Bab 6

34 6 0
                                    

(Ig : bw_mafia07)

"Hidup itu berotasi, benar seperti yang di sebut roda kehidupan; apa yang terlihat indah tidak selamanya indah. Apa yang saat ini kamu sesali bisa jadi akan kamu syukuri pada akhirnya. Setiap kita diuji dengan cara yang berbeda, dan dengan batas kesanggupan yang tidak serupa"

_Shila Marcellino.
.

.

.



Altara dan jeje pun kembali ke rumah sakit.

Tak lama kemudian ayyna yang pingsan pun sadar.

"Mami." teriak shila yang melihat maminya siuman.

"Ayah mi. Ayah" ujar shila yang masih saja menangisi kepergian ayahnya.

"Iya nak, mami masih belum bisa percaya dengan semua ini. Ayah meninggalkan kita semua." ucap ayyna sambil memeluk shila.

Rumah sakit pun mengizinkan keluarga Marcelino untuk membawa jasad Antonio kembali.

Di saat ica mengurus administrasi rumah sakit, ia tidak sengaja melihat sosok laki-laki berjubah hitam berpenampilan sangat aneh dan mencurigakan.

"Siapa dia? Mencurigakan sekali penampilan nya. Dan dia selalu melihat ke arah kamar dady." gumam ica dalam hatinya.

Elbara pun sampai di rumah sakit, dengan sifat arogan nya itu ia sama sekali tidak memperdulikan keadaan sekitar.

"DIMANA AYAH? SIAPA YANG BERANI MEMBUNUH AYAH GUA?!!! MATI LU SEMUA DI TANGAN GUA ANJING!!!" teriak elbara yang ngamuk di tengah rumah sakit.


Ica yang melihat itupun langsung menghampiri elbara.

"Sudah, u jangan seperti ini. I juga sedih melihat keadaan dady. Ingat disini rumah sakit. Butuh ketenangan." ujar ica pada elbara.

"Gua ga peduli anjing. Kalian semua lawan gua, bangsat." ucap elbara yang semakin menjadi-jadi.

Di tengah keributan yang di buat oleh elbara, jeje dan altara pun datang. Melihat keributan itu jeje pun langsung memukul elbara.

"LU KENAPA? LU KEMANA? SEKARANG SETELAH AYAH SEPERTI INI BARU LU NGAMUK- NGAMUK NGAK JELAS BANGSAT. TADI LU KEMANA ANJING?" ujar jeje yang kesal melihat elbara.

Dengan pukulan itu pun elbara baru sadar. Dia langsung memeluk jeje dan menangis.

"Maaf je. Gua yang salah. Seandainya telvn lu gua angkat tadi, pasti ngak akan seperti ini. Maafin gua." ucap elbara pada jeje sambil meneteskan airmata.


"Sudahlah, semua sudah terjadi. Bagaimana pun penyesalan lu, ngak akan bisa mengulang waktu. Sekarang kita tenangin diri dulu, biar ayah tenang juga disana." jelas jeje pada elbara.


Suasana pun mereda dan mereka semua kembali ke ruangan Antonio.

"Semua adminstrasi sudah i selesai kan. Sekarang kita sudah bisa membawa jasad ayah pulang ke rumah." ujar ica pada yang lain.

"Baiklah, sekarang kita kembali pulang dulu. Kita harus mempersiapkan pemakaman ayah. Mami jangan sedih lagi. Biar ayah bisa tenang disana. Lu juga shil, kita harus ikhlas." jelas jeje sambil menenangkan suasana.

Jeje pun sadar kalau dia tidak melihat sosok reygi di sana.

"Rey mana ca?" tanya jeje pada ica.

"Tadi dia bilang sama i mau pergi keluar menenangkan diri. I juga ga tau dia kemana." jawab ica.

"Yasudah. Biar saja, dia bisa menjaga diri sendiri. Lu kasih tau dia kalau ayah kita bawa pulang sekarang. Biar dia ngak perlu lagi kembali ke sini." ujar jeje.


"Iya. I bakal call dia." jawab ica.

Mereka semua pun pulang kerumah.

Di markas mafia yakuza Region III. tuan kawaki yang sedang bersantai pun mendapat telfon dari tuan IchiroXyle.

(Note : tuan IchiroXyle Merupakan pemimpin mafia yakuza Region II)

"Wah, mendapat telfon darimu merupakan kehormatan untuk ku saudara ku. Ada apa gerangan kau menelfon ku?" tanya kawaki pada ichiro.

"Haha, kau apa kabar saudara ku? Bagimana Region III? aman?" basa basi ichiro.

"Aman sejahtera saudaraku. Ada bisnis apa tiba-tiba kau menelfon ku? Haha" tanya kawaki kembali.

"Hahaha, aku menelfon mu bukan untuk bisnis. Anak ku taraxyle ingin berlibur ke Guanzhong. Aku cuma ingin menitipkannya pada mu disana. Haha" jawab ichiro.

"Wah.dengan senang hati saudara ku. Aku yakin hima pun senang mendengar nya. Kasih kabar aja kalau dia sudah sampai di Guanzhou." ucap kawaki.

Di tengah telfon itu Shin masuk ke ruang tuan kawaki dengan nafas yang terengah-engah.

"Tuan! Tuan. " ucap Shin pada kawaki.

"Sebentar saudara ku. Aku tutup dulu telfon nya. Nanti kita sambung lagi. Kabarin aja kalau taraxyle sudah sampai di bandara kota Guangzhou." jelas kawaki pada ichiro.

"Baiklah, terimakasih saudara ku." jawab ichiro sambil menutup telfonnya.


"Ada apa? Kenapa kau terburu-buru seperti itu? Ada masalah apa?" tanya kawaki pada Shin.

"Saya tidak tau ini kabar buruk atau kabar baik. Tuan Antonio Marcelino meninggal dunia akibat tertusuk anggota kita disaat menjalankan misi 961.tapi kabar buruk nya ada barang bukti yang tertinggal disana. Aku yakin mereka akan membalaskan dendam itu pada kita." jelas Shin pada kawaki.

"Apa? Bodoh sekali. Kenapa harus ada barang bukti . Kalian semua goblok." ujar kawaki yang marah mendengar itu semua.

"Maafkan kami tuan. Kami semua panik ketika tuan Antonio tertusuk. Itu bukan bagian dari rencana kita. Maafkan kami." ucap Shin pada kawaki.

"Akhh, yasudah. Kalian yang berbuat, kalian harus siap juga dengan resiko nya. Kita harus bisa menghadapi masalah ini. Jangan sampai tuan Ryouta tau akan hal ini. Kita harus bereskan sendiri." jelas kawaki.


"Baiklah tuan." jawab shin sambil meninggalkan ruangan.

"Yang penting si bodoh itu mati. Kita akan berhasil mendapatkan projek besar ini. Hahaha" gumam kawaki dalam hatinya.



Sementara itu penyidik elyna hwang pun kembali ke lokasi kejadian. Dia mencoba menyidik kejadian itu, dengan tidak sengaja ia mendapatkan barang bukti pisau yang di gunakan untuk menusuk tuan Antonio.

"Pisau. Ini barang bukti yang sangat membantu. Aku yakin kasus ini akan tuntas di tangan ku." ucap elyna hwang.


BLACK WHITE MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang