10. Akhir Dari Sebuah Dilema

103 1 0
                                    


Mirna memang merasakan kedamaian saat bersama bang Joko. Meski pekerjaan bang Joko hanya sebagai security, tapi bang Joko adalah pria yang bertanggung jawab terhadap istri dan anaknya. Ia masih bingung jika harus bercerai dengan suaminya dan menikah dengan bang Joko dikemudian hari.

Keduanya masih berada di ruang tengah, bang Joko terus mengusap-usap rambut Mirna memberikan ketenagan. Setelah cukup lama, bang Joko memberanikan diri mendekatkan wajahnya ke sisi kanan wajah Mirna, perlahan bibirnya mengecup pipi wanita itu. Mirna tidak melakukan penolakan, ia hanya memejamkan matanya menikmati setiap sentuhan bibir bang Joko pada pipi dan belakang lehernya.

Kedua tangan bang Joko juga sudah hinggap di kedua payudara Mirna, meremas-remas sepasang buah dada wanita itu secara lembut. Membuat Mirna terpancing gairahnya.

Mirna tidak tahan diperlakukan seperti itu, ia berdiri dan menoleh kebelakang. Pria dibelakangnya tampak menatapnya dengan napas memburu.

Menit berikutnya bang Joko dan Mirna sudah tidak mengenakan selembar kain pun, pakaian mereka berserakan di lantai. Bang Joko mengangkat tubuh Mirna dan membawanya ke atas meja makan. Mirna duduk dengan posisi bokong berada pada tepian meja, ia membuka lebar kedua pahanya ketika bang Joko sudah duduk di kursi menghadapi tubuhnya.

Tanpa membuang waktu bang Joko langsung membenamkan wajahnya ke gundukan kecil diantara kedua paha Mirna. Mulutnya sibuk melumat belahan pada gundukan dibawah perut wanita itu, lidahnya bergerak cepat menjilati celah pada belahan bukit kewanitaan Mirna.

"Ssst, aaahhh." Desah Mirna sambil memejamkan kedua matanya. Tubuhnya merenggang sambil kedua tangannya meremas rambut bang Joko ketika mulut pria itu mengulum clitoris miliknya.

Lidah bang Joko seperti tidak lelah memberikan jilatan pada bagian clitoris Mirna. Daging kecil berbentuk bulat yang menonjol seperti ujung jari kelingking itu mendadak mengeras karena terus-menerus mendapatkan rangsangan. Bersamaan dengan itu, lubang kewanitaan Mirna pun menjadi basah dan licin, cairan berlendir dari dalam vaginanya membanjir hingga tampak meleleh keluar, menetes dipermukaan meja tempat Mirna duduk.

Bang Joko segera berdiri, ia menedekap erat tubuh Mirna sambil menempelkan mulutnya ke mulut wanita itu. Bibir keduanya saling melumat dan menghisap, lidah mereka beradu. Mirna sudah tidak sabar menanti tindakan selanjutnya dari bang Joko, jemarinya mencari sesuatu dibawah perut pria tesebut, ia menemukan batang kejantanan bang Joko yang sudah menengang keras dan langsung membawanya ke celah bukit kewanitaan miliknya.

"Masukkan sekarang, bang." Bisiknya dengan nada lirih dan napas terengah-engah menahan nafsu.

Bang Joko menekan batang penisnya yang sudah menyentuh permukaan belahan bukit kewanitaan Mirna, secara perlahan benda panjang tersebut bergerak menyusup masuk ke dalam liang vagina Mirna.

"Ooouuuh...!" Desah Mirna merasakan sensasi nikmat ketika sebuah benda lunak panjang milik seorang pria berhasil masuk kedalam organ intimnya. Ia mendekap erat tubuh pria yang masih berdiri dihadapannya, membiarkan mulut pria tersebut menghisap-hisap kedua puting buah dadanya secara bergantian sambil menikmati tusukan demi tusukan yang terus bergesek di liang vaginanya.

Tubuh keduanya dalam waktu singkat sudah basah bermandian keringat. Mirna sedikit kecewa ketika ia sudah sangat terangsang dan tiba-tiba bang Joko menghentikan gerakan tubuhnya. Pria itu membisikkan sesuatu ditelinganya, ia paham apa yang diinginkan bang Joko, Mirna segera turun dari meja, ia berdiri menghadapai meja dan membelakangi tubuh bang Joko, tubuhnya dibungkukkan kedepan sambil kedua tangannya berpegang pada tepian meja, kedua kakinya dibuka lebar sehingga bokongnya tampak menantang.

Tunas Cinta Saat KemarauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang