5

148 9 2
                                    

Pukul 06.15
Kediaman Keluarga Sanjaya

Sama seperti hari2 biasanya, di kediaman Sanjaya waktu pagi selalu menjadi yang paling sibuk. Terlihat banyak pekerja yang tengah sibuk mengerjakan pekerjaan rumah. Pun dengan tuan rumah yang kini sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan. Sejauh ini suasana terasa hening. Belum ada satu pun yang memulai pembicaraan. Sampai akhirnya...

"Selamat morning. Wahh, sarapan apa, nih?" Seru seorang pemuda yang sudah rapi dengan seragam SMA nya, yang baru saja masuk ke ruang makan kemudian dengan sigap mengambil tangan Papa Fathir untuk dicium sebagai tanda hormat

"Sini, duduk. Kita sarapan bareng." Ucap Papa

"Tumben lu, pagi2 udah kesini?" Tanya Mas Rasya pada pemuda itu

"Mau nebeng nih, pasti." Sahut Adara

"Tuh, tau. Hehe.." Jawab pemuda itu, sambil tangannya menarik salah satu kursi dan duduk di samping Adara

"Den Irsyad, mau sarapan apa? Biar Mbok ambilin." Ucap Mbok Tun

"Eh, ga usah, Mbok. Irsyad bisa ambil sendiri." Balas Irsyad sambil tersenyum

Iya. Pemuda yang sepagi ini sudah berkunjung ke kediaman Sanjaya adalah Irsyad. Memang, jarak rumah Rasya dan kedua sepupunya itu tidaklah jauh. Mereka berada di komplek perumahan yang sama. Hanya berjarak beberapa rumah saja. Berikutnya, suasana hening mulai terasa. Semua orang di meja makan mulai sibuk menghabiskan makanan yang ada di piring mereka. Papa adalah yang paling dulu selesai.

"Adara, Pagi ini Papa ada meeting. Jadi, Papa say sorry,, karena Papa harus berangkat dulu." Ucap Papa sambil tangannya menggenggam tangan putri bungsunya, yang ada di atas meja makan.

"Iyaa, Pa. Papa hati2, ya." Balas Adara sambil tersenyum.

Tak lama setelah deru mobil Papa pergi meninggalkan pekarangan rumah, terlihat sosok laki2 berseragam SMA yang masuk kedalam ruang makan dengan wajah penuh senyuman. Dia adalah Gibran. Saudara sepupu Rasya, Adara dan Irsyad yang selalu meramaikan suasana.

"Widiihh, pada rukun banget nih, sarapan bareng pagi2." Ucap Gibran yang kemudian mengambil tempat disebelah Rasya. Namun sebelum duduk dikursinya, Gibran lebih dulu mangambil garpu dan menusuk sosis terakhir milik Adara. Tingkahnya itu tentu saja membuat Adara kesal.

"Gibran!! Lu kan bisa ambil sendiri. Tuh, masih banyak." Sahut Adara yang kini sudah memasang wajah kesalnya

"Ga, ah. Enakan yang dari piring, lu." Jawab Gibran dengan santainya

"Bener2 lu, ya. Pagi2 udah bikin emosii." Balas Adara

"Lu kebiasaan, deh. Iseng banget." Sahut Irsyad sambil menatap Gibran

"Nih. Makan punya Mas Rasya, aja." Ucap Mas Rasya sambil tangannya meletakkan sebuah sosis kedalam piring Adara. Perkataan Mas Rasya membuat Adara akhirnya mengangguk, meski sambil memberikan tatapan tajamnya pada Gibran

"Heh. Lu mau sarapan apa enggak? Buruan. Kita udah mau brangkat." Lanjut Mas Rasya

"Eh, eh. Bentar dong, tungguin gua. Sabar ya, sabarr." Jawab Gibran

°°

Hari ini, mobil yang dikemudikan Rasya terasa sangat ramai. Jika biasanya mobil itu hanya diisi oleh Rasya, Adara atau Naura. Kali ini dua sepupu Rasya itu juga ada disana. Yang sudah sangat jelas membuat suasana didalam mobilnya menjadi gaduh. Belum lagi omelan Adara karena kejahilan Gibran. Huhfhh. Posisi didalam mobil milik Rasya itu adalah.. Rasya yang duduk dibelakang kemudi, dengan Naura yang duduk disampingnya. Kemudian ada Gibran, Adara dan Irsyad yang duduk di jok belakang.

ALDIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang