“Ini gak kayak apa yang lo lihat, gue gak dorong dia, Ace!”
“Jelas-jelas gue lihat sendiri kalau lo yang dorong Saras dari atap tadi, Isabella!”
Terkejut saja rasanya tidak cukup saat cowok itu melihat kejadian barusan. Apalagi saat Ace mendekat dan melirik ke bawah di mana ada tubuh tergeletak bersimbah darah di sana dan sialnya itu adalah Saras.
Anehnya, Ace tidak langsung marah, bahkan cowok itu justru buru-buru menarik tangan Heaven agar pergi dari sana dan kini malah berakhir di kamar ini.
Tadinya Ace berniat untuk istirahat sebentar di dalam kamar ini, namun dia urungkan karena cowok itu memutuskan untuk merokok di atap. Tapi begitu Ace sampai di atas sana, dirinya malah dikejutkan dengan kejadian yang tidak terduga ini.
“Dia duluan yang mau bunuh gue, dia duluan yang mau dorong gue dari sana, Ace!” elak Heaven tak kalah frustasi.
“Dan berakhir lo yang dorong dia?” sentak cowok itu.
“Itu cuma bentuk pembelaan diri! Dan gue juga gak expect bakalan jadi kayak gini!”
Ace menghela napas kasar, rahangnya kian mengetat dengan urat lehernya yang berdenyut. Dia memijat alisnya sesaat dengan desisan rendah sebelum kembali menatap cewek yang tampak bergetar itu juga wajahnya yang pucat pasi. Menjilat bibir sejenak, sebelum suara berat cowok itu keluar. “Tetap aja lo yang dorong dia, Isabella,” decaknya serak. “Lo pelakunya.”
Sudah beberapa hari ini cowok itu belum tidur, membuat nya sangat kelelahan, tidak bisa berpikir jernih, dan sekarang dia malah dipusingkan dengan hal mengejutkan ini yang membuat kepalanya terasa kian berat seolah ingin meledak.
“Terus lo mau laporin gue ke polisi gitu?” Heaven mengepalkan tangannya dengan sorot tajam. Nada suaranya juga mengandung kebencian mendalam.
“Lo takut?” Ace menyeringai.
Memejamkan mata sejenak sambil menghela napas, Heaven mencoba menetralkan emosinya agar lebih stabil. Jika ditanya takut atau tidak, Heaven akan menjawab iya dia sangat ketakutan. Cewek itu menelan ludah. “Gue bakal sembunyiin soal hubungan lo sama Saras, tapi please jangan kasih tau sama siapapun soal ini, terutama bokap gue,” beritahunya dengan sekali tarikan napas dan mata yang berkilat penuh kesungguhan.
“Huh?” Ace terkekeh rendah. “Hubungan gue sama Saras?” Wajahnya menyeringai geli.
“Lo gak mungkin jatuh cinta sama dia kan?” Heaven mendesis tajam. “Jadi gue rasa, kalau dia kenapa-napa pun, hidup lo gak bakalan hancur, kecuali kalau lo mau semua orang tahu soal hubungan gelap kalian berdua.”
Ace kian terkekeh tak percaya. Bahkan sampai menggaruk pelipisnya sambil mendesah keras seolah begitu terkejut—saking tidak percaya kala mendengar kalimat tadi yang baru saja keluar dari mulut Heaven.
“Fine. Gue bakalan tutup mulut.”
See?!
Sudah Heaven duga jika si bajingan Ace ini hanya menginginkan selangkangan Saras saja. Tapi baguslah, Heaven jadi tidak perlu khawatir lagi soal dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heaven's
Teen Fiction‼️young adult - romance Di sekolah elit- Golden High School ada beberapa anak emas yang disebut-sebut sebagai pilar kehidupan dengan julukannya... Seven Stars. Ace Rajendra Morrigan Lionel Abian Carmen Lavendra Kalandra Junio Bhaskara Kalendra Junio...