puas sebelum mencapai ejekulasi.

Bang Joko memandangi wajah Mirna dengan penuh kesabaran, tatapan kedua matanya seolah meminta agar Mirna rela disetubuhi. Namun Mirna berpura-pura tidak mengerti apa yang diinginkannya. Ia lalu menghampiri tubuh Mirna, dengan tetap bersabar ia kembali memancing gairah Mirna dengan cara mengecup bagian belakang telinga dan bahu yang masih menyisahkan butir-butiran keringat. Kecupan bibirnya terus menjalar ke pangkal lengan, bahkan tanpa ragu ia mengecup ketiak Mirna yang bersih tanpa bulu. Lidahnya cukup lama menjilati ketiak Mirna hingga wanita itu pun merasakan geli dan gairahnya meluap kembali.

Tanpa merasa jijik sedikit pun bang Joko menjilati bagian-bagian tubuh Mirna yang sangat sensitif meski permukaan kulit Mirna masih basah oleh keringat, mulai dari leher, kedua payudara, perut bahkan belahan bukit kemaluannya. Mirna merasa diperlakukan seperti seorang ratu. Kesabaran bang Joko memperlakukan dirinya justru membuat Mirna merasa kasihan, ia sudah tidak ingin menolak keinginan bang Joko. Perlakuan pria tersebut sudah melebihi dari apa yang pernah ia rasakan bersama suaminya. Mirna menjadi tidak heran jika almarhumah mbak Elis dulu tidak ingin berpisah dengan bang Joko.

Tidak terlihat adanya rasa bosan dan lelah dari diri bang Joko selama memberikan rangsangan kepada Mirna. Lidahnya terus menggeliat lincah memberikan sapuan dalam celah kewanitaan Mirna. Gesekan ujung lidah secara cepat dan berulang-ulang pada daging kecil dibagian atas belahan kemaluan Mirna membuat wanita itu seketika kembali menggelinjang hebat. Bang Joko bisa merasakan lubang kemaluan Mirna sudah kembali dibanjiri cairan licin berlendir.

Mirna hanya bisa memejamkan mata menahan rasa geli ketika lidah bang Joko seperti berusaha merengsek masuk ke organ intimnya. Tangan Mirna meremas kepala bang Joko dan menekannya agar tidak terlepas dari belahan bukit diantara kedua pahanya. Ketika ia sudah sangat kepayahan dan nyaris mencapai puncak kepuasannya, mendadak bang Joko melepaskan lidahnya dari liang kemaluan Mirna.

Bang Joko tahu kelemahan Mirna, getaran dalam tubuh Mirna tadi sudah hampir meledak, karena itulah ia segera bangkit, kemudian mengangkat kedua kaki Mirna dan menekuk bagian lutut wanita itu. Tampak bang Joko sudah menyingkap sedikit ke bawah celana dalamnya, saat itu juga Mirna bisa melihat benda panjang berukuran cukup besar muncul dari balik celana dalam bang Joko. Mirna sedikit bergidik melihat ukuran batang kemaluan laki-laki yang lebih besar dari milik suaminya. Benda panjang tersebut tampak mengancung lurus, sedikit mengarah ke atas, kondisinya sudah menegang keras siap untuk ditancapkan ke tubuh bagian bawah perut Mirna.

Rasa ngeri akan ukuran batang kemaluan bang Joko yang memang cukup besar nyaris menyamai terong ungu membuat Mirna bergerak mundur.

Bang Joko merasa heran dengan sikap Mirna yang melakukan penolakan terhadap dirinya. Ia pun menunda niatnya yang sebenarnya sudah sangat ingin dituntaskan.

Tunas Cinta Saat KemarauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang