9

175 11 7
                                    

Belum genap pukul tujuh, tapi kediaman milik keluarga Sanjaya sudah terlihat ramai. Banyak kolega bisnis keluarga Sanjaya yang mulai berdatangan. Malam ini, Mas Rasya tampil dengan penuh percaya diri. Calon penerus Fathir Sanjaya itu terlihat semakin menawan dengan setelan tuxedo berwarna hitam yang dipadu dengan kemeja hitam tanpa dasi. Sedari tadi, putra sulung keluarga Sanjaya itu terus menampilkan senyum terbaiknya dan sesekali menyapa, bahkan berbincang dengan para kolega bisnis ayahnya. Yahh, sudah sedari lama Papa Fathir mempersiapkan Rasya untuk acara2 seperti ini. Rasya bahkan sudah sering menggantikan kehadiran Papa Fathir di berbagai acara. Jadi, keluwesan Rasya dalam menyambut tamu2 Papa nya sudah tidak perlu diragukan lagi.

Selain Rasya, di area ballroom juga terlihat Gibran dan Irsyad yang juga tengah sibuk menyapa para tamu. Malam ini, Gibran menggunakan setelan tuxedo berwarna abu gelap yang dipadu dengan kemeja putih tanpa dasi. Memang terkesan kurang rapi, ditambah gaya rambut laki2 itu yang berantakan.. tapi tetap terlihat khas Gibran. Sementara itu, Irsyad terlihat sangat rapi dan formal. Malam ini laki2 berkacamata itu menggunakan setelan tuxedo serba hitam. Tak lupa rambutnya yang tertata rapi, membuat penampilan Irsyad malam ini tampak sempurna. Dari jauh, Rasya memperhatikan kedua saudara sepupunya dengan tatapan hangat.

"Rasya. Wahh, calon penerus Sanjaya. Kamu keren sekali. Gimana? Sudah ada rencana mau lanjut kuliah dimana?" Sapa seorang pria baruh baya yang sudah terlihat rapi dengan setelan tuxedo berwarna biru gelap. Beliau adalah Pak Hendra. Salah seorang kolega bisnis Papa Fatir di pertambangan batu bara.

"Sementara ini belum sih, Om. Masih nunggu gimana Papa juga." Balas Rasya, tersenyum ramah

"Ahh, jangan nunggu Papa, dong. Kamu harus punya keputusan sendiri." Jawab Om Hendra sambil tangannya menepuk-nepuk punggung Rasya

Belum sempat Rasya menjawab ucapan Om Hendra, tiba2 saja seorang wanita paruh baya berjalan dengan cepat ke arahnya, dan memeluknya. Beliau adalah Tante Mona. Teman Papa juga.

"Aduh, anak bujang Tante makin ganteng, deh. Eh, gimana? Kamu jadi mau kan, Tante kenalin sama ponakan Tante?" Sapa Tante Mona, sambil tangannya merangkul lengan kiri Rasya

"Eh, eh Mon, jangan salah. Rasya itu udah punya pacar." Itu suara Papa Fathir yang tiba2 datang dan bergabung

"Iya?? Sayang banget. Ganteng2 udah punya pacar." Sahut Tante Mona

"Justru karena ganteng, makanya punya pacar, Tan." Jawab Rasya

"Hahaha.. Om setuju. Pinter kamu jawabnya." Ucap Om Hendra

"Ngomong2, Adara mana, ya?" Tanya Tante Mona sambil sesekali mengitarkan pandangannya.

Sejenak Papa Fathir terlihat melirik arloji di pergelangan tangan kirinya.

"Sebentar lagi juga turun." Jawab Papa Fathir

"Rasya ke atas jemput Adara dulu ya, Pah. Mari Om, Tante." Ucap Rasya kemudian berlalu

°°

Tok.. tok..

"Ra? Udah siap belom?" Tanya Mas Rasya dari balik pintu kamar Adara

"Masuk aja, Mas. Ga dikuncii.." Teriak Adara dari dalam kamarnya

Tanpa menunggu lama, Mas Rasya membuka pintu kamar Adara dan masuk kedalam ruangan serba pink itu. Disana, terlihat Adara yang sedang berdiri di depan cermin dengan Mbok Tun yang membantu merapikan gaun yang dikenakan gadis itu. Melihat pemandangan didepannya, Mas Rasya tersenyum.

"Cantik banget, sih." Ucap Mas Rasya sambil matanya terus menatap Adara dari pantulan cermin

"Harus, dong. Adara harus selalu cantik." Balas Adara dengan narsis

ALDIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang