9.Perempuan

0 0 0
                                    


Setelah sore itu aku tidak bertemu Rian lagi,aku membencinya.Aku mulai merasa diriku sangat menyedihkan.Aku terbayang-bayang caranya menyetubuhiku dengan sangat kejam.Aku menolaknya tapi dia tidak perduli,dan aku bodoh.

Aku tidak bisa menjaga diriku,aku terlalu percaya dengan oranglain.Aku menarik diriku dan begitu buyar pikiranku,apalagi saat kejuaraan lagi-lagi aku harus mengalami cedera lutut.Aku begitu muak dengan keadaan ini.Aku merasa berdosa telah melakukan hal itu dengan pria yang paling brengsek yang kutemui.

Aku baru sadar bahwa dia adalah pria manipulatif yang kukenal.Dia menggunakan tubuhku untuk mengunciku agar tetap stuck disana.Dia begitu jahat telah memanfaatkanku demi kepentingannya.Aku harus apa jika mas Al tahu,aku harus bagaimana?dia akan tambah membenciku.

Hampir gila rasanya harus menghadapi kejadian ini.Berulangkali Rian menghubungiku,tapi aku tidak bisa.Dia mengatakan bersedia bertanggungjawab apapun jika sesuatu terjadi padaku.Aku sangat takut dan tidak menceritakan hal ini pada siapapun.Aku menutup masalahku diam-diam dan tak seorangpun tahu,bahkan temanku jujuk dan helen juga tidak tahu akan hal ini.

Akhir-akhir ini aku merasa agak aneh dengan badanku.Aku merasa kedinginan di panas terik sampai mengigil,aku tidak tahu jika itu adalah tanda-tanda kehamilan.Aku masih bersikap normal karena aku pernah tidak menstruasi beberapa bulan.

Selama berbulan-bulan kekacauan ini masih tertanam di tubuhku,aku mulai merasa jangan-jangan aku hamil.Tapi mana mungkin,mana bisa aku hamil.Aku mencoba membeli alat deteksi kehamilan,aku takut saat membelinya di supermarket kecil dekat kampus.Gila ini gila,aku nekat membelinya.

Padahal aku tidak tahu cara pakainya,aku membacanya dengan seksama dan dengan sedikit takut aku mencobanya.Jantungku rasanya mau copot dan gelisah begitu tak menentu,namun aku bernafas lega ketika hasilnya negatif.Syukurlah aku nggak hamil,lalu aku mulai tenang.Namun aneh sekali badanku,ketika panas terik aku begiti mengigil bahkan saat di kampus.Teman-temanku merasa ada hal yang aneh dengan tubuhku mereka mengira aku terkena angin duduk,sejenis masuk angin yang sudah berlarut.

Tapi rasanya memang aneh,aku begitu penasaran karena tiga bulan aku tidak menstruasi dan perutku yang datar begitu keras.Aku melihat kakak perempuanku yang kini hamil,aku merasa perutnya juga keras seperti milikku karena kami memiliki postur yang hampir sama.Keesokannya saat di kost,aku membeli alat deteksi kehamilan yang murah,aku membelinya enam sekaligus.

Aku akan mencoba ketika bangun tidur di pagi hari.Dengan langkah bersiap aku pergi kekamar mandi disaat teman-teman masih tertidur untuk mengambil urinku dan kubawa masuk kekamar.Disana aku mencova bereksperimen dengan alat-alat sialan itu.Aku mencoba enam sekaligus,lalu ada yg satu hanya bergaris satu tapi yang lainnya samar.

Ya,aku hamil.Aku begitu lemas melihat itu semua,bagaimana bisa aku hamil,bagaimana mungkin?

Tatapanku nanar,aku begitu limbung seharian di kamar kost tidak keluar dan juga tidak kekampus,seharian aja didalam kamar melamun.Hariku runtuh,aku sudah jatuh kali ini.Dan aku memutuskan menghubumgi Rian memberitahunya.

"Bagaimana bisa?"ucapnya padaku.

What the fuck,dia yang melakukan dan dia yang kaget sendiri.Harusnya aku yang shock,maka keesokannya kita bertemu untuk membahas ini.Tapi aneh nggak sih kalau dari dia sama sekali nggak tertekan,dia malah santai dengan keadaan ini.

Kami bertemu keesokannya dan aku mengatakan jika aku hamil,lalu apa yang dia katakan.

"Aku akan tanggungjawab,aku siap"ucapnya ringan sembari menyedot rokoknya.

Batinku begitu sakit mendengarnya,pikiranku juga terasa sakit.Dia tidak berpikir bagaimana nanti,masa depanku,mimpi-mimpiku dan terlebih orangtuaku.Aku menganggapnya teman dan dia mengambil kesempatan itu padaku.

"Maksudnya tanggungjawab apa?"tanyaku

"Ya aku bersedia nikahin kamu"jawabnya santai.

Mataku terbelalak mendengar kalimat itu dari mulutnya.

"Kamu harus tanggungjawab,aku nggak mau tahu.Intinya aku mau ngilangin ini!"tegasku padanya.

"Kenapa?kalau kamu nggak bisa ngerawatnya,aku bersedia ngerawat anak ini"ucapnya puitis.

"Bagaimana bisa kita menikah?hah!"

"Kita sama-sama lajang,jadi bebas saja kalau mau menikah"

"Menikah nggak segampang yang kamu kira,ngerti nggak sih.Aku nggak mau,aku nggak bisa"ucapku kelu

Rian berdalih dan dia selalu bersikeras akan bertanggungjawab dengan menikahiku tapi aku tidak bisa.Aku tidak mau menikah dengannya,ini bagaikan mimpi buruk yang menjadi bayangan dalam diriku saat ini.Aku menangis menyambut kehancuranku.

Aku dan mas Al tidak akan pernah ada harapannya lagi,aku sekarang hamil.Dan dia pasti akan memakiku bila tahu betapa menyedihnya diriku,aku membutuhkannya Tuhan.Aku mencintainya,tapi mengapa garis hidupku harus menjadi seperti ini.Semua impianku hancur dan semuanya gelap,aku membencinya.

"Aku nggak mau tahu,kamu harus tanggung jawab dan aku mau menghilangkan anak ini"ucapku.

Dan Rian sedikit bingung dengan hal ini,dia bertanya tentang klinik aborsi yang berada di kota SR yang perjalanannya menempuh sekitar 2 jam dari kota ini.Kebetulan tetangga kost Rian adalah wanita simpanan yang pernah melakukannya,biayanya sekitar 7 juta pada waktu itu.

"Aku nggak punya uang sebanyak itu"jawab Rian.

"Ya kamu usaha donk,kamu harus tanggungjawab tentang ini.Kamu punya berapa dan sisanya aku yang bayar.Aku nggak mau tahu pokoknya kita harus selesaikan ini"tekanku padanya.

Semakin usia kandungan tua maka semakin mahal biaya yang harus diperlukan.Dan kami sepakat untuk berupaya besok,entah mengapa malam itu aku gelisah.Namun paling tidak aku bisa mencapai mimpiku dan terbebas dari hal ini.

Tiba-tiba aku terbangun malam itu,aku ingin kekamar mandi.Namun entah mengapa TV di kost menyala sendiri dan ada tayangan solusi di sctv pada waktu itu,yang menayangkan soal aborsi.Lututku raaanya nyeri,dan sendiku sepertinya hilang dariku.Aku terpaku di depan layar tv dan seperti ada yang membuatku terjaga di satu sisi waktu itu.

Aku salah,aku merasa salah jika harus menghilangkan nyawa ini tapi disisi lain aku tidak siap memiliki anak dan menikah dengan orang yang tidak kucintai.Aku tidak mau,hidupku sudah buruk dan ini akan menjadi mimpi buruk.Aku sama sekali tidak berpikir tentang peristiwa itu,aku memang bodoh dan tidak berpikir bahwa aku masuk perangkap yang membuatku stuck disini.Bisa-bisanya aku tidak berpikir ke arah ini,aku hanya bisa menangis malam itu sesengukan.Aku bahkan tidak tidur dan bertanya-tanya pada diriku sendiri tentang apa yang harus aku lakukan sekarang,aku harus menerimanya kah?atau harus apa?

Aku bertemu Rian dan mengatakan jika aku tidak jadi mengugurkan kandungan ini,tapi aku juga belum tahu langkah apa yang harus kuambil.

"Aku tanggungjawab kekamu,aku cinta sama kamu terserah kamu may bagaimanapun aku mencintaimu dan kamu tahu itu"ucap Rian dengan sendu.

"Kita berteman,dan kenapa kamu kayak gini.Aku sama sekali nggak ngerti"isakku dengan kepedihan.

"Aku akan bicara keorangtuaku nanti,kalau kamu tidak mau tidak apa-apa tapi anak ini bisa kamu kasih ke aku"

"Hal ini nggak bener,kamu tahu kan nggak bener.Masalahnya banyak,aku nggak bisa.Aku bingung harus gimana"

"Aku nggak akan memaksa kamu cinta sama aku,tapi aku berusaha"ucapnya

Ingin kubenamkan saja diriku di sungai itu,Tuhan menghukumku dengan ini.Semua terjadi karena kesalahanku,bisa-bisanya aku harus menikah dengan orang yang tidak kucintai.

Apakah ini jalanku?apakah ini takdirku bahwa aku memang harus menerima semua ini.Bahwa aku harus menerima pria itu,toh katanya lebih baik dicintai daripada mencintai.Tapi rasanya hal itu akan sulit

DIARY IBUMUWhere stories live. Discover now