BAB 7 : HARI 118, BUKAN BENCI

168 6 2
                                    

Happy Reading

------------

Mata Lara terpaksa ia buka saat panas nya sinar matahari sudah mulai menembak ke arah wajahnya itu. Tidak.. Lara tidak berada di ruangan biasanya, dia masih berada di parkiran itu dalam kondisi yang sama sebelum Gavin meninggalkan nya kemaren.

"Woii gembel, ngapain lo tidur di sana" Ucap Diego mengejek keadaan Lara sekarang.

Lara hanya diam, tidak menghiraukan temenan dari Diego barusan.

"Vin..., bukak tali nya, sakit tangan gue" Lirih Lara pelan.

"Woii, cewek lo manggil" Ucap Diego menegur Gavin

"Bacot lo" Jawab Gavin.

Gavin berjalan melangkah ke arah Lara, ia melepas tali yang terikat di tangan dan kaki Lara.

"Berdiri! " Perintah Gavin pada Lara.

Sebisa mungkin Lara berdiri dan menahan sakit yang masih membekas di tubuh nya itu, namun baru saja berhasil berdiri, kepada Lara benar benar pusing, penglihatan nya mulai tidak jelas, wajah nya sangat pucat.

Bughh...

Lara jatuh ke bawah dengan sendirinya, Lara jatuh tak sadarkan diri, dia pingsan. Gavin yang menyadari hal itu langsung menggendong Lara menuju ke ruangan tempat biasanya Lara di pasung itu.

-----------

Mata Lara mulai ia buka perlahan, memegang sedikit kepala nya yang masih terasa sedikit pusing, "nih,, makan dulu, lo belum makan seharian kemarin" Ucap Gavin memberikan makanan kepada Lara.

"Lo kenapa sih vin, kadang baik, kadang lo bisa keterlaluan banget sama gue? " Tanya Lara.

"Lo makan atau gue berubah pikiran? " Jawab Gavin

"Iya" Sambung Lara sambil membuka makanan yang Gavin berikan.

Gavin memperhatikan Lara yang saat ini sedang makan, terlihat penderitaan dari raut wajah Lara yang sangat cantik itu. Sesekali mata Lara menangkap Gavin yang sedang memperhatikan nya.

"Lo nggak kasian sama gue vin? " Tanya Lara dengan ekspresi memohon.

"Buat apa? " Jawab nya dingin.

"Se jahat apasih gue di mata lo dulu, sampe tega lo balas gue kayak gini, apa yang lo lakuin ke gue emang belum cukup buat semua nya? " Ucap Lara menahan air mata nya.

"Gue belum puas" Jawab Gavin pertegas pada Lara.

Gavin lalu pergi meninggalkan Lara yang masih terdiam di dalam ruangan itu.

"Gue capek vin... " Lirih nya.


------------

Sore ini di Jakarta :

"Lo kemana ra... Nggak mungkin kan lo pergi secepat ini, gue nggak percaya kalau lo bakal ninggalin kita semua, lo kemana ra... Lo masih hidup kan ra.. Ucap seorang cewek yang sedang melihat foto kebersamaan nya dengan Lara.

Dengan sigap cewek itu menghapus air mata nya. "Gue nggak akan nyerah, gue bakal cari tau keberadaan lo. "

"G-gvin kali aja dia tau dimana keberadaan Lara.. "
Ucap Nikey meyakinkan dirinya sendiri.

------------

Tring...
Tring...
Tring...

Handphone Gavin sedari tadi berbunyi, tapi tidak dia hiraukan.

"Woii HP lo tuh, brisik" Arthur menyeletuk Gavin.

"Nggak penting" Jawab Gavin.

"Dari siapa? " Tanya Arkhan penasaran

"Nomor nggak di kenal. " Sambung Gavin.

"Sini" Ucap Arkhan sambil merebut handphone Gavin.

Dengan sigap Arkhan menjawab telfon dari nomor nggak di kenal itu.

"Halo.. Ini siapa?? " Ucap arsen memulai pembicaraan dan mengaktifkan loudspeaker.

"Gavin, ini Nikey, gue butuh bantuan lo, lo udah baca berita kan, kalau Lara hilang, gue minta tolong sama lo buat nyari keberadaan Lara, karna gue yakin Lara belum meninggal, lo bisa bantu kan vin? " Ucap Nikey menjelaskan.

Sentak semua anggota The Vagos kaget dan saling menatap satu sama lain.

"Lo salah nomor" Jawab Gavin lalu mematikan telfon tersebut.

Tut... Telfon itu berakhir.


-----------

Malam menunjukkan sudah semakin larut, tapi Lara dari tadi belum bisa tidur, ntah apa yang ia pikirkan tapi dia berharap Gavin datang menemui nya malam itu. Di tunggu demi tunggu tapi tidak ada tanda tanda bahwa Gavin akan datang.

Trekk..

Suara yang Lara tunggu dari tadi akhirnya terdengar, saat dia menoleh ke arah pintu bukanya Gavin yang datang kali tapi Arsen.

"Mau ngapain lo kesini, mana Gavin" Tanya Lara sambil sedikit mengintip keluar.

"Tumben lo nyari Gavin, dulu kemana aja lo, ha? Baru nyesal sekarang, udah telat" Jawab Arsen mengungkit masa lalu.

"Lo nggak tau apa apa! " Jawab Lara mempertegas Arsen.

Plak...

Satu tamparan keras dari Arsen tempat mengenai Lara.

"Woii.. Lo apain cewek gue brengsek! " Teriak Gavin dari belakang.

"Gue cuma ngasih pelajaran buat dia" Jawab Arsen.

"Pergi! " Perintah Gavin dingin.

Dengan perintah Gavin tadi membuat Arsen pergi meninggalkan ruangan tempat Lara di pasung itu.

"Gitu doang nangis lo, pecundang " Ucap Gavin meremehkan Lara.

Lara melangkah ke arah Gavin, tanpa aba aba dia memeluk Gavin dengan erat dan hangat.

"Jangan lepasin pelukan gue, gue butuh penenang" Ucap Lara pelan.

Gavin yang menerima perlakuan Lara tadi hanya terdiam membeku dalam pelukan Lara yang terasa sangat hangat. Hatinya sakit saat Lara selalu bersikap seperti sedangkan dirinya terus terusan menyiksa Lara. Dendam Gavin tak bisa ia kendalikan, padahal di dalam hati kecil nya dia tidak tega pada Lara.

Beberapa saat setelah nya, Lara melepas pelukan nya pada Gavin. "Makasih lo udah bikin gue tenang" Ucap Lara pada Gavin. "Lo boleh pergi vin, gue mau sendiri" Sambungnya.

Tanpa basa basi Gavin pergi meninggalkan Lara di ruangan itu.

"Benci lo? Itu bohong vin, gue nggak pernah benci lo sedikitpun" Gumam Lara.

-------------

Omg guys, apa maksud ucapan Lara ya? Apa jangan jangan Lara udah mulai suka sama Gavin? Tapi masak iya sih? ...... 🤔

Nantikan kelanjutan kisahnya, jangan lupa share ke teman teman kalian dan promosikan ke sosmed kalian.

See you💐

112-150Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang