Membuka ruangan yang telah dikunci sejak dua hari lalu itu, pria tersebut tampak memperhatikan sekelilingnya dengan seksama. Begitu banyak barang yang rusak dan berserakan, tadi pagi ia diminta kepala sekolah untuk memeriksa ruang lab komputer ini, entah untuk apa.
Tapi ia yang hanya bekerja sebagai seorang pustakawan menurut saja, lagi pula terkadang ia bosan juga duduk di perpustakaan terus menerus, hampir semua novel di perpustakaan sekolah sudah ia baca untuk mengusir rasa bosannya.
Berjalan dengan perlahan berbelok ke arah kiri seraya menengok ke atas, langkah pria itu terhenti tatkala kakinya merasakan suatu benda empuk yang ia rasa tidak boleh diinjak. Menundukkan kepalanya ke bawah, netra pria itu sontak terbelalak kaget dengan pemandangan yang ia lihat.
Seorang siswi? Siapa dia? Berjongkok untuk memeriksa kondisi gadis itu dengan menyentuh urat nadi dan memeriksa deru napasnya, rupanya gadis itu telah meninggal dunia. Tiba-tiba netra pria itu menangkap label nama di seragam siswi itu dan membacanya.
"Amanda Cahya Purnama? Ternyata siswi itu, kok bisa teman-temannya enggak ada yang tahu kalau dia ada di sini?" Berdiri seraya merogoh ponselnya di saku celana, pria itu mengetikkan sesuatu di ponsel dan menelepon seseorang untuk segera datang ke ruang lab komputer.
👻👻👻
Sunyi, senyap dan hampa adalah tiga kata yang paling cocok untuk menggambarkan ruangan tak berujung tersebut. Seperti tak ada tempat selain hanya ruang kosong tak berpenghuni, mencari keberadaan seseorang di saat begini pun sepertinya akan sulit dan merupakan hal yang mustahil jika ada seseorang yang lewat, walau pun itu bisa dihitung dengan jari.
"Ada orang enggak? Halo?" ucap gadis tersebut.
Suaranya menggema dalam ruang kosong itu, dengan raut wajah penuh kebingungan seraya menepikan poninya yang panjang ke belakang telinga agar tak menutupi mata. Gadis itu tiba-tiba didatangi oleh sosok pemuda seumurannya, pemuda itu berdiri di hadapan gadis tersebut seraya menatapnya dari atas hingga bawah.
Siapa pemuda itu? Pikirnya, mendadak ia mengedipkan kelopak matanya beberapa kali ketika melihat pemuda di depannya terus menerus berganti wujud. Dari yang awalnya biasa saja sampai kepalanya timbul luka dan mengalir darah yang begitu deras hingga menetes dan mengotori lantai yang ia pijak.
"Ke-kepalamu kenapa? I-itu terluka tahu," ucapnya gugup karena sedikit ketakutan melihat wujud sosok di depannya.
Sosok tersebut mengulurkan tangannya ke depan lalu berkata, "Ikutlah denganku, Amanda."
"Memangnya kau siapa?"
"Kau melupakanku?"
"Memang kita pernah bertemu?"
"Ya, kalau kau ikut denganku. Maka kau akan meninggalkan suatu hal yang berharga, tapi jika kau ikut denganku. Maka kau akan mendapatkan apa yang kau mau, bagaimana?"
Terdiam dalam lautan pikirannya untuk memikirkan jawaban yang tepat dari pertanyaan pemuda di depannya, entahlah. Ia tidak ingat apa pun dan bagaimana ia bisa sampai berada di ruang hampa ini, apa yang sebenarnya terjadi dan siapa pemuda tersebut?
"A-aku ... aku ikut denganmu, lagi pula aku tidak ingat apa-apa sebelumnya dan apa yang akan ku lakukan di tempat seperti ini," ucap Amanda memutuskan pilihannya.
"Kalau begitu, ikuti aku." Sosok itu berbalik kemudian berjalan ke depan, Amanda mengekori dari belakang dengan raut bingung dan tampak keningnya berkerut karena sedang memikirkan banyak pertanyaan di kepalanya.
Semakin lama mereka berjalan ke depan, kegelapan semakin menelan sosok keduanya dan seseorang tiba-tiba terbangun dengan keringat dingin di wajah, rautnya terlihat cukup terkejut seperti baru saja melihat sesuatu yang menakutkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/366513118-288-k818584.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Screams✓
HororPesantren kilat serta buka bersama di sekolah pada bulan Ramadhan adalah hal biasa juga merupakan kebiasaan rutin yang dilakukan setiap sekolah, agar siswa-siswi mereka tetap memiliki kegiatan di sekolah meski sedang berpuasa. Tapi pernahkah kalian...