Sore itu suasana rumah Keluarga Gita dan Eli sedang ramai, efek anak tunggal mereka yang merengek meminta untuk segera diajarkan naik mobil. Eli, sampai pusing setengah mati dan hanya bisa mempelototi pasangannya yang terlanjur janji akan mengajari anak gadis mereka untuk mengendari mobil. Sedang Gita, hanya bisa tersenyum tanpa bersalah, siapa sangka anak gadisnya yang tidak terlalu menonjol di bidang eksakta, pulang dengan membawa nilai akuntansi yang sempurna.
"Bunaaa, Ade kan udah gede, masa ga boleh belajar mobil?" gadis itu terus merengek pada Eli.
"Bukan ga boleh, cuma dulu Ade kan pernah tuh, belajar naik motor, bisa dikit langsung ngelayap kemana-kemana, eh tau-tau keserempet" Eli berkata pelan-pelan pada anaknya "Buna bisa ga percayain Ade, kalau Ade tanggung jawab sama kepercayaan yang buna dan Mamah kasih?" tanyanya.
Gadis itu mengangguk cepat "Ade janji kalau ada apa-apa bilang dulu, kalau mau kemana-kemana izin" ucapnya yakin.
"Hmmm, Ade umurnya bentar lagi 17, jadi Buna anggep ini janji antar orang dewasa, yaudah, gih minta ajarin sama Mamah"
"Mahh ayooo" Gadis itu langsung menarik Gita menuju nakas di ruang depan, tempat biasa kunci mobil diletakkan.
"Iyaaa-Iyaaa, pelan-pelan aja" Gita akhirnya mengambil kuncil mobil matic-nya dan membawa gadisnya keluar ke garasi.
"Kok Datsuunn, aku mau bawa yang itu!" Sang Gadis menunjuk Mobil Cherry Omeda 5 yang belum ada 3 bulan terparkir di garasi, hasil kerja kerjas Gita bekerja jadi budak korporat sampai tipes, tidak mungkin ia berikan kepada anak gadisnya yang bahkan tidak tahu cara menutup Spion saat parkir.
"Kalau belajar pake datsun-nya buna dulu, kalau udah jago, nanti Mamah Kasih Pinjem deh" ucap Gita berbohong, seumur hidup tidak akan ia pinjamkan.
"Mmm oke deh" wajah cemberut anaknya begitu menggemaskan.
Sore itu Gita habiskan dengan mengajari anak gadisnya tata cara berkendara yang baik dan benar. Setelah teori sekitar 30 menit, anaknya pun Ia izinkan untuk mencoba menyalakan mesin dan maju sedikit di lapangan komplek. Untung tidak ada kejadian konyol seperti anaknya terlalu semangat menginjak gas dan menerbangkan mobil mereka.
=-=
Beberapa kilometer dari rumah Gita dan Eli, masih di Kota yang sama, di sebuah kamar di apartemen, Indah seorang single mom, sedang memeluk anak gadisnya yang hampir saja menghabisi dirinya sendiri. Dirinya yang baru pulang kerja, memergoki anak gadisnya yang sedang mengiris cutter pada tangannya di kamar.
"Kamu kenapa kayak gitu?" Isak Indah memeluk anaknya, tangan gadis itu sudah ia perban dan diberi pertolongan pertama.
"Aku-aku, aku mau nyusul ayah" ucap sang anak terbata, akhirnya beban yang anak gadisnya tahan sendiri selama duatahun terakhir sejak kematian Kepala Keluarga mereka dikarenakan sakit keluar juga.
Selama ini sang anak, terus menahan diri, dia ingin menjadi sosok yang kuat seperti yang almarhum ayahnya pesankan, bahwa sebagai anak sulung, ia harus bisa menjaga ibu dan adiknya. Sejujurnya apa yang bisa gadis baru beranjak 15 tahun lakukan, selain menegarkan diri dan menjadi pusat hiburan bagi keluarganya yang sedang dirudung duka. Tapi terus memakai topeng itu selama setahun malah berdampak buruk bagi psikisnya, semua emosi yang ia tekan di dalam kotak, hancur berantakan, dan tercipta intrusive thought yang membuatnya menyayat tangannya sore itu.
Mendengar penuturan anak sulungnya, Indah makin pecah tangisnya ia memeluk anaknya erat. Sejujurnya dia sudah menangkap gelagat yang tidak beres dari anak sulungnya, gadisnya terlalu ceria dan terlalu banyak tenaga, biasanya hal tersebut adalah gejala awal dari Depresi, saat seluruh energi dan keceriaannya habis, maka sisa depressinya yang akan bertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IF? (JKT48 Alternate Universe Story)
FanfictionCerita ini menceritakan kisah-kisah para member JKT48 yang ada dalam semesta yang berbeda-beda. Intinya one-shoot sih haha.