5.Gelap Senja

1 0 0
                                    


Masalah tidak terletak di situ saja,ada banyak yang tidak masuk akal yang digunakan Ayahku untuk menempatkanku pada kenyataan yang begitu pahit.Pernah suatu kali hanya karena gigi taring yang tumbuh agak keatas,dan Ayahku memeriksanya dan mengatakan jika susunan gigi ini menandakan jika aku adalah orang yang licik.

Ya Tuhan,apa salahnya gigi ini dengan sifat manusia?Kenapa bisa-bisanya seorang Ayah mengatakan demikian kepada anaknya,apa tidak benar jika anak ini merasa anak yang berbeda dan tidak diinginkan.Mengapa ucapan itu begitu kejam untukku,dan bisa seenaknya sendiri mengatakan demikian.

Aku menangis dengan sangat sesak sendirian karena takut terdengar dari luar,aku bahkan masih kurang tahu mengapa di lahirkan di dunia ini dan kebetulan berada di keluarga ini.Hal yang begitu menyakitkan untukku sebagai seorang anak,maka aku berusaha untuk tidak berharap apapun.

Mas Al mendukungku untuk kuliah,dia menyemangatiku untuk terus belajar dan tidak menghiraukan masalah dirumah yang kuhadapi.Bagi orang yang tidak paham,mungkin hidupku terlihat sempurna namun kenyataannya lain.

Aku harus sukses dan menentukan takdirku sendiri,aku tidak menghiraukan apa yang Ayahku rencanakan untukku.Aku harus nekat mendaftar tanpa persetujuan mereka,aku langsung mendaftar lewat sekolah.Jika aku tidak terjaring,maka harapanku untuk kuliah akan sia-sia semata.

Selain mendapat perlakuan yang tidak enak dari dalam rumah,Ibumu juga mendapat perlakuan yang tidak normal dari luar rumah.Dengan entengnya mereka semua menghina ibu dengan sebutan bodoh,idiot dan bullying itu rasanya maklum dan bahan lelucon di keluarga ini dan keluarga besar.

Aku tidak membalasnya,rasa sakit hatiku harus berbuah manis untuk kehidupanku.Mas Al merubah pola pikirku dan aku harus fokus mengejar cita-citaku.Dan akhirnya aku diterima,sujud syukurku karena di terima menjadi mahasiswa jalur prestasi tanpa tes di perguruan tinggi negeri terbaik di propinsiku.

Kegirangan aku melihat pengumuman itu di warnet,dan Mas Al juga disana dengan temannya menemaniku.Aku begitu beruntung ketika bersamanya,rasanya seperti ada yang melindungiku dan mengarahkanku kepada hal-hal yang baik.

Aku bahkan tidak takut memiliki angan-angan yang begitu indah bersamanya.Apalagi orangtuanya juga menyambut hal ini baik,walaupun aku masih duduk di bangku SMA pada waktu itu.Semua kami rencanakan dengan sangat rinci bahkan perihal masa depan kami akan di bawa kemana.

Aku harus fokus mengejar pendidikanku,dia juga tahu latar belakang keluargaku bagaimana.Betapa sepinya jiwaku dan rapuhnya hidupku karena kurang merasakan kasih sayang.Aku tahu mas Al menyayangiku dan tahu jika aku begitu tulus dan tidak pernah jahat dengan orang lain.

Dialah orang yang mempercayaiku bahwa aku layak untuk dihargai dan tidak di pandang sebelah mata,dia selalu mengusahakan membuatku bahagia walaupun pada waktu itu dia masih karyawan baru yang gajinya tidak begitu banyak.

Aku nyaman berada didekatnya,dia seperi teman,kakak,sekaligus Ayahku juga.Karena figur yang kumiliki sangat berbeda,aku menemukan rumahku.Tempat ku berlindung ketika badai menyerangku membabi buta,walaupun sebenarnya aku sangat malu ketika semua orang melihat keadaaanku yang menyedihkan.

Ibuku begitu senang mendengar ternyata aku lolos dan bisa kuliah tanpa test.Namun Ayahku begitu dingin,dan tidak bereaksi apapun.Secepatnya keluarga besar kami tahu,dan banyak yang menyambut senang namun ada pula yang mencibir dan mengira Ayahku membayarkan sejumlah uang untuk membuatku lolos karena mereka pikir aku bodoh dan tidak bagus di nilai akademik,namun kenyataannya lain kan?Aku bisa.

Lalu bahan apa lagi yang di pergunakan untuk menyerang pribadiku,aku sudah siap untuk menampung serangan-serangan yang tidak menyukaiku dan berusaha mengolok-olok aku dengan membabi buta.

Entah kapan Ayah mencium hubunganku dengan mas Al,dan sungguh mengejutkan jika beliau bersikap landai.Dan dari asistennya dia tahu jika mas Al harus menghadap Ayahku.Aku belum siap untuk seserius ini namun entahlah,dan aku juga baru dengar keterangan dari dia jika mau datang kerumahku menemui Ayah.

Kegilaan apalagi ini,kenapa tidak bisa bersikap normal terlebih dahulu,lalu seperti teman-teman lainnya.Toh aku juga baru masuk kuliah,dan jalanku masih panjang jika harus menuju jenjang yang lebih lanjut.

Namun mas Al dengan begitu sigapnya menyambut itu seperti mendapat gayung,dan aku tidak habis pikir kenapa dia begitu percaya diri masuk ke rumah ini.Namun mas Al meyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja,dan aku hanya perlu untuk mempercayai jika semua demi kebaikan kami.

Pertama kalinya aku merasa jantungku berdegub lebih cepat dari biasanya,dari siang hari aku  tidak bisa tenang dan entahlah kenapa hal ini membuatku keringatan dan tidak ingin makan.

Sepertinya Ayahku sudah mempelajari background mas Al terlebih dahulu,apalagi pimpinan kantornya adalah rekan baik Ayahku.Apa ini yang membuat mas Al tampak percaya diri,tapi aku begitu gugup dan tegang.

Sehabis adzan isya dia datang kerumahku,wajahku sudah sangat pucat dan berkeringat.Dan dia memberiku kode untuk biasa saja dan tenang.Dia selalu menengaskan jika kita tidak pernah berbuat salah,maka tidak usah takut.Kalimat itu yang masih membekas di telingaku,aku mencintai sikap gentlemannya dia yang berani berhadapan dengan Ayahku.

Setelah itu hubungan kami seperti anak muda pada umumnya penuh dengan intrik dan naik turun.Yah,namanya kehidupan penuh dengan warna kan.Ibumu menceritakan setiap detail apa yang Ibu alami agar kalian dapat belajar dari hal-hal yang baik bahkan hal yang menyakitkan.

Ibumu ini berharap agar kedua putriku bisa mengerti dan lolos ujian kehidupan di fase remaja yang menentukan masa depan kita mau seperti apa,jangan sampai karena berada di tempat yang salah kalian bisa menyesali perbuatan itu seumur hidup.

Mas Al mulai sering main kerumah dan menunjukkan keseriuaannya padaku.Kami mulai merancangkan sesuatu dengan begitu matang,kami berbagi kehidupan.Dan sepulang dari kantor dia menemuiku di kampus.Dia membawakanku buku untukku belajar,ketika aku mengeluh di kost tidak ada tv dia mulai berpikir mencarikan solusinya,alhasil menggunakan tv tunnel atau semacam apalah itu.

Aku mencintainya,aku begitu bahagia bersamanya.Dia sering memanjakanku,mengelus rambutku dan mengusahakan setiap hal terbaik di dalam hidupku.Kami seperti dua insan yang saling jatuh cinta.

Namun keadaan berbalik ketika hari itu aku tidak tahu jika mas Al cuti,dan itu menjadi permasalahan beaar bagiku.Mungkin memang aku yang kekanak-kanakan atau bagaimana,aku juga tidak tahu.Aku malas membalas pesannya,dia pasti sedang dikota J bersama teman-temannya dan tidak menghabiskan waktu bersamaku.

Aku meninggalkan ponselku di meja dan pergi tidur siang,tidak ingin kuketahui apa yang akan dia jelaskan.Beberapakali dia meneleponku lalu aku hanya membaca smsnya saja,jika akan kerumahku segera.Aku tahu dia sedang mencoba merayuku agar tidak marah.

Tiba-tiba mas Al sudah berdiri didepan gelombang cinta,dan tidak sabar ketika mbak rumah memanggilku kedalam.Selang beberapa lama aku keluar,tapi dia tampak gelisah.Aku tidak tahu apa yang jadi masalahnya.

"Ada apa?"tanyaku sedikit kesal dengan intonasi agak ngetril gak seperti biasa.

"Ayo kita cari makan diluar"

"Aku nggak laper"jawabku

"Aku mau ngomong sesuatu,nggak enak disini"katanya padaku dengan sedikit gelisah.

"Ngomong aja,nggak apa-apa kok"jawabku.

Dia tampak gusar karena ingin ngomong sesuatu yang penting.

Lalu asisten Ayah tiba-tiba masuk keruang itu dan memotong pembicaraan kami.Aku yang sudah kelewat kesal tidak lagi menghiraukannya,aku benar-benar sedang ingin butuh penjelasan.

Dengan wajah familiarnya dia memasuki teras rumah kami,dan rasanya sangat jauh sekali langkahku dari ruang belakang menuju ruang depan.aku baru tahu ternyata ini rasanya di temui oleh orang yang kita sayangi namun keluarga kita menyaksikannya.Jadi kita tidak perlu bersembunyi diluar sana hanya untuk sekedar melihat.

DIARY IBUMUWhere stories live. Discover now