' 3

25 2 0
                                        


'

asahi berdiam diri di sebuah toko yang tengah tutup. meremat lengannya sendiri karena merasa kedinginan.

ia baru saja pulang dari sekolah tanpa pulang lebih dulu. ada sesuatu yang sejak tadi mengganjal hatinya, hingga membuatnya tiba di sini. tempat pertama ia bertemu pemuda aneh yang sampai sekarang masih ada di ingatannya, karena perkataan haruto tadi siang.

ia tidak tahu ini perasaan apa. tiba-tiba sebuah kain tebal menyelimuti punggungnya membuatnya menoleh dan bersitatap dengan seseorang yang sejak tadi memenuhi pikirannya.

"k-kau?" ujar asahi terbata-bata.

sebuah senyuman yang asahi dapat. ia mengerjap dan menelisik wajah tak asing itu, pemuda yang kemarin ia tolong di tempat ini.

"waktu itu, terimakasih kau sudah menolongku." ucap pemuda itu, tanpa mengalihkan pandangannya ke padanya.

asahi mengangguk kaku. ia menunduk, menatap aspal kering itu. ia tidak tahu harus memulai dari mana, tetapi hatinya benar-benar tidak bisa diam untuk segera mengenal lebih dalam pemuda yang ia tolong itu.

saat ia menoleh, ia menatap side profilnya karena pemuda itu menatap lurus ke depan.

"apa kau tinggal di daerah ini?" tanya asahi sembari meremat jaket yang pemuda itu berikan padanya.

tak lama, mata tajam itu kembali bersitatap dengannya. ia melihat senyuman kikuk dari pemuda itu.

"aku— tidak. aku hanya berkunjung." balas pemuda itu.

asahi mengangguk samar, setelahnya ia kembali menunduk.

"aku—"

"awas!" pemuda itu berteriak membuatnya tersentak dan refleksnya menunduk memegangi kepalanya.

kejadiannya begitu cepat. ia melihat sebuah kotak besar yang entah jatuh darimana dan berhasil di tangkap pemuda itu hanya dengan satu tangannya.

ia mengerjap tak percaya akan apa yang ia lihat. kotak sebesar itu seperti bukan beban untuknya.

bukh!

kotaknya terjatuh di hadapannya karena pemuda itu membantingnya.

"mhm.. ayo kita pergi dari sini." pergelangan tangannya di tarik menjauhi toko.

pandangan asahi tak lepas dari pemuda itu, ia masih terkejut dengan kejadian sekilas tadi.

♪ cazador ♪

"tidak ada yang terluka?" tanyanya mengecek kondisinya setelah membawanya di sebuah taman di bagian ujung.

"tidak ada. itu pasti kau, lenganmu?" ucapan asahi menggantung menaikkan alisnya.

pemuda itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal sembari tersenyum. "ah, tidak. hanya saja aku suka berolahraga."

asahi mengangguk samar, "waktu itu, apa yang terjadi padamu?" tujuan awal asahi ingin bertemu dengan pemuda itu adalah untuk bertanya hal ini.

hening beberapa saat. pemuda itu nampak mencari jawaban atas pertanyaannya.

"aku— aku jatuh dan kepalaku sangat pusing. jadi aku memilih untuk berada disana, kemarin juga hujan kan."

asahi diam sejenak menatap sang lawan bicara. asahi merasa ada kebohongan di balik ucapan pemuda itu, tapi siapa asahi yang mencoba bertanya lebih lanjut.

"sudah hampir malam, sebaiknya kita pulang." ucap pemuda itu.

asahi sontak mengangguk dan berdiri dari tempat duduknya.

"kau bisa berjalan?" tanya pemuda itu membuatnya terkekeh kecil.

"aku bahkan tidak kenapa-kenapa."

pemuda itu terkekeh kikuk. tetapi sebuah suara berisik dari semak-semak belukar di belakang merubah ekspresi wajahnya. ekor matanya melirik sekilas dan beralih pada asahi, ia tersenyum.

"bagaimana kalau kita pulang lebih cepat?" tanyanya membuat si lawan bicara bingung.

"apa? akh—" ucapannya terpotong kala pemuda itu menarik tengkuk belakang dan lututnya untuk mendekapnya, tubuhnya seolah terbang di atas awan karena perlakuan mendadak pemuda itu yang tiba-tiba menggendongnya dan berlari kencang meninggalkan taman.

kejadiannya terjadi sangat cepat, membuat otak asahi berhenti sejenak menatap wajah pemuda itu dari jarak sedekat ini.

seperti sebuah adegan film yang terbang sampai di bawah rembulan malam. sepoi-sepoi angin malam menyapu permukaan kulit wajahnya di atas awan, sangat menenangkan dan menegangkan secara bersamaan.

dan akhirnya ia merasakan kembali berdiri di balkon kamarnya. menatap pemuda itu tak percaya, asahi merasa benar-benar aneh padanya.

"aku tidak mengerti apa yang terjadi. itu terjadi begitu cepat." ujarnya.

pemuda itu menaruh telunjuknya di belah bibirnya. "jangan katakan apapun dan tidurlah."

lagi-lagi ia melihat senyuman terukir di bibir pemuda itu dan tanpa sengaja ia ikut menarik sudut bibirnya membentuk senyuman.

"selamat malam." ujar pemuda itu dan menghilang begitu saja dari hadapannya.

♪ cazador ♪

angin malam menyapu di gelapnya malam. siluet bayangan seseorang berdiri di sebuah atap dengan pandangan lurus ke depan.

kaki-kakinya hendak beranjak, namun suara seseorang membuatnya terhenti.

"apa kau tertarik pada manusia itu?"

tangannya mengepal kuat. tatapannya masih setia lurus ke depan.

"tidak perlu ikut campur." ia bersuara membuat seseorang di depannya tertawa ritmis.

"dia tidak tahu apapun tentangmu maupun kita, tetapi energinya." ucapannya tergantung dengan sebuah seringai lebar yang membuat gigi taringnya muncul.

ia mengalihkan pandangannya dan menajam ke arah sang lawan bicara. "jangan lakukan apapun padanya. aku tidak akan menemuinya lagi."

"benarkah?" ia menyeringai lebar, "kalau begitu, aku yang akan mengambil alih." sepersekian detik kemudian siluetnya menghilang dari pandangannya.

"hoon!"

♪ cazador ♪

cazador ; jaesahi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang