His Car Isn't Yours; 4. Letter

542 54 8
                                    


-oOo-

Sometimes i wonder what i did to deserve you, to deserve your love...

Disini lah kaki Jeno berpijak, kepada bagunan apartemen di perbatasan antara kota dan desa, jaraknya lumayan jauh dari kota, itu memakan waktu sekitar 30 menit untuk sampai di gedung apartemen yang terlihat sedikit tua. Terlihat dari lumut yang berada disekitaran bangunan tersebut. Gedung ini masih layak huni, terlihat dari beberapa penghuni yang sibuk keluar masuk gedung tersebut.

Entah mengapa Jeno bisa sampai sejauh ini, atau mungkin dia ingin membantah sebuah spekulasi yang tidak berdasarnya.

Spekulasi tak berdasarnya membuatnya telah sampai sejauh ini. Batasan yang tidak akan pernah Jeno sentuh atau pun singgung sama sekali, karena Jeno pikir dia harus hidup untuk masa depan dan hidup bukan untuk terjabak di masa lalu.

Namun sekali lagi, Jeno tidak ingin mengambil tindakan dan kesimpulan secepatnya atas spekulasinya. Semuanya harus Jeno pastikan dan sesuai fakta.

"Pak?"

Jeno cukup terkejut ketika seorang pria tua menepuk bahunya pelan. "Ah maaf, saya sedikit terkejut"

"Apa ada yang bisa saya bantu?" Katanya.

"Apartement ini, maksudnya kamar dengan nomor 0223 apakah masih ada penghuninya?"

Jeno bertanya kembali. "Bapak pemilik gedung ini?"

Pria tua tersebut mengangguk. "Iya, saya pemiliknya. Untuk itu kamu bisa bertanya kepada istri saya karena istri saya yang mengelola gedung ini"

"Oh begitu, apa saya bisa bertemu dengan istri anda?" Kata Jeno.

"Bisa, istri saya sedang di rumah. Mari saya antarkan, tapi keperluannya apa ya?" Katanya.

Jeno tampak berpikiri, dia mencari alasan yang pas atas kedatangannya yang mencari pemilik kamar tersebut. "Oh saya teman lamanya, saya sudah lama mencari ini. Baru hari ini saya ketemu alamatnya"

"Ohh begitu, nah ini rumah saya. Sayang ku, ada orang yang ingin bertemu dengan mu"

Seorang wanita tua berjalan dengan tongkatnya sebagai alat bantu berjalan. "Siapa pria tampan ini?"

"Teman lama pemilik kamar 0223, kalau begitu saya tinggal masih ada urusan di perkebunan" Jelasnya.

Akhirnya pria tua tersebut meninggalkan istrinya berserta Jeno di halaman rumah mereka. Wanita itu menatap lama Jeno hingga membuat Jeno bingung. "Benarkah kau salah satu teman dari mereka?"

"Atau ada yang ingin kau cari?" Katanya lagi.

Dugaan wanita tersebut nampaknya sangat kuat sehingga membuat Jeno susah mencari alasan, dia pun tak kenal dengan pemilik kamar apartement itu, dia hanya bermodal secarik kertas lusuh yang dia temukan di lemari pakaiannya.

Jeno tersenyum. "Sepertinya saya tidak usah berbasa basi lagi ya, nyonya?"

"Semua barang masih ada, saya juga tidak tau dimana mereka. Tidak meninggalkan pesan apa pun tapi masih rutin membayar uang sewa disetiap tahunnya" Katanya.

"Jadi, bisakah saya berkunjung sebentar?" Kata Jeno.

"Saya tidak beri izin karena ini privasi, tapi kalau kamu mau tau ceritanya saya bisa cerita sedikit tentang mereka. Mereka itu begitu baik dan saling menyayangi satu sama lain" Katanya.

"Mereka? Berapa orang yang tinggal disana?" Jeno bertanya.

Wanita tua itu tampak mengingat sebentar. "2 orang pria yang mempunyai hubungan"

His Car Isn't YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang