Tidak ada yang lebih menjijikkan daripada harus mengobrol dengan cowok bermuka dua seperti Ace. Muak sekali rasanya, Heaven harus berhadapan dengan si keparat ini.Untungnya, tak lama setelah itu anggota lain dari seven stars entah habis darimana kini bersamaan muncul mendekati Heaven dan juga Ace yang masih beradu tatap.
“Woi Ace, kita cariin dari tadi juga, taunya lagi berduaan di sini hah?” Kale menyelinap di antara Ace dan Heaven, sebelum akhirnya cowok itu merangkul bahu temannya tersebut.
Sedangkan Lionel, Carmen, Andra dan Marven hanya memperhatikan mereka dalam diam.
Ace melirik bahunya dengan sorot tak bersahabat, mengundang ringisan kaku dari Kale dan segera melepaskannya.
“Heaven, kebetulan lo di sini.” Carmen, cewek manis dengan bandana berwarna kuning yang melingkar di kepala rambut panjangnya itu maju dengan senyum merekah, sambil mengulurkan sesuatu untuk Heaven. “Nanti besok malem datang ke pesta ulang tahun gue ya?” ajaknya penuh riang.
Heaven berdecak kecil, hanya melirik undangan dengan sisi-sisi gemerlap penuh emas, di tangan si cewek lugu itu dengan tatapan malas. Bahkan sempat memutar bola matanya pelan, terlihat sangat angkuh dan menyepelekan. “Gue gak janji bisa dateng,” ujarnya blak-blakan tanpa mau pikir pusing memperdulikan perasaan lawan bicaranya, disusul oleh raut wajah Carmen yang mulai mengerut sendu.
“Tinggal dateng aja emang kenapa si Ven?” celetuk Kale, masih berdiri di samping Ace.
“Bener tuh, gak seru banget kalau gak ada ratunya GHS di sana,” sambung Marven sambil cengengesan. Jelas itu hanya candaan.
“Dateng aja Heaven, lo pasti suka sama pestanya,” ujar Andra tanpa ekspresi.
Sedangkan Lionel hanya bungkam, dari tadi pun wajah cowok itu begitu kusut, lebih sering membuang muka. Sepertinya masih belum bisa menghadapi kenyataan bahwa kini Heaven sudah resmi bertunangan dengan Ace.
Dia marah, marah pada dirinya sendiri yang tidak bisa mempertahankan hubungan mereka karena desakan dari kedua belah pihak orang tua. Ditambah lagi dengan keluarga Ace yang jauh lebih berkuasa daripada keluarga nya. Itu juga satu-satunya yang menjadi alasan kenapa Lionel masih sudi berteman dengan Ace. Dia bisa saja dicoret dari kartu keluarganya, jika memilih untuk memutus hubungan dari cowok itu.
“Gak usah dipaksa kalau dia gak mau,” tambah Ace. “Bagiin ke yang lain aja. Cewek sombong kayak dia ngapain juga diundang.” Cowok itu melengos begitu saja setelah mengucapkan hal itu, membuat Heaven refleks terkekeh geram.
“Marven, lo bawa rokoknya kan?” Cowok itu kembali berbalik badan.
“Oh!” Marven tampak terkesiap sejenak kemudian meringis kaku ”Bawa kok. Yuk, gas,” ajaknya kembali penuh energi. ”Ndra, lo mau ikut gak?” tanyanya.
“Sorry nih ye, dia mah anak baek-baek, gak kayak kita. Dah tinggal aja,” balas Kale rese' sambil merangkul bahu Marven dan membuat Andra memutar bola mata. Kembarannya itu memang menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heaven's
Teen Fiction‼️young adult - romance Di sekolah elit- Golden High School ada beberapa anak emas yang disebut-sebut sebagai pilar kehidupan dengan julukannya... Seven Stars. Ace Rajendra Morrigan Lionel Abian Carmen Lavendra Kalandra Junio Bhaskara Kalendra Junio...