10. Vēl viena diena, ko atcerēties

16 6 2
                                    

Tepat pukul sembilan, ketika Professor Snape memasuki ruang kelas ramuan dengan wajah lempengnya seperti biasa. Jendela bergerak untuk menutup dengan mantra sihir, membuat ruangan menjadi lebih gelap dan mencekam.

Di meja sudut paling akhir, Tesla dan Draco duduk bersampingan. Lengan Draco melingkar pada pinggang ramping gadis itu, menariknya lebih dekat hingga tubuh mereka praktis bersentuhan.

Snape melirik, namun tampaknya dia tidak repot-repot untuk peduli. Suaranya yang berat mengomando seluruh siswa untuk membuka buku ramuan dan memberikan waktu 10 menit sebelum essay dimulai.

Sementara Tesla menghela nafas. Dia sudah belajar tadi malam, melawan siswa Hufflepuff bukanlah sesuatu yang sulit karena mereka cukup payah dalam akademis.

Diam-diam ia melirik pada Draco yang melamun. Menatap lurus pada buku di mejanya dengan pandangan kosong. Tidak ada gairah tekad seperti biasanya.

"Drac?"

Dia tersentak dan dengan refleks mengeratkan lengannya di pinggang Tesla.

"Yes?" Dia menjawab dengan senyum tipis, matanya menatap tulus pada Tesla yang kini bersandar padanya. Draco terdiam untuk sejenak, mengamati wajah gadis didepannya dengan seksama. Mata birunya yang indah, hidungnya yang mancung dan bibir plum dengan segaris bekas luka akibat tergigit olehnya sendiri.

"You seems a bit off."

Si lelaki blonde menghela nafas kemudian mengangguk.

"Aku sedikit lelah kurasa." Dia tersenyum kemudian tangannya bergerak untuk menyelipkan anak rambut yang jatuh di dahi gadisnya.

"Tapi aku tidak apa apa." Dia melanjutkan.

Sementara itu, Tesla menghela nafas kecil kemudian berujar, "jika ada sesuatu yang salah, kamu bisa memberitahuku."

"Perhatian sekali." Draco mencubit ujung hidung Tesla, membuat gadis itu sedikit meringis dan sontak memberi tatapan mengancam pada Draco.

"Aku hanya tidak bisa menahannya, kamu terlalu manis."

Sebuah pujian ringan, yang selalu membuat pipi Tesla bersemu kemerahan. Meskipun sudah ribuan kali Draco mengatakan itu, selalu saja ada rasa mendebarkan dan rasa geli yang menyebar di perutnya.

Melihat itu, Draco tertawa kecil kemudian mendekatkan wajahnya untuk menberi kecupan lembut pada hidung Tesla.

"You two get a room." Blaise dan Theo yang duduk di samping mereka berdua menatap jengkel. Theo mengibaskan tangannya di udara, mengisyaratkan sepasang kekasih itu untuk meninggalkan kelas.

Disisi lain, Pansy dan Lorenzo yang duduk di depan segera menoleh ke belakang. Menatap penasaran pada apa yang terjadi dengan teman-temannya.

"Jangan iri Blaise." Draco mendengus dan memberi tatapan mengejek pada Blaise.

"Aku? Iri? Tidak level." Blaise berucap sedikit lebih keras yang membuat Theo langsung memukul kepala belakangnya.

"Jangan keras-keras bodoh! Si Snape akan memenggal kepalamu jika mendengarmu bersuara."

"Tidak seburuk itu The--

Blaise belum menyelesaikan kalimatnya ketika suara Snape bergema ke seluruh penjuru kelas.

"Blaise Zabini! Get out of my class!"

Tesla, Draco dan Theo menyembunyikan tawa mereka saat melihat ekspresi shock milik Blaise. Laki-laki berkulit hitam itu berdiri dan menyeret langkahnya dengan gontai menuju pintu kelas.

Sementara itu Pansy menatap prihatin pada kekasihnya.

"Oh kekasihku yang bodoh dan malang."



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pain Of Slytherin-Draco MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang