7.Cerita Itu

0 0 0
                                    


Aku mendengar mas Al yang mengeluh dengan teman-teman kantornya dan dia begitu tampak kesal,karena mereka sangat melecehkan harga dirinya.

"Bapakku hanya pns dan ibuku perawat,kira-kira responnya Ayah dan Ibumu gimana ya?"tanyanya.

Padahal Ibumu mengerti dengan jelas jika Ayahnya Ibu sebenarnya  tidak begitu sreg,pengusaha ya harus dapat pengusaha karena sesama visi dan misi dalam kehidupan.

Aku mendengar mas Al berucap di telepon agak sedikit kelu menjawabnya.

"Nggak apa-apa kok,Ayah dan Ibu nggak komentar apa-apa"jawabku seraya manis.

Walaupun Ibumu tahu jika orangtua Ibumu itu toxic,tapi tetap saja masih di dengar dan dipertimbangkan pendapatnya,kalau tidak pasti akan terkena masalah.Sejauh ini respon mereka baik dan tidak ada kalimat negatif lainnya.

Mas Al begitu berambisi untuk memperbaiki kehidupannya,yang bagiku sudah baik dan lebih dari cukup.Aku tidak mempermasalahkan apapun,aku hanya ingin pergi dari rumah ini.Aku hanya ingin merangkai hidupku sendiri,ya aku tahu mereka orangtuaku dan kita tidak boleh terluka atas perbuatan mereka di masa lalu.

Sudah kucoba untuk mengingat kenangan-kenangan yang indah,tapi aku tidak bisa.Semua stuck dirasa sakit yang terekam di sekujur tubuhku,bahkan aku tidak ingin merasakan rasa sakit ini.Aku hanya ingin membuat batasan sebentar saja,dan itu bukan berarti membenci.

Karena ceritanya tidak akan habis begitu saja,bagi orangtua Ibumu ini pola pikirnya adalah Orangtua tidak selalu benar tapi tidak boleh di bantah,tidak boleh mengemukakan luka.Karena Orangtua sudah memberi kehidupan dan kesempatan,jadi kalau bisa lupakan.

"Gimana dengan rumah yang di belakang terminal ini?bagus nggak?tidak terlalu luas sih,tapi ada teras sedikit dan ada halaman kecil di belakang.Kapan-kapan kalau libur kuliah aku ajak kesana"ucapnya.

Hatiku begitu trenyuh karena sebegitunya dia berencana untuk membuat kehidupan baru untukku.Dia berusaha menunjukkan dengan kerja kerasnya maka dia bisa memberikan anak orang kehidupan.

Aku meneteskan airmata karena dia berusaha mati-matian untuk membuatku bahagia.

"Apa di lain tempat?tapi jalan masuknya agak curam"ucapnya sembari berpikir.

Aku ingin katakan padanya bahwa tidak perlu berlebihan berpikir,aku bisa hidup sederhana.Aku tidak mau dia merasa tertekan dengan tuntutan yang belum jelas,aku ingin dia fokus di karirnya dulu.Bahkan aku senang ketika dia bisa membeli motor walaupun dengan cara kredit,tapi dia bertanggungjawab.

Aku mencintainya,menyayanginya dan aku tahu dia ingin membuatku bahagia.Segala hal yang terjadi,kekecewaan itu harus kulupakan.Aku juga tidak lagi terlalu fokus dengan tingkah Ayahku bersama perempuan-perempuannya walaupin terkadang membuatku geli.

"Kita akan mulai bersama-sama"ucapnya

Aku sangat beruntung dan ternyata ada orang yang mengusahakan segala sesuatu untukku.Waktu itu aku belum mengenal psikolog atau psikiater,zaman belum secanggih saat ini.Bersamanya aku menjadi merasa terlindungi,dan ada yang memperhatikanku.

"Jangan lupa belajar ya ndut,ingat kita harua fokus"ujarnya.

Aku fokus belajar pada waktu itu aku semester 4,jadi sebentar lagi aku akan mendekati semester akhir.Aku harus semangat dan lulus,rencana kami adalah dalam rentan waktu itu kami dia fokus dengan karirnya dan aku fokus dengan studyku.Paling tidak sudah harus punya rumah dulu,karena kalau sudah punya rumah maka aku bisa pindah dari rumah.Semua kami persiapkan matang dan hanya perlu fokus.

Mas Al kurang begitu suka jika aku badminton agak terlalu larut,tapi dia tahu jika aku menyukai kegiatan itu.Dia menghormatiku walaupun overprotect sedikit karena dia sama sekali tidak bisa olahraga itu.Dia hanya bisa tenis,walaupun tidak sering.

Baginya aku adalah perempuan dengan pemikiran sederhana,tidak aneh-aneh,dan begitu landai.Dia tahu aku baik,dan tulus.Bahkan dia adalah satu-satunya orang yang tidak mempercayai jika aku adalah orang  yang jahat.Aku sangat berterimakasih kepadanya yang telah menjagaku dengan sedemikian rupa,bahkan saat aku yang seharusnya bukan menjadi tanggungjawabnya.

Namanya pasangan pasti akan mengalami banyak pasang surut,begitu juga kami pada hari itu.Aku sangat cemburuan sebenarnya,tapi aku gengsi mengatakannya dan lebih baik aku tidur siang.

Ibumu ingat sekali jika pada hari itu adalah hari Minggu kelabu,Aku bermimpi agak aneh dan seperti nyata.Ah mungkin itu bunga tidur,dan aku mengecek ponselku ternyata ada beberapa sms dan panggilan telepon.Aku hanya membacanya tapi enggan membalasnya.

Semalaman aku di cuekin,karena mas Al berkumpul dengan teman-temannya alumni di kota lain tanpa memberi keterangan lebih lanjut.Dan itu membuatku kesal dan hilang kesabaran,intinya aku kesal dan tidak ingin bicara dengannya.

Sehabis adzan magrib ada yang datang kerumah.eh ternyata dia yang kutunggu-tunggu keterangannya.

"Aku mau ngomong?jangan dirumah?kita pergi makan yuk"ajaknya lembut seperti sedang merayu.

Tapi aku menepisnya,menepis tangannya.Dan dia tahu aku marah besar,sudahlah persis seperti anak-anak.Ternyata kalau di pikir-pikir Ibumu ini punya bakat menyebalkan juga.

Kami hanya diam-diaman lalu terdengar ribut-ribut di luar.Ayahku marah-marah tak terkendali dan membuatku begitu ciut.Lalu asistennya datang dan menanyai mas Al,apakah kenal dengan seseorang yang bernama Alvi.Dan dia menjawab kenal,dulu mereka satu sekolah di SMA.

Waktu itu Ibumu bingung banget,nggak ngerti lagi.Karena kejadiannya seperti mimpi yang tadi siang Ibu alami.Step by stepnya urut,dan jelas sekali.Lalu Ibuku keluar untuk meminta mas Al pulang,dia memandangiku dan berupaya berucap jika akan menjelaskan sesuatu.Tapi tidak bisa,Ibuku dan asisten Ayah memintanya keluar rumah dan segera pergi.Dia menatapku saat keluar pintu dengan wajah sendunya.

Aku bingung,dan tidak tahu mesti bagaimana.Hari itu aku disidang paripurna layaknya pesakitan.Aku tidak boleh bawa ponsel,dan tidak boleh lagi berhubungan dengannya.Hari itu aku merasa parah,tulang igaku remuk dan aku bingung harus mendengarkan yang mana.Aku kecewa dengan mas Al dan juga aku merasa hancur.

Larut malam aku selesai dan kubaca ada sms masuk di ponsel kecil milik ibuku yang sering aku pinjam.Ada dua sms yang isinya aku kurang paham karena tidak semua aku baca,aku takut ketahuan karena gemetar setulang-tulang.Aku capek hari itu dan tidak bisa tidur.Aku sangat bingung dan menebak apa isi pesan yang kuhapus itu.Aku tidak mau  jika mereka membacanya dan tambah semakin masalah.

Beberapa hari ini Ayahku berada dirumah dan dia begitu sibuk mengurusku,dia mengabari semua jajaran orang kantor tempat mas Al bekerja.Aku takut jika Ayahku bertindak kelewatan padanya,dan aku harus menyelamatkannya dengan menuruti apa yang Ayahku minta.

Aku tidak boleh berhubungan lagi dengannya,atau bertemu dengannya di kampus.Semuanya aku tidak boleh,aku harus melupakannya segera.Aku harus menyetujuinya demi keselamatan orang yang kucintai.Aku benar-benar hancur,apalagi kakakku menemukan akun sosial medianya kala itu yang masih bersama Alvi,pada tahun tersebut sedang trend friendster dan facebook baru saja dirilis.

Ibumu begitu menyesal karena telah menyeret orang lain di masalah Ibu,tentang Alvi kukira sudah selesai dan aku juga tahu hal itu karena mas Al bercerita padaku.Kini aku sendirian,aku tidak punya siapapun.Jika aku nekat menghubunginya diam-diam bisa saja akan membawanya kedalam masalah besar.

Aku menuruti apa yang Ayahku katakan,walaupun rasanya sakit.Harusnya bisa kan jika berdiskusi baik-baik tanpa otot.Malam itu pertemuan terakhirku dengan Mas Al,dan hari itu juga kami harus berpisah.

Informanku mengatakan jika Ayahku datang kekantor mas Al untuk memberinya peringatan tegas untuk tidak mendekatiku lagi,dan Ayahku membawa pistol.Aku tahu Ayahku adalah berdarah dingin,dan dia bisa melakukan apa saja.Dan juga ada sedikit ancaman jika melanggar hak tersebut maka mas Al harus menanggung konsekuensinya.

Aku murung dan tampak tidak bersemangat,mungkin agak sakit padahal sebentar lagi ada kejuaraan.Aku sama sekali tidak bersemangat menghadapinya,aku benar-benar menjadi pribadi yang lain.

Mas Al,makasih banget ya udah baik sama aku.Sudah memperjuangkan kebahagiaanku dan mengajariku bahwa aku layak untuk di jadikan pasangan.Terimakasih sudah sayang banget sama aku,dan tidak mau aku celaka.
Aku menulis ini untuk di baca anak-anakku,agar mereka tahu.Dan mereka tahu kok cerita step by step Ibunya,agar anakku bisa belajar dan menjadi jauh lebih baik daripada diriku.

Have a blessed day for you and your family ❤️

DIARY IBUMUWhere stories live. Discover now