14.Keputusan

0 0 0
                                    

"Putuskan segera,tinggalkan dia sebelum.terlambat.Kamu nggak layak kayak gini"ucap Mas Al.

"Bagaimana anakku?"

"Datanglah kerumah,bertemulah dengan Ibuku.Dia pasti bakal seneng kalau lihat anak ini,dia lucu,cantik.katakan saja jika ini juga cucunya"

Tapi Ibumu tidak bernyali untuk meminta maaf bahkan sampai Ibunya mas Al meninggal dunia.Ibumu adalah pengecut yang pantas menerima hukuman dan derita di dunia.

Apa mungkin ada pria sebaik itu di dunia ini.Yang ingin menyelamatkan kehidupan wanita yang menyakitinya dari mimpi buruk.Tapi wanita bodoh ini lebih memilih untuk terus saja bermimpi buruk.

Hmmm aku terlalu cepat mengambil keputusan besar yang efeknya bisa menciptakan berbagai luka yang mengangga dalam.Aku menolak tawaran mas Al,mengingat pasti akan ada masalah besar lagi yang akan kuterima.Aku pasti akan terus di hakimi selamanya jika aku melakukan itu.

"Aku minta maaf,maaf aku nggak bisa.Hal ini mungkin sudah menjadi takdirku untuk menjadi istri Rian.Aku tidak bisa melepaskannya dan semua ini terlalu beresiko.Masa depanmu akan hancur mas"ucapku sembari berderai air mata.

Apakah dengan cara ini akan bijak?apakah dengan berpisah saat ini akan menyelamatkanku?bagaimana kalau malah memperparah keadaan,bagaimana kalau hal tersebut malah membuat keluargaku makin malu.

Dengan berat hati aku menjawab tidak,aku tidak bisa serta merta pergi meninggalkan semua ini.Aku punya anak perempuan,dan aku takut tentang bagaimana nanti akan lebih buruk lagi kedepannya.Kujalani hari-hari ini dengan ikhlas,mungkin jodohku adalah Rian.Mungkin suatu saat keadaan akan berubah menjadi lebih baik.

Katanya kita harus memberi kesempatan orang untuk memperbaiki diri.Mas Al mengerti dengan keputusanku,dan dia kecewa kepada keputusanku yang rela menenggalamkan diri pada jurang yang tidak kuketahui ujungnya.

Dia masih beranggapan jika ada sesuatu hal yang aneh di hubunganku,dan sesuatu yang berawal tidak baik akan mendatangkan hal-hal yang tidak baik.Mas Al masih enggan menganggap Rian adalah suamiku yang sah,dia begitu sangat kesal dengan pria yang menjadi suamiku itu.Gerak emosionalnya begitu tidak terkontrol dengan baik,bahkan tidak takut menghubungiku karena dia beranggapan tidak ada hal yang terlarang disini.

"Aku menghargai keputusanmu,aku sangat sedih melihat keadaanmu yang tidak seharusnya kamu begini.Kamu bisa mendapatkan hal yang lebih baik.Aku disini,aku tetap bersamamu.Mungkin kita tidak berjodoh di kehidupan sekarang,semoga saja kita berjodoh di kehidupan yang lain"tutup mas Al.

Hatiku begitu perih menerima kenyataan ini.Bagaimana dua orang yang sudah siap untuk membagi hidupnya malah harus di pisahkan karena alur cerita yang tidak sesuai dan harus mengalah untuk hal ini.Bagaimana rasanya mengikhlaskan semua hal yang terjadi yang berawal dari sebuah kebodohan.

Aku menjaga nama baik Rian,menjaga wibawanya.Karena mau bagaimanapun dia suamiku yang harus di jaga harga dirinya.Tapi dia dan keluarganya kelewat kurang ajar,bagaimana bisa aku mau dijadikan mesin atm oleh keluarga mereka yang sudah terlanjur sombong di kampung.

Sore itu aku begitu murka dengan keluarganya melalui Rian.

"Bisa-bisanya ya Ibumu mendesak aku untuk transfer uang karena keluargamu A,B,C,D pinjam uang.Bisa-bisanya aku harus sediakan karena kalau tidak di kasih nanti akan malu.Kamu kira aku apa?mesin?kenapa sih nggak bisa hidup sewajarnya?"tanyaku dengan geram pada orang yang dengan jelas adalah suamiku.

Banyak hal-hal yang membuat Ibumu ini murka,Nak.Kenapa keluarga yang harusnya bersyukur malah jadi takabur.Padahal semua ini bukan Ibu yang menghasilkan,tapi milik orangtuaku yang bekerja keras.Aku saja mengakui harta benda ini malu,karena bukan dari keringatku.Mengapa keluarga Rian menggunakannya untuk menyombongkan diri di kampung.

Aku sudah memutuskan untuk tidak bergerak mundur maupun maju,tapi aku mengikuti alur saja.Setiap malam minggu Ibu Rian datang kerumah kami,kukira juga untuk menengok cucu.Kadang aku sempat berpikir kenapa seorang pegawai negeri sipil yang hidupnya di desa sampai tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.Setelah kuselidiki ternyata memang gaya hidupnya yang salah.

Ibu Rian terlalu tinggi angan-angannya sangat jauh berbeda dengan Ibuku yang penghasilannya bisa sepuluh kali lipat dari beliau tapi tetap sederhana.Bahkan untuk memotong rambutpun dia lakukan sendiri,ponsel juga tidak harus selalu seri terbaru.Tapi Ibu Rian layaknya seseorang yang mengalami pubertas kedua.

Kadang aku hanya melihat dan tidak mengucapkan apa-apa.Seseorang yang hidupnya biasa saja bisa tidak mau melakukan hal-hal biasa,misal naik bus.Ibu Rian tidak bisa naik bus,dia inginnya di antar jemput dengan mobil.Aku hanya membatin dalam hatiku kenapa tidak bisa biasa saja dan apa adanya.

Sebenarnya aku malu,dan hanya menyapih atmosir ini.Aku juga sering mengobrol dengan Ibu Rian,dan mempelajari pola pikirnya lalu memberi masukan untuk menggeser cara beliau berpikir.Aku memiliki uang sedikit-sedikit dan mengajari Ibunya cara berjualan di kantor.Tapi apa daya,jualannya habis tapi uangnya nggak balik.Alhasil aku harus mengganti dengan uangku yang tidak seberapa itu.

Ketika anakku berusia tiga bulan,aku mulai bekerja di tempat Ayah dengan lokasi di dekat rumah tinggalku.Kala itu gajiku lima ratus ribu pada tahun 2010.Memang sedikit jika di banding karyawan Ayahku yang lain,apalagi dengan asisten rumah tangga Ibuku juga lain.Aku memang paling rendah dari semuanya,tapi aku syukuri karena berpikir ada orang yang mengasuh anakku mungkin di potong untuk itu.

Dan Rian di kirim Ayah keluar kota untuk mengawasi proyek.Namun masalah kembali mencuat setelah aku tahu jika dia memiliki selingkuhan.Dia mendekati perempuan-perempuan disana dengan gayanya perlente,dia menggunakan nama Ayahku untuk menggaet gadis-gadis.

Yang paling parah saat itu bernama Maria,dia hanya berjarak tiga kilometer dari rumahku.Bisa-bisanya perempuan itu tahu detil dan seluk beluk keluargaku di bukanya secara gamblang.Aku tidak perduli mau bagaimana,tapi tolong pergunakan apa yang dia miliki jangan menggunakan milik orang lain.Dia dengan sombongnya mengelabui gadis-gadis bodoh itu,selain itu dia juga doyan dengan Tante-tante pengusaha ayam goreng di kota J.Kenapa aku bisa tahu karena dia berkomunikasi menggunakan facebook,dan dia lupa log out dari laptop milikku.

Semua yang Rian miliki adalah miliku,dia dulu hanya berpakaian seadanya sekarang bisa agak bergaya.Dulu dia bergantian baju dengan adiknya,kini dia punya stok dan model baju sendiri.Dulu dia naik motor bergantian dengan adiknya,kini dirumah ada motor dan mobil tinggal pakai.Dulu kamar mandi tidak ada atapnya dan ketika buang airbesar harus di wc umum yang kotorannya langsung kekolam,sekarang dia bisa tidur menggunakan air conditioning (AC) tanpa khawatir panas.

Tapi manusia seakan lalai untuk bersyukur,bukannya merendah malah semakin meninggi.Dan itu terjadi seperti sebuah kebiasaan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 14 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DIARY IBUMUWhere stories live. Discover now