Mirna tidak menunjukkan rasa bencinya terhadap bang Joko secara langsung kepada pria itu. Saat mereka bertemu, ia masih tetap bersikap ramah seolah tidak ada hal yang mengganggu jiwanya. Mirna berpikir semua sikap ramah bang Joko selam ini kepadanya hanyalah sebuah kepalsuan. Ia masih bisa menangkap sepasang mata pria itu masih sering melirik nakal ke bagian dada dan paha miliknya. Baginya, bang Joko ibarat musang berbulu domba yang siap menerkam saat dirinya lengah.
Saat sedang berdua dengan mbak Elis di rumah, Mirna semakin sering mengorek informasi mengenai kepribadian bang Joko. Mbak Elis sendiri tanpa ragu menceritakan banyak hal kepada Mirna, bahkan sampai mengenai urusan diatas tempat tidur pun sempat ia ceritakan.
"Kalau urusan diatas kasur, bang Joko memang punya nafsu yang sangat besar." Kata mbak Elis dengan wajah agak ditundukkan karena malu.
"Tapi mbak Elis selalu memenuhi permintaan bang Joko setiap kali bang Joko sedang ingin berhubungan badan dengan mbak Elis, kan?" Tanya Mirna dengan rasa penasaran.
"Waktu belum memiliki anak sih saya tidak pernah menolak kecuali sedang berhalangan." Jawab mbak Elis. "Tapi setelah punya anak saya jadi kelelahan karena harus mengurus anak dan menyelesaikan pekerjaan dalam rumah."
"Bang Joko marah kalau mbak Elis menolak untuk melakukan hubungan suami-istri?"
"Kadang marah kalau birahinya sedang memuncak. Saya sebagai istri tetap melayani meski sedang tidak ada hasrat sama sekali."
"Bang Joko tidak pernah selingkuh?" Tanya Mirna lagi semakin dalam.
Mbak Elis awalnya ragu untuk menjawab, kemudin ia mengangguk. "Pernah, waktu saya baru saja selesai melahirkan, dia berhubungan dengan seorang janda."
"Mbak Elis tidak marah?"
Mbak Elis tampak sedih, kedua matanya sudah berkaca-kaca, namun ia menahan agar air matanya tidak menetes. "Saya..., saya marah, tapi dia malah mengancam ingin menceraikan saya." Kata mbak Elis dengan nada sesak menahan kesedihan.
Mirna terhanyut, dan merasa kasihan kepada mbak Elis. Ia berpikir kalau bang Joko memang bukan sosok pria yang baik.
Hari berikutnya Mirna kembali fokus pada kehidupannya sendiri, ia nikmati kebersamaan dengan suami dan putrinya yang kini terasa semakin jarang. Ia sadar kalau dirinya sudah tidak rutin menikmati kebersamaan diatas tempat tidur bersama suaminya. Hal itu bisa ia maklumi karena Fajar semakin jarang di rumah akibat tuntutan pekerjaan. Kini mereka hanya bisa melakukan hubungan suami-istri dua kali dalam sebulan, kadang malah hanya satu kali. Tidak bisa dipungkiri, pada malam-malam tertentu Mirna membutuhkan belaian dan sentuhan seorang suami. Namun semua rasa itu ia pendam karena suaminya bekerja keras demi masa depan mereka juga.
Ia memikirkan betapa tegarnya sosok mbak Elis menghadapi seorang suami seperti bang Joko, dirinya masih lebih beruntung punya suami yang bertanggung jawab. Degan tetap sabar Mirna melewati malam-malam sepi tanpa suaminya. Dan begitu ada kesempatan bisa bersama lagi, mereka langsung menikmati hubungan badan untuk mengobati rasa rindu yang selalu menyiksa batin.
Pada saat minggu malam sebelum besok paginya Fajar harus berangkat keluar kota lagi untuk waktu yang cukup lama, Mirna meminta kepada Fajar untuk bercinta beberapa kali hingga dirinya merasa benar-benar puas dan kelelahan. Begitu juga suaminya yang langsung tertidur hingga tidak menyadari ada beberapa pesan yang masuk di handphonenya. Mirna yang belum tertidur langsung meraih handphone milik suaminya, dengan perasaan 'iseng' ia membuka pesan yang baru saja masuk dalam handphone tersebut. Mendadak Mirna terperenjat kaget membaca isi pesan itu. Pesan dari seorang wanita yang isinya menjelaskan bahwa wanita tersebut sangat menikmati hubungan terlarang bersama Fajar dan ingin mengulanginya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunas Cinta Saat Kemarau
Storie d'amoreApa yang akan kamu lakukan jika kamu diselingkuhi? Apakah membalas dengan perselingkuhan juga? Dilematis, namun dalam kondisi under pressure dan stress terkadang perasaan akan mengabaikan logika.