Aku akan membisu
Setelah menjalani keheningan yang panjang
Setelah menjalani banyaknya sindiran
Atas ungkapannyaSudah cukup, aku begitu lelah dengan semua ini
Cukuplah aku menaruh hati padamu
Cukuplah engkau mewarnai segala hal
Dengan wajah dan keberadaan muRasa sakit yang tak dapat aku ungkapkan
Hanyalah membisu dibaliknya
Cukuplah engkau menyakiti diri ini
Wahai jiwaku..Untuknya, maafkan aku...
Jika aku tak pernah mengungkapkannya
Sebuah perasaan yang tak dapat ku ungkapkan dengan untaian kata
Dan aku terlanjur menaruh hati
Dimana pada saat pertama kalinya
Aku memikirkan tentang dirimuRenungkan dirimu, wahai diri.
Engkau bukanlah insan yang dikenal
Engkau bukanlah siapa-siapa di bentala ini
Hanyalah insan biasa yang tanpa arah
Hanyalah insan yang sedang mencari jejak
Sadar lah diri ini!
Engkau bukanlah insan ternama seperti dirinya.Sedangkan ia adalah insan yang terkenal
Dengan pencapaiannya.
Ia adalah seorang hamba dan ternama di bentala ini
Juga seorang insan yang sedang berjuang untuk dirinya.Teruntuk dirinya, engkau adalah
Insan yang begitu sempurna dan langka
Tiada insan lain
Yang akan menggantikan sosok insan
Sepertimu.
Engkau akan selalu berada dalam pikiranku
Disaat engkau pergi dan disaat kau jauhNamun, karenanya
Aku terpaksa menjauhimu
Untuk nama baikmu
Lebih baik aku menderita
Daripada namamu tersebar luasAku akan berjanji,
Untuk mengunci tutur ku,
Tak akan melihat mu
Dan membisu antara sindiran
Yang tidak sengaja ituAku akan membisu
Dan berhenti menaruh hati padamu
Biarkan aku merakit kembali
Keheningan yang bahari26 Juni 2024
Elfirayusuf
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana
PoesíaHuruf demi huruf, aksara demi aksara menceritakan tentangnya. Terbesit dalam khayalan ku akan angkasa yang menderu menyuarakan suara hatinya Semua disaksikan oleh semesta dan dikuatkan dengan doa untuk mengadu padanya, penuh makna akan untaian kata...