Sinar matahari mulai menembus celah-celah ruangan kelas yang kosong. Di sudut ruangan, Tesla terpekur diatas kursi dengan pandangan kosong. Jari jemarinya tertaut dan wajahnya disangga oleh kedua siku yang bertumpu di meja kayu oak yang masih baru.
Tidak ada kelas hari ini.
Cuz It's Sunday.
Awalnya Tesla hanya berjalan-jalan santai di tepian danau hitam yang ber-arus tenang, dengan kicauan burung-burung yang menambahi kesan damai di pagi hari sebelum terbitnya matahari. Hanya saja ia tidak bisa menemukan ketenangan disana.
Pikirannya kacau dan ia tidak tahu sebabnya.
Sejak insiden tangis Draco satu minggu silam, kepalanya terus memutar bagaimana tangis pilu itu menyentak kedalam dirinya. Setengah bagian dari dirinya merasa bahwa tangis itu tidak sepenuhnya disebabkan oleh satu hal.
Tesla mengenal Draco selama 6 tahun, dan itu menjadi alasan mengapa ia tahu bahwa ada hal lain yang menghantui pikiran Draco.
Namun alih-alih menanyakan langsung pada laki-laki blonde itu, dia memilih untuk tetap bungkam. Menunggu anak itu untuk berterus terang kepadanya sama seperti saat-saat dahulu.
Dan pada akhirnya, ruang kelas ramuan kosong menjadi tempat Tesla untuk merebahkan kepalanya sejenak.
Ada rasa kantuk yang hinggap di matanya. Membuat kedua iris biru itu terlihat sayu. Well, salahkan Pansy karena mengajaknya menyelinap ke asrama laki-laki untuk bertemu dengan Blaise. Mereka cinta mati by the way. Tesla bahkan tidak habis pikir dengan rekannya yang satu itu.
Setelah itu Tesla dibiarkan menunggu di depan kamar Blaise karene mereka tampaknya sibuk bermesraan di dalam. Lagipula Tesla tidak mau peduli juga tentang kegiatan mereka.
"Love?"
Suara itu praktis membuat kepalanya tertoleh ke pintu masuk. Draco berdiri di ambang pintu dengan setelan Jaz rapi dan senyum kikuk yang terplester di susut bibirnya.
"Kamu menemukanku." Tesla beringsut dari tempatnya dan berjalan kearah Draco yang kini tersenyum dengan tulus.
"Always."
Laki-laki itu mengulurkan tangannya untuk bertumpu pada pinggang Tesla. Membawanya lebih dekat hingga mereka hanya berjarak beberapa inchi dari satu sama lain. Dengan begitu, Tesla bisa mencium bau khas laki-laki di hadapannya. Addictive.
"Where are you going?"
"Family matters. Like always."
Tesla mengangguk mengerti. Biasanya Draco memang memiliki pertemuan keluarga. Kalau tidak salah, mungkin 1 bulan sekali dia akan menghabiskan waktu bersama keluarganya.
"Sebenarnya aku tidak ingin pergi." Ucap Draco saat tangannya bergerak untuk melingkarkan kedua lengan Tesla ke bahunya.
"Kamu selalu bilang begitu." Gadis di hadapannya tersenyum dan memainkan rambut belakang Draco, membuat laki-laki itu memejamkan matanya dan bersenandung pelan.
"Tapi kali ini aku benar-benar tidak ingin pergi."
"Kalau begitu tinggallah. Tinggal disini."
Draco menarik nafasnya dengan berat kemudian menggeleng pelan.
"Sudah seharusnya begitu. Seharusnya kita menghabiskan waktu di hogsmeade kemudian membeli permen dan cokelat yang kamu sukai, atau paling tidak kita bisa bersantai di menara astronomi berdua. Hanya berdua,"
"Tapi aku tidak bisa." Lanjutnya ketika iris abu-abu itu bertemu dengan milik Tesla. Ada sedikit kepedihan dalam intonasi nadanya seolah meninggalkan Tesla hari ini adalah hal yang paling berat untuk dia lakukan.
Tesla terkikik kecil, "bukankah itu sedikit dramatis Mr. Malfoy?"
"Aku tidak bercanda, Love."
"Alright, then you have to go." Tesla merapikan dasi laki-laki itu membuat si pemilik tersenyum pahit dan membuang wajahnya. Ia melihat kemana saja, asal tidak pada figur rentan di hadapannya.
"Haruskah aku tetap disini saja?" Draco bertanya dengan lirih dan sontak si gadis menggeleng dengan ribut.
"Jangan, hormati keluargamu ya? Lagipula itu tidak akan berlangsung lama."
"Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu."
Tesla menangkup wajah Draco dengan kedua tangannya. Membuat si Malfoy menatap lurus kearahnya, dan dia bisa melihat keraguan di setiap pandang yang Draco berikan padanya.
"Kamu selalu mendramatisir keadaan tahu?"
"Aku hanya bersikap realistis. Menghabiskan waktu bersama keluargaku sangat membosankan dan aku tidak menyukainya. Andai saja kau bisa bergabung denganku."
"So you leaving or not?"
Draco mengerucutkan bibirnya dan mengangguk. Ia melepaskan tangannya dari pinggang Tesla dan mencuri kecupan singkat di pipi tirus gadis itu sebelum akhirnya melambaikan tangannya dan berjalan dengan gaya paling superior di sepanjang lorong gelap hogwarts yang masih sepi.
Gaya arogan itu tampaknya sudah sangat melekat padanya. Membuatnya dicap sebagai berandalan Slytherin yah meskipun masih sedikit cupu karena dia takut pada si Granger.
Dan pada akhirnya, Tesla menghabiskan waktunya untuk menyendiri di kelas ramuan hingga hari mulai menggelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pain Of Slytherin-Draco Malfoy
FanfictionTesla mencintai Draco, dan mereka membalas perasaan satu sama lain sebagaimana seharusnya. Namun, Tesla tidak mengetahui fakta. Bahwa Draco sudah terikat dengan seseorang tanpa sepengetahuannya . . . . . . . . 🐍Fanfic High rank #4 in astoriagreengr...