5. Mutuļojošais vītols

9 8 0
                                    

Akhirnya liburan tahunan Hogwarts sudah usai. Aku, Leah, Robert ayahku, dan Lylia Ibuku kini berjalan berdampingan menuju kereta Hogwarts setelah melewati peron 3/4. Ah, by the way, Leah sudah masuk hogwarts setahun yang lalu, kini dia berada di kelas dua. Well, siapa yang menyangka jika kami berdua sama sama masuk Slytherin.

"Jangan lupa kirimi kami surat setiap pekan, kami sangat kesepian saat tidak ada kalian." Father memasang wajah dramatis yang begitu menyedihkan.

"Jangan dengarkan mulut dusta ayahmu. Dia selalu bersenang senang tanpa kalian, besok dia akan pergi berpesta bersama teman temannya."

Aku mendelik menatap Father.

"Ibumu sama sekali tak bisa menjaga rahasia." Orang tua itu sok sokan memasang wajah sedih.

"Jangan memasang wajah seperti itu Robert, kau terlihat seperti gelandangan." Father akhirnya menjauh, dia membuang pandangan seolah sedang marah pada kami bertiga. Kebiasaannya sejak sebelum kami lahir, kata Mother.

"Baiklah, kalian jaga diri baik baik. Karena kau sudah memasuki kelas tiga, mungkin kau diperbolehkan berkunjung ke Hogsmeade." Mother beralih menatapku. Sejujurnya aku tidak tertarik dengan desa itu. Jika bisa, aku akan menghabiskan seharian itu untuk tidur dan bersantai seorang diri di ruang rekreasi. Asal kalian tahu, sekarang aku sudah tidak terlalu mual mencium bau ruangan tersebut. Mungkin karena terbiasa.

"Kami masuk dulu Lylia, jaga dirimu. Kalau Robert macam macam pukul saja otaknya." Pesan Leah seperti orang dewasa. Aku tertawa mendengarnya, dia memang begitu sadis pada ayah kami.

Kami berdua pun masuk ke dalam kereta, berpapasan dengan anak bungsu keluarga Weasley, siapa sih namanya? Ginney? Gynne? Entah.

"Hai Grinheard." Sapanya pada Leah. Hell, sejak kapan dia berteman dengan si Weasley?

"Halo Weasley, bagaimana liburanmu?" Demi Salazar! Adikku yang bertanya terlebih dahulu!

"Menyenangkan, aku dan keluargaku berlibur ke beberapa destinasi bersama Harry dan Hermione."

"Terdengar menyenangkan, kapan kapan kau harus berlibur ke Forks. Akan kutunjukkan cara menjinakkan Vampire."

"Terdengar mengerikan."

"Ehm--kau mau ikut ke kompartmen ku atau tidak?" Tanyaku menginterupsi keduanya.

"Tidak, aku sendirian saja." Jawab Leah dengan wajah datar. Aku berspekulasi bahwa sebenarnya dia adalah anaknya Snape.

"Yasudah, aku duluan." Dan entah angin darimana, tiba tiba aku tersenyum pada si Weasley itu!! Sudahlah! Aku mau tidur.

Aku meninggalkan Leah bersama Weasley dan masuk ke gerbong Slytherin. Aku melihat semua komparten, sudah penuh. Apa aku numpang di kompartmen-nya si Weasley saja? Aku tidak gila ya untuk melakukan hal itu.

"Hei Tesla."

"Marcus!" Aku berbalik, melihat sosok Marcus yang tersenyum lebar kearahku. Aku berjinjit dan memeluknya.

"Wow wow! Santai saja girl, mencari kompartmen kosong?"

"Ya, apa masih ada?"

"Kompartmen yang aku tempati masih tersisa satu tempat. Kenapa tidak ikut saja denganku? Sekaligus membahas strategi quidditch."

"Tentu saja." Marcus Flint, entah sejak kapan kami menjadi dekat. Dia berperan baik sebagai kakak laki laki. Rasanya senang diperlakukan seperti adik, mengingat aku adalah anak pertama.

"Tesla!" Lucian dan Peregrine bangkit dan memelukku.

"Senang melihat kalian." Kataku setelah mereka melepas pelukannya.

Pain Of Slytherin-Draco MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang