Part 3

329 56 1
                                    

Ready Full version di karya karsa ya. Google play menyusul.

___**___

Wajah Sera seketika berseri-seri begitu melihat Arya ada di hadapannya. Ia sedikit tersipu malu mengingat sikap murahannya tadi malam. Tanpa sungkan, Arya pun segera duduk di hadapan kedua wanita itu karena sudah akrab dengan Vivi.

"Aku mencarimu di kamar. Rupanya kau di sini. Kenapa malah janjian dengan temanmu?"

"Apa aku sedang di usir sekarang?" Vivi memberengut, sementara Arya dan Sera tergelak bersamaan.

"Aku bercanda. Kenapa kau langsung sewot begitu." Ucap Arya sambil menyeruput jus milik Sera.

"Tadi istrimu yang menyuruhku mampir ke sini. Aku sebenarnya juga sibuk. Hari ini aku harus mulai magang di kantor papa, rasanya sungguh membosankan dan aku malas berangkat. Tapi jika aku malas, papa pasti akan menggilasku karena kakak-kakakku rajin semua."

Vivi memakan steak-nya tanpa selera. Sementara Sera dan Arya saling menatap geli. Vivi memang pemalas meskipun otaknya lumayan pintar. Dia anak bungsu namun tidak sempat di manja karena keluarganya sibuk semua. Meskipun seperti itu, Vivi tidak pernah kekurangan kasih sayang karena ayahnya memberikan uang jajan yang sangat banyak setiap bulannya.

"Aku pergi dulu. Kakakku sudah menghubungiku dan aku tidak ingin kena omel lagi."Vivi berdiri kemudian memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Kalian berdua pengantin baru, bayar makananku. Aku pergi dulu. Jangan lupa angkat panggilan Nadia lebih dulu karena belakanganan aku akan jadi sangat sibuk."

Vivi berbalik tanpa rasa bersalah sama sekali. Sementara Arya dan Sera hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan teman Sera yang satu itu.

"Sera."

"Ya."

"Siapa Nadia?" 

"Oh, Nadia. Dia teman kuliah kami yang satu bulan lagi akan pulang dari Paris. Dia seorang model internasional. Pas pernikahan kita dia nggak bisa datang karena bertepatan dengan Paris fashion week. Dia akan pulang ke Indonesia karena terikat kontrak dengan salah satu brand dalam negeri. Mungkin agak lama di Indonesia setelah ini."

"Kamu nggak pernah cerita punya temen namanya Nadia?"

"Sejak lulus kuliah kami jadi jarang ketemu meskipun dulu sangat akrab. Nadia super sibuk dengan kerjaannya, sementara aku dan Vivi sibuk belanja." Sera terkekeh geli, sementara Arya hanya tersenyum tipis. Ia membantu Sera menghabiskan makanannya karena sedari tadi Sera makan tak kunjung habis.

"Kau mau jalan-jalan setelah ini?" Tanya Arya setelah makanan keduanya habis.

"Boleh. Kita ke mana?"

"Ke pantai saja. Satu kilometer dari hotel ini pantainya sangat bagus."

"Baiklah. Tapi aku ganti baju dulu."

"Sera."

"Ya."

"Kau yakin tidak ingin berbulan madu ke Eropa?" Tanya Arya memastikan. Pasalnya, Sera menolak kado bulan madu ke Eropa dari papa Abian karena ingin berbulan madu ke Bali saja.

"Aku sudah sering ke Eropa. Cuma gitu-gitu aja. Aku pengen ke Bali karena di sana menurutku pantainya indah-indah. Aku punya satu keinginan, keliling Eropanya nanti ketika kita sudah memiliki satu anak. Bagaimana, kau setuju?"

Arya mengangguk ragu. Sementara Sera tersenyum cerah kemudian beranjak menuju kamar hotel tempat mereka menginap untuk berganti pakaian.

Sepeninggal Sera, Arya termenung sambil meminum jus yang tersisa. Tidak tahu kenapa hatinya sampai sekarang belum terbuka untuk menerima Sera. Ia berusaha keras meyakinkan hatinya bahwa sekarang Sera adalah istrinya. Namun sangat sulit karena selama ini ia hanya menganggap Sera sebagai adik.

Sebenarnya dulu ia ingin menolak perjodohan yang diusulkan oleh papa Abian. Tapi apa daya, tekanan dari kedua orang tuanya membuat Arya tidak berdaya. Apalagi ditambah banyaknya hutang budi keluarganya pada papa Sera. Semua itu membuat Arya semakin tidak berdaya dan mau tidak mau menyetujui perjodohan dengan Sera.

"Ayo berangkat."

Suara Sera membuat Arya menoleh. Seketika ia tersenyum dan berdiri. Arya memegang tangan Sera kemudian menuntunnya keluar dari hotel. Ini hari terakhir mereka di hotel ini karena malam ini mereka harus pulang dan lusa keduanya juga harus berangkat ke Bali untuk bulan madu.

**

Sera tersenyum cerah saat keduanya menikmati keindahan pantai yang tidak jauh dari hotel. Meskipun tidak begitu ramai, pantai tersebut masih asri dan bersih. Sedari tadi dirinya sibuk berfoto dan sesekali Arya menjadi kameramennya.

"Arya, ke situ."

Sera menarik lengan Arya kemudian mengajaknya ke tempat air terjun. Di sana lumayan ramai dan banyak orang berfoto-foto di sana. Sera menyuruh Arya memotretnya dengan latar air terjun yang indah. Keduanya kemudian berfoto bersama dengan Arya yang memegang kameranya.

Sera sangat bahagia. Setidaknya meskipun belum merasakan malam pertama yang indah, ia dan Arya tidak canggung lagi seperti kemarin malam. Sera terus bersemangat memotret ke sana kemari hingga tidak sadar hari sudah sore.

Keduanya kembali ke hotel kemudian bersiap-siap untuk pulang ke rumah orang tua Arya terlebih dahulu. Mereka harus berpamitan karena lusa keduanya akan berangkat ke Bali untuk berbulan madu selama seminggu saja. Sera tidak mau lama-lama berbulan madu karena Arya harus segera bekerja. Kasihan jika terlalu lama bulan madu pekerjaan suaminya jadi menumpuk. Meskipun papanya Arya tidak mempermasalahkannya, Sera tidak mau egois.

"Sudah siap semua?" Tanya Arya ketika ia sudah selesai memasukkan semua barang-barangnya ke dalam koper. Sera mengangguk sambil tersenyum manis. Ia juga sudah siap karena barang-barang yang ia bawa juga tidak banyak.

"Ayo check out sekarang."

Sera mengganggu kemudian keduanya keluar dari kamar hotel presiden suite yang sudah disewakan papa Sera untuk mereka berdua menghabiskan malam pertama. Meskipun gagal, tapi Arya bertekad untuk mencobanya lagi saat mereka bulan madu ke Bali nanti.

Setengah jam perjalanan dari hotel, keduanya sampai di rumah besar keluarga Arya. Malam ini sepertinya Alena, kakak Arya dan keluarganya berkumpul di rumah ayahnya. Sera tersenyum cerah, ia memang sangat akrab dengan Alena sejak kecil.

"Kau turunlah dulu. Biar aku dan Pak Tarno yang akan membawa koper kita." Ucap Arya setelah melihat Sera sangat bersemangat ketika akan bertemu dengan keluarganya.

"Baiklah, aku turun dulu."

Sera mencium pipi Arya sekilas kemudian turun dari mobil. Sejenak Arya mematung, masih syok dan belum terbiasa dengan sentuhan-sentuhan intim antara ia dan Sera. Selama ini mungkin mereka berdekatan dan berpelukan jika ada masalah. Namun ciuman, entah kenapa itu semua masih terasa sangat asing bagi Arya.

Sementara Sera segera berlari kecil dari halaman menuju ruang tamu. Rumah Arya sangat tidak asing baginya karena sejak kecil ia kerap bermain kemari. Ia juga sudah sangat akrab dengan semua keluarga Arya termasuk kerabat-kerabat Arya seperti paman dan bibinya.

Saat membuka ruang tamu, ia tersenyum cerah saat mendapati seluruh keluarga Arya berkumpul di sana. Sera segera masuk dan menyapa mereka semua.

"Selamat malam semuanya!!!"

Suara cempreng Sera membuat semua orang yang ada di ruang tamu menoleh. Dan mereka semua langsung tersenyum cerah begitu mendapati Sera berjalan ke arah mereka. Alena bahkan langsung berdiri dan keduanya langsung berpelukan dengan erat.

Bittersweet Marriage ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang