Two

564 82 10
                                    

Tahun 2017...

BRAK!

Ara yang sedang asyik memainkan handphonenya terperanjat kaget tatkala terdengar suara bantingan pintu mobil yang sangat keras di kursi sampingnya.

Dia menolehkan kepalanya melihat pelaku yang kini tengah menatapnya dengan tajam, dengan gegabah meletakkan ponselnya asal dan menghidupkan mesin mobil dengan cepat pergi menjauh dari pekarangan rumah mewah itu.

"Aku kan udah bilang berulang kali ara! Kalau lagi kerja itu masih harus ingat waktu dan tau batasan! Tapi kamu masih aja terus-terusan lupa sama waktu kamu! Kamu malah milih buat terus-menerus kerja, kerja dan kerja!"

Gadis di samping ara itu mengoceh tanpa habis, dia terlihat seperti seseorang yang sudah sangat frustasi dalam memberikan nasihat pada ara.

"Ya maaf chik, namanya ju–"

"DIEM! Gaada yang nyuruh kamu jawab."

Belum juga sempat ara menyelesaikan kalimatnya sudah harus dipotong oleh gadis di sampingnya itu, mendengar teriakkan itu bibir ara dengan cepat kembali terkatup rapat.

"Kamu itu pernah dengerin aku ga sih sebagai sahabat kamu?! Aku selalu bilang buat jangan terlalu gila dalam kerja, ra. Boleh gila kerja asal kamu tau kapan waktunya berhenti, setidaknya untuk sekedar makan dan istirahat. Tapi kamu ga pernah dengerin aku, ra. Kamu selalu lupa dunia setiap kali kamu kerja, bahkan perut kamu kosong pun kamu biarin gitu aja. Kamu ga pernah belajar dari kesalahan, ra. Kamu masuk rumah sakit udah sering karna asam lambung kamu yang kambuh karna kamu selalu lupa makan."

Chika mengoceh dengan panjang lebar tanpa jeda, bahkan hanya dalam satu kali tarikan nafasnya.

Menyelesaikan kalimatnya chika menolehkan kesamping metapa wajah fokus ara yang sedang menyetir, sembari menghela nafasnya.

"Kamu dengerin aku gak sih, ra?"

Ara menolehkan kepalanya sebentar kepada chika setelah mendengar pertanyaan yang dilontarkan gadis itu sebelum kembali memfokuskan pandangannya pada jalanan.

"Iya, chika. Aku dengerin kamu."

"Jangan cuma di dengerin! Lakuin juga. Aku cuma gamau kamu nanti sakit lagi, ra. Selama satu bulan belakangan ini kamu udah tiga kali masuk rumah sakit itu artinya kamu masih tetap diam di kebiasaan buruk kamu itu."

"Iya chika ku, udah. Kamu lama-lama mirip ibuk, ngomel mulu."

Mendengar itu chika hanya memutar bola matanya malas, benar-benar tidak habis fikir dengan wanita bermata sipit itu yang kian makin terlihat kecil karna kantung mata yang menghitam, dia yakin setiap hari ara pasti begadang menyelesaikan pekerjaannya.

"Giman ga ngomel, kamu itu keras kepala dan susah banget dibilangin. Siapapun juga pasti bakal ngomel terus kalau liat kelakuan kamu."

"Iya deh, maaf maaf. Sekarang udah'kan ngomelnya? Jadi mau makan dimana ini?"

Chika kembali membuang nafasnya, susah sekali memberi tahu wanita disampingnya ini.

"Emhh, aku ada janji makan siang sama temen aku sih di restoran yang ada di deket mall itu, kita makan situ aja, bareng dia, mau?"

"He'em, everything for you, chik."

Ara memutar stir mobilnya ke arah kanan, menuju restoran yang dimaksud chika tadi.

★★★

"Chik, aku ke toilet bentar ya? Ga lama kok."

Ara memutar badannya menatap chika yang tepat duduk disampingnya itu, sejak mereka sampai disini ara hanya diam sembari memainkan ponselnya karna dia merasa tidak terlalu nyambung dengan percakapan chika dan teman-temannya itu.

About usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang