His Car Isnt't Yours; 12. Sorry

496 48 19
                                    


-oOo-

Renjun telah sadarkan diri sejak 3 jam yang lalu, dia sendirian di ruangan sebesar ini. Memang sengaja, Renjun meminta siapa pun untuk tidak menjenguknya termasuk Jeno, dia menginginkan waktu sendirinya ini lebih lama lagi.

Air conditioner yang sudah diatur dengan suhu 20 derajat membuat atmosfer di ruangan tersebut semakin dingin. Renjun masih diam pada bangsal rumah sakit dengan kondisi yang dikatakan tidak baik, dia pikir dia sudah mati tenggalam di lautan lepas, tapi nyatanya hari ini dia masih diberikan kesempatan untuk hidup.

Renjun bertanya tanya, siapa orang yang telah menolongnya?

Suara pintu terbuka membuyarkan lamunan Renjun, dia melirik kepada daun pintu yang terbuka sedikit, menunggu pelaku sang pembuka pintu ruangannya.

"Renjunie" Suara halus nan lembut itu menyapa pendengaran Renjun.

Merasa kenal dengan suara tersebut, Renjun menjawab dengan suara serak. "Kak Wen?"

Kak Wen, nama wanita yang disebut oleh Renjun segera menghampiri bangsal Renjun dengan ekspresi wajah yang terlihat sangat khawatir.

Dokter Wendy menggapai tangan pucat milik Renjun untuk dia genggam. "Renjunie... kakak gagal yah? Maaf, maaf, maaf..."

"Sayangnya kakak" Kata dokter Wendy dengaan lembut.

Renjun tetap diam, tatapannya kosong, perasaannya kosong, rasanya begitu sangat hampa.

Sejak mengetahui kabar bahwa Renjun tengah berada di rumah sakit, tanpa berpikir panjang dokter Wendy segera menyusul ke rumah sakit yang menjadi tempat Renjun dirawat. Renjun memang sempat menginap dikediaman dokter Wendy selama beberapa hari terakhir ini, selama itu juga Renjun terkontrol dengan baik, pikirannya dan tubuhnya karena dokter Wendy menjaganya dengan sangat baik.

Pada hari kesebelas Renjun menginap di tempat dokter Wendy, Renjun berpamitan kepada dokter Wendy dengan alasan dia mempunyai urusan penting di apartement yang ditinggali bersama dengan Jeno. Dokter Wendy pun mengizinkannya karena dia merasa bahwa Renjun sudah jauh lebih baik dari terakhir mereka mengadakan konsultasi.

Dokter Wendy mengizinkan Renjun menyetir mobil miliknya dengan satu syarat bahwa Renjun harus selalu mengaktifkan ponsel pemberiannya agar dokter Wendy merasa tak cemas atas perjalanan yang dilakukan Renjun.

Tapi naas, kejadian yang sama sekali tidak diinginkan dokter Wendy pun terjadi, dan dia merasa lalai dan gagal lagi menjaga Renjun.

"Aku minta maaf, konyol sekali aku melakukan hal itu" Kata Renjun, pada akhirnya dia berbicara.

Dokter Wendy tersenyum begitu teduh. "Renjunie, kamu harus ingat ini. Semua yang diciptakan oleh Tuhan bukan tanpa alasan, kamu diberi kesempatan oleh Tuhan untuk hidup bukan tanpa alasan, pasti ada alasannya kenapa Tuhan sudah sangat baik memberikan mu kehidupan"

"Semua yang kamu lalui, itu pasti akan sirna dan akan tergantikan oleh sesuatu yang sudah Tuhan siapakan untuk kamu. Sudah banyak Tuhan menyingkirkan hal buruk di hidup kamu, yang menurut kamu baik belum tentu menurut Tuhan itu baik, maka dari itu Tuhan menyikirkan semua itu karena Tuhan akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik"

"Maafkan aku, aku bodoh sekali" Kata Renjun, dia menyesali perbuatannya itu.

Yah, mungkin dengan semua orang yang pergi meninggalkan Renjun itu memang tidak baik, termasuk kedua orangtuanya. Renjun harusnya lebih paham lagi tentang itu, semua yang dianggapnya baik belum tentu baik di mata Tuhan. Semua itu memang sudah diatur oleh Tuhan, takdir hidup itu sudah diatur oleh Tuhan.

Renjun harusnya lebih paham lagi tentang hal seperti ini, mungkin mulai hari ini dia akan memperbaiki semuanya yang rusak, lalu menepati janjinya yang ingin mengusahakan semua kebahagian, dan terakhir menjadi seseorang yang hidup lebih baik lagi.

His Car Isn't YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang