Hai Lulu, anak sulung Ayah, si paling ngehibur adik-adiknya meskipun kita semua tau kamu lagi ga baik-baik saja. Sifat kamu, mirip sekali dengan Almarhum Mamah kamu, kalian sama-sama ekspresif, lucu, perhatian dan sama-sama suka memendam semuanya sendirian.
Lulu, kadang ayah bingung, kamu anaknya supportif banget. Ketika tahu Mamah, hamil Olla, kamu begitu bahagia. Mamah sampai bingung kenapa excited-nya ayah, ga sebesar kamu. Kamu tiap minggu selalu nanya.
"Udah lahir belum mah adiknya?"
Mamah selalu ngasih penjelasan pelan-pelan kalau HPL-nya masih lama. Dan itu berakhir dengan raut kecewa menghiasi wajah kamu. Saat Olla lahir, ayah khawatir, kamu begitu menggebu ingin memiliki adik laki-laki. Ayah kira, kamu akan kecewa, tapi ternyata tidak. Kamu langsung menangis merengek pada perawat, untuk diizinkan memeluk dan menggendong adikmu itu.
Pernah juga, saat si bungsu Adel menangis dan enggan ikut lomba mewarnai, kamu bela-belain duduk dan ikut mewarnai disebelahnya, padahal itu lomba untuk anak TK. Kamu menemaninya karena kamu yakin bahwa si Bungsu berbakat dalam bidang seni.
Kamu begitu supportif untuk sekitarmu, yang bahkan membuat ayah cukup kaget. Saat adik-adikmu semua melarang, hanya kamu saja yang membela dan mengizinkan ayah untuk menikah lagi. Kamu langsung ingin bertemu dengan Indah, orang yang sekarang kamu panggil Mommy. Kamu juga yang paling pertama mau ikut malam bersama dia.
Tapi, ayah sampai sekarang tak habis pikir. Kenapa kamu tidak pernah sesupportif itu pada dirimu sendiri? Kamu selalu merasa tidak cukup akan dirimu. Sepertinya Ayah dan Mamahmu ikut andil dalam membentuk sifatmu yang ini. Ayah minta maaf ya nak.
Saat adikmu lahir, tak seharusnya ayah bilang bahwa kamu yang jadi contoh dan panutan bagi mereka. Menaruh beban terlalu besar di pundakmu. Kamu tidak seharusnya diberi beban seperti itu. Ditambah, saat Mamah mulai sakit-sakitan, dan bilang menitipkan Ayah dan adik-adik ke kamu. Kamu jadi makin keras pada dirimu sendiri.
Sungguh, bukan berarti ayah tidak senang kamu jadi anak yang diandalkan. Namun, pedih rasanya kamu menukar semua tanggungjawab itu dengan ceria dan bahagiamu. Pelan-pelan kamu lebih banyak diam, lebih suka menangis menahan suara malam-malam. Ayah ikut sedih nak.
Saat kamu mulai kerja, entah mengapa kamu merasa, kamu harus ikut menafkahi keluarga ini. Maaf ya nak, lagi-lagi ini salah ayah, seharusnya ayah bisa jadi provider yang lebih baik lagi bagi kalian. Tapi, Ayah tak bisa bohong, Ayah begitu terharu dan bangga saat sebagian gajian pertamamu, kamu serahkan ke Ayah.
"Buat Listrik sama Air, ga banyak Yah" Ucapmu tiap Ayah bersikeras mengembalikan uang itu padamu.
Di momen itu, ayah sadar Lulu-nya ayah sudah besar ternyata. Lulu bukan lagi anak ayah yang senang bermanja-manja bergelayut pada lengan Ayah. Lulu sudah tidak ada waktu lagi, bernyanyi tiap sore dengan Ayah, dengan kunci ukulele yang ayah tahu seadanya, efek dulu banyak nongkrong di pos ronda. Tak ada lagi, Lulu yang menatap iri jika adik-adiknya dibelikan sesuatu, bahkan sekarang kamu yang bertanya.
"Mau nitip makan apa Del?"
"Flo, anterin ke Gramedia yuk, nanti Kak Lulu trakir komik deh"
"Lla, udah tau Mobil warisan Ayah, mobil tua, ayo kita bawa ke Ahass!"
Bahkan ke saudara tirimu.
"Atinn, jangan berebut sama Adel, kakak beli es krim banyak!"
"Kenapa Shel? Make up kamu pecah kesenggol Adel? Yaudah sini kakak ganti"
"Mmm-Marsha, mau ikut ke cafe?"
Kenapa canggung sih nak? Kamu naksir Marsha ya? Hahaha.
Ngomong-ngomong soal naksir, Ayah sudah lama tidak mendengar cerita soal Azizi. Apa kabar dia? Satu-satunya laki-laki yang pernah kamu bawa ke rumah. Ayah suka dia, terlihat sedikit tengil tapi hatinya baik.
Jujur, saat kamu dengan bahagia bercerita soal kencanmu dengan Azizi ke Seaworld, hati ayah tergores perih. Sebelum kita semakmur sekarang, ayah pernah berjanji pada Lulu kecil akan membawa kamu kesana. Sekarang kamu malah kesana bersama pria lain yang bukan ayah. Huhu, ayah sedih deh.
Ayah jadi inget, malam pertama canggung keluarga kita sama keluarga Azizi, ternyata, Ibunya, Shani, mantan ayah. Hahaha, suami Shani melototi ayah terus
Sepanjang malam, takut sekali duda keren ini (waktu itu) merebut istrinya.Jadi sedih, inget curhat kamu soal hubungan, kalian yang akhir-akhir ini renggang karena banyak faktor. Meskipun begitu, di tulisan ini, ayah merestui hubungan kalian. Semoga benar sampai menikah ya!
Lulu, dulu saat almarhum Mamah meninggal, kamu orang pertama yang menguatkan ayah. Seperti kebiasaanmu, yang selalu supportif ke orang lain, meskipun hati kamu juga porak poranda. Setelah itupun, kamu juga yang menggantikan posisi beliau di rumah. Menjadk ibu untuk adik-adik kamu. Maafin ayah ya nak, ayah yang harus jadi penguat malah ikut bersandar di kamu. Entah, terbuat dari apa bahu sulung perempuan.
Jadi, maafin ayah untuk terakhir kalinya ya nak, karena kamu pasti sekarang lagi ngelakuin hal yang sama. Kamu pasti lagi menenangkan Mommy yang lagi nangis, meluk adek-adek kamu ngasih kekuatan. Maaf juga kalau ayah pergi gitu aja, saat sudah berjanji lagi bakal ngajak kamu ke seaworld. Kamu jangan nyusul ayah cepat-cepat ya, kamu harus bahagia dulu, nanti kalau sudah waktunya kamu nyusul, ayah bakal ajak ke Seaworld yang ada disini.
Dengan penuh cinta
Dari ayahmu, Oniel.Ayah dan Lulu bernyanyi lagu Budi Doremi - Melukis Senja
(Foto Diambil saat Lulu baru masuk SMA oleh Flora)
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IF? (JKT48 Alternate Universe Story)
Fiksi PenggemarCerita ini menceritakan kisah-kisah para member JKT48 yang ada dalam semesta yang berbeda-beda. Intinya one-shoot sih haha.