Chapter 11 🥀

20 3 0
                                    


Setelah diantar oleh seseorang yang baru dikenalinya hari ini, Lea langsung bergegas melangkahkan kakinya untuk pulang ke rumah tersebut.

Dengan perasaan yang tidak enak, cemas, dan takut, Lea memberanikan dirinya untuk melangkah ke rumah yang Ia singgahi selama ini. Saking seringnya dimarahin akan hal-hal yang kecil maupun yang besar, tidak mungkin orang tua dia tinggal diam setelah apa yang terjadi pada hari ini.

Melakukan kesalahan ataupun tidak, mereka tetap saja marah. Terus menghukum Lea lagi dan lagi.

Gadis itu terus mengalami hal tersebut sehingga Ia telah terbiasa akan hal itu. Akan tetapi, anehnya Ia tidak berani untuk membenci mereka, tidak sama sekali. Karena dalam benaknya, Ia selalu berpikir "suatu saat" suatu saat hal-hal baik itu pasti akan kembali lagi kepadanya. Lea selalu menunggu hari yang penuh akan keajaiban itu. Meskipun beberapa waktu atau tahun lagi...

Lea yang telah tiba di depan rumahnya Ia tediam beberapa saat. Siap tak siap, itu adalah sesuatu yang akan terjadi dan sesuatu yang akan dihadapinya.

Setelah terdiam di depan pintu rumah, Lea dengan tangan lembutnya yang sedikit bergetaran perlahan-lahan membuka pintu tersebut. Hanya di sini Ia bisa masuk, jika melewati pintu yang lainnya, mungkin saja Mamanya akan mengunci pintu tersebut.

"Assalamu'alaikum" ucap Lea setelah membuka pintu dengan pelan-pelan dengan matanya yang terpejam.

Namun nahasnya, tidak ada yang terjadi pada dirinya.

"Kok nggak ada tangan yang melayang ya" ucapnya sambil membuka mata indah tersebut.

"Aneh...kok nggak ada siapapun? Nggak mungkin cewek itu nggak ngaduin gw tentang hari ini keMama, apalagi hari ini gw sama bg Bryan berantem"
Batin Lea dengan penuh kebingungan.

Masih berdiri di sana. Hal ini benar-benar sudah di luar pikirannya, padahal Lea sudah siap untuk dimarahi. Namun sungguh aneh, tidak ada seorang pun di antara mereka ada di hadapannya. Sekarang rumahnya hening, benar-benar hening sekali.

"Apa mungkin mereka di kamar mereka masing-masing? Atau mereka belum pulang kerja...atau jangan-jangan mereka lagi di luar kota kali ya? Tapi biasanya mereka mengabari setidaknya sedikit kalo tidak di rumah,nggak mungkin mereka diam aja, aneh bat dah" ucap Lea kebingungan lagi, namun perasaannya kembali membaik dan lega setelah melihat rumah yang tidak ada mereka di dalamnya sekarang ini.

"Loh ada orang di dapur keknya, siapa ya? Lihat nggak ya"

Setelah berpikir macam-macam. Tiba-tiba saja Lea mendengar ada sesuatu yang berbunyi di dapur, mungkin saja itu Bibi Siti, karena tidak mungkin sore-sore begini mereka sudah makan. Tapi, bagaimana jika itu adalah mereka? Bisa berabe nasibnya.

Dengan langkahnya yang perlahan-lahan, Ia maju dengan berani bercampur takut. Ia harus hati-hati agar tidak terlihat oleh siapa pun di antara mereka.

Anak satu ini benar-benar tidak bisa menahan kekepoannya. Dia takut, tapi kepo.

Setelah sampai di ruang dapur, nahasnya, tak ada seorang pun di antara mereka, hanya ada pembantu-pembantu yang lagi beres-beres.

"Loh non Lea, baru pulang ya non?" ucap Bi Siti menghampiri Lea yang masih memakai seragam sekolahnya.

"Eeh Bi Siti, iya Bi, Lea baru pulang nih. Ngomong-ngomong, mereka kemana Bi? Kok Lea nggak nampak mereka ya?" tanya Lea dengan raut wajahnya yang penuh penasaran.



*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*

Terimakasih telah mampir dan baca story "Zavier" 😸😸

Semoga ceritanya bisa dinikmati ya, soalnya masih belajar membuat cerita. Jika ada kesalahan dalam teks jangan segan segan untuk komen dibawah yaa🥰. Jangan lupa vote, coment and share yaaa. Terimakasih udah membaca 🤗

Zavier Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang