'
hari sudah hampir petang, asahi baru saja selesai melakukan klub musiknya dan bergegas untuk pulang. ia berjalan di tengah koridor seorang diri, sebelumnya junkyu sudah pamit akan pulang lebih dulu karena doyoung— adiknya meminta untuk bergegas pulang.
asahi tiba di teras gedung, menyisir pandangannya sebelum akhirnya kembali berjalan untuk pulang.
"asahi!" panggilan tersebut sontak membuat asahi menghentikan langkahnya menatap seseorang yang memanggilnya.
yedam. pemuda berkacamata itu berlari menghampirinya dan berhenti tepat di depannya dengan nafas yang memburu.
"ada apa, ye?" tanya asahi.
yedam menghembuskan nafasnya sejenak dan menatap sang lawan bicara. "aku mendengar haruto mengatakan bahwa kau bertemu salah satu dari kaum pemburu. apa itu benar sa?"
asahi terdiam menelan salivanya gugup. ia tidak tahu harus menjawab apa kepada temannya itu. jika ia mengatakan iya, tentu saja jaehyuk dalam bahaya nantinya.
jaehyuk banyak membantu dirinya, tidak mungkin ia malah menyesatkan pemuda itu setelah kebaikan yang diberikan untuknya.
asahi bersitatap dengan manik yedam, ia menggeleng samar.
"benarkah? apa haruto membohongiku?" bingung yedam.
asahi tersenyum kikuk, "kau mau pulang ,ye?" tanya asahi mengalihkan pembicaraan.
yedam sontak mengangguk cepat. mereka berjalan beriringan sampai gerbang, karena arah rumah yedam dan dirinya berlawanan.
mereka berpisah di gerbang. sementara asahi berjalan tidak untuk pulang, ia ingin mengunjungi makam sang papa sore ini.
♪ cazador ♪
sebelum benar-benar pergi untuk ke pemakaman umum, asahi ke kedai bunga untuk membeli buket bunga yang cantik untuk sang papa.
asahi berkunjung setiap satu minggu tiga kali seorang diri, karena mama hamada terlalu sibuk untuk ikut bertemu mendiang suaminya sendiri ke pemakaman.
ia berjongkok di sisi gundukan yang telah rata itu. ada buket bunga mawar merah miliknya tiga hari yang lalu. tangan lentiknya menyapu permukaan batu nisan sang papa sembari tersenyum manis.
"papa apa kabar?" monolognya kepada batu nisan sang papa.
buket bunga yang ia bawa hari ini adalah tulp putih yang sangat indah. ia meletakkan buket tersebut tepat di depan batu nisan itu.
"hari ini asa bawa tulp putih. harum kan, pa?" air bening mulai jatuh dari kelopak matanya. menangis dalam diam seperti biasa.
ia mengusak gusar matanya untuk menghapus air mata. "maaf asa belum bisa bawa mama kesini."
asahi beranjak dari tempatnya dan berjalan meninggalkan pemakaman umum setelah berpamitan dengan sang papa. ia berjalan karena tempatnya sangat dekat ,tetapi entah alasan apa yang membuat mama hamada enggan untuk berkunjung.
di perjalanan pulang, asahi melihat siluet seseorang di balik semak-semak belukar di depannya ,terlihat memegangi perutnya dengan raut wajah menahan rasa sakit.
asahi tak punya cukup keberanian untuk menghampiri karena hari sudah sepenuhnya petang, ia harus segera pulang.
seolah tak melihat apa-apa asahi memutuskan untuk tetap jalan, namun berbelok dari arah berlawanan.
♪ cazador ♪
setelah asahi pulang ia langsung membersihkan diri dan melakukan makan malam seorang diri, seperti biasa. mama hamada mungkin tidak akan pulang lagi.
ia baru saja selesai membuat mie instan, karena hanya itu makanan yang tersedia di lemari es. asahi lupa jika bahan makanan di rumah habis.
saat sedang menikmati makanannya, asahi mendengar suara pintu terbuka menampilkan seorang wanita paru baya yang bernotebane sebagai ibunya itu.
berjalan kelimpungan dengan heelsnya menuju sofa di ruang tengah yang langsung terhubung dengan dapur. asahi yakin bahwa mama hamada lagi-lagi bermabuk-mabukan bersama teman-temannya, terlihat dari pakaiannya yang berantakan dan wajahnya yang memerah.
asahi beranjak dari meja makan dan menghampiri sang mama. ia duduk berdampingan di sisi wanita itu dan langsung mencium bau alkohol yang menyengat indra penciumannya.
"mama bersihkan diri dan segera istirahat. asa nanti buatin teh hangat untuk mama." ucapnya.
"tidak perlu!" wanita itu beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju kamarnya.
asahi menghela nafasnya menatap kepergian sang mama. asahi tahu betul sifat mama hamada itu, tetapi ia tak pernah membenci wanita yang sudah melahirkannya itu.
asahi menunduk, menatap jemari telunjuknya yang terpasang cincin berlian dengan kilauan merah yang di berikan oleh jaehyuk tersebut. ia menarik bibirnya membentuk senyuman, ia merindukan pemuda itu setelah pertemuan terakhirnya waktu itu.
kilauan merah itu menyala sangat indahnya di jemarinya, seolah rasa rindu itu membuat sinyal di cincinnya.
♪ cazador ♪
KAMU SEDANG MEMBACA
cazador ; jaesahi
Fantasía"meskipun kita berada sangat jauh, tetapi aku pasti akan selalu mengingatmu."