His Car Isn't Yours; The Final Chapter

748 68 15
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


10 menit telah terlewati, Jeno dan Renjun masih nyaman dengan kesunyian yang mereka bangun sejak 10 menit yang lalu. Cuaca pagi ini memang sedang dingin, penghangat ruangan yang memang tersedia di hotel tersebut sepertinya tidak berfungsi dengan baik, pasalnya atmosfer pada ruang kamar hotel tersebut tetap masih dingin. Ah mungkin karena atmosfer yang dibangun oleh kedua orang tersebut menjadikan penghangat ruangan tersebut tak berfungsi dengan baik.

Hari ini Renjun memutuskan untuk berbicara kepada Jeno setelah beberapa hari dia sibuk berdiam diri di kamar tanpa bertegur sapa dengan Jeno, dia keluar kamar jika dia rasa bahwa Jeno sudah tidak ada disekitarnya. Sedangkan Jeno, dia pun sudah berusaha mengajak Renjun untuk berbicara tentang semuanya namun lagi lagi Renjun menghindar. Jeno pikir itu adalah hal yang wajar, dia pun memaklumi perasaan Renjun.

Kedua cokelat panas yang telah tersedia asapnya sudah tidak lagi megepul karena dibiarkan terlalu lama.

Jeno menghelakan nafasnya pelan lalu menatap Renjun yang sibuk memainkan kuku kuku jarinya yang sudah tak cantik lagi banyak plester motif disana, kebiasaan buruk sang kekasih jika sedang gugup dan panik.

Pada akhirnya Jeno menggenggan tangan cantik tersebut agar tidak ada lagi banyak luka di jari lentik sang kekasih. Renjun cukup terkejut dengan tindakan yang dilakukan oleh Jeno.

"Sayang, maaf" Akhirnya Jeno memulai pembicaraan.

Renjun masih diam atau dia sedang berusaha untuk menahan tangisnya untuk kesekian kalinya. Harusnya ini menjadi tak masalah bagi Renjun, toh dia pun melakukan hal yang lebih kejam dari ini. Masih menyimpan semuanya tentang masa lalu itu adalah hal terkejam yang Renjun lakukan.

Renjun cukup sadar diri atas semua tindakannya.

Jeno semakin menggenggam tangan tersebut dengan erat, dirasa bahwa sang kekasih menangis diseberang sana.

Meja makan tersebut mungkin sebagai penghalang antara Jeno dan Renjun.

"Sayang, maaf ya. Perasaan ku kepada kamu itu benar adanya, aku benar benar jatuh cinta sama kamu. Aku sedang menghilangkan semuanya secara perlahan, presentasenya sudah cukup penuh untuk mencapai hal itu" Jeno berusaha untuk jujur atas situasi yang dia alami saat ini.

"Aku sedang mengusahakan semuanya, kamu percaya kan sama aku?"

Ternyata Jeno pun sedang berusaha untuk pulih, pulih dari trauma yang dia dapatkan dari masa lalu.

Ditinggal adalah hal yang terkejam bagi Jeno.

Renjun mengusap pipinya yang basah akan air mata, dia menatap kepada Jeno dengan kedua mata indah itu yang berderai air mata. "Ternyata kita cuma memaksakan semuanya. Padahal kita belum sembuh juga"

"Kamu tau? Banyak orang yang bilang bahwa sesuatu yang terburu buru itu ujungnya akan tidak baik"

Jeno tau kemana arah pembicaraan Renjun, dia menggelengkan kepalanya. "Sayang, jangan ya"

His Car Isn't YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang