six

378 59 3
                                    

Saat ini ara dan zora baru saja tiba di stasiun kereta yang ada di Jakarta.

Keduanya berjalan keluar dari arah stasiun kereta, menunggu taksi yang ara pesan sampai.

Pernikahan hugo akan dilaksanakan keesokan harinya, tentu di hotel yang sudah hugo sewa.

Semalam setelah ara memberi tau hugo bahwa dia akan datang ke acara sakral itu sebenarnya hugo menawarkan untuk semalam tidur di salah satu kamar hotel itu saja, namun ara menolak dia bukanlah bagian dari keluarga Hugo tidak mungkin untuk dia berada disana.

"Zor, ntar kita mampir ke resto dulu ya. Laper gw udah jam makan siang gini"

"Boleh, gw juga laper sih tadi sebelum pergi makan dikit doang."

Ara membuka handphonenya memastikan dimana keberadaan taksi yang sudah ia pesan.

Rupanya taksi yang ia pesan sudah berada di pinggir jalan tepat di depan mereka.

"Yaudah, yok kesana itu taksinya udah nungguin"

Keduanya berjalan beriringan kearah mobil taksi yang sudah ara pesan itu.

★★★

Keduanya sudah selesai melakukan kegiatan makan siangnya.

Setelah membayar bil milik mereka ara dan zora berjalan keluar dari arah restoran sambil menggeret koper milik mereka masing-masing.

"Buru deh ah zor, lama banget"

Ara membalikan badannya menatap ara dengan tatapan jengahnya.

"Kak serius ini kita jalan beneran ke apartemennya?"

"Yaiya lah orang deket juga"

"Kak yang bener aja, gw males banget ya nanti kulit putih gw ini harus jadi hitam. Kenapa ga pesen taxi lagi aja sih"

"Heh alay, lo tu cuma jalan dikit aja ya dari sini gabakal bikin lo item. Lagian ni kalo jadi anak rantau tu harus bisa hemat bodoh, mentang-mentang selama di Garut lo foya-foya."

Perdebatan antara keduanya terus terjadi sejak tadi karna perbedaan pendapat.

"Kak aelah, gw males banget anjir mau jalan"

"Cih yaudah, tinggal aja lo disini gw mau lanjut jalan. Cape mau istirahat fi apart gw"

Sesuai dengan perkataannya ara membalikan badannya dan mulai berjalan menjauh dari zora, sang adik.

Ditengah-tengah padatnya masyarakat yang berlalu lalang ara berjalan lurus kedepan tanpa menghiraukan sekitarnya.

Namun secara tiba-tiba badan ara berhenti bergerak, ara terdiam wajahnya pun terlihat menjadi pucat pasi seperti habis melihat hantu.

Pandangan ara lurus kedepan menatap lekat seorang perempuan yang mengenakan baju berwarna putih.

Wanita itu adalah wanita yang sangat ara cinta sejak dulu hingga sekarang, chika. Davira Chika Candra.

Seseorang yang sangat ia rindukan, seseorang yang selama lima tahun ini terus-menerus ia fikirkan dan seseorang yang membuat hatinya terluka parah.

Wanita itu tampak sangat berbeda, rambutnya yang semula berwarna hitam kini sudah berubah menjadi pirang, badannya yang selalu gadis itu jaga sejak dulu kini sudah mulai menggendut bahkan pancaran matanya yang semakin menjadi sayu.

About usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang