"Sera, apa kau marah?"
Arya melihat wajah Sera merah padam, seperti menahan amarah. Namun gadis itu hanya terdiam sambil menatapnya, tak lama kemudian Sera menggeleng cepat.
"Tidak apa-apa. Maafkan aku yang terburu-buru dan bersikap murahan. Lain kali aku tidak akan mengulanginya lagi."
Arya tahu senyuman Sera saat ini adalah bentuk kekecewaan wanita itu pada sikap Arya. Arya akui ia memang salah. Tapi terus terang Arya memang belum siap sekarang. Entah kenapa hatinya masih ragu untuk melakukannya dengan Sera meskipun status mereka kini sudah suami istri.
"Arya, aku ingin keluar sebentar. Aku harus membeli sesuatu."
Sera berdiri kemudian merapikan pakaiannya yang berantakan. Arya yang melihat itu sontak merasa sangat bersalah. Namun ia tidak bisa berbuat banyak karena memang benar-benar belum siap.
"Kau mau ku antar?" Tanyanya kemudian. Sera hanya menggeleng pelan, ia kemudian keluar dari kamar dengan langkah cepat.
Arya yang menyadari kesalahannya langsung membanting tubuhnya ke atas ranjang. Ia menatap langit-langit kamar dengan hati gundah. Sebenarnya Arya sudah mempersiapkan diri untuk hal ini jauh-jauh hari. Namun entah kenapa tetap saja sampai sekarang ia belum siap saat akan melakukannya.
Sementara Sera yang saat ini ada di tepi pantai yang dekat dengan vila hanya menatap hamparan pantai yang indah sambil sesekali meneteskan air mata. Hatinya tiba-tiba sakit saat menyadari Arya tidak menginginkannya.
Entah kenapa Arya jadi seperti itu. Kini Sera jadi ragu apa Arya benar-benar mencintainya atau tidak. Tapi kenapa Arya mau menikah dengannya jika laki-laki itu tidak mencintainya. Kenapa Arya tidak menolak saja saat itu.
Tidak, semuanya pasti tidak seperti yang ia bayangkan sekarang. Pasti ada kesalahpahaman di sini. Arya mencintainya. Hanya saja mungkin Arya belum siap lakukan hubungan suami istri dengannya karena status mereka sebelumnya adalah sahabat. Ya, pasti seperti itu.
Jika memang begitu, berarti sekarang Sera harus bersabar. Tidak perlu terburu-buru dan ia akan menunggu sampai saatnya Arya siap melakukannya. Sera tidak akan bersikap murahan lagi dan memperbaiki penampilannya agar Arya tertarik padanya. Mungkin butuh waktu, tapi Sera akan bersabar menanti sampai saatnya tiba dimana Arya sudah benar-benar siap dan menginginkannya.
Hari sudah menjelang malam dan Sera memutuskan kembali ke villa mereka. Ia mendapati Arya tengah berjibaku di dapur dan menata makanan untuk mereka. Sera tersenyum manis kemudian duduk di meja makan tanpa Arya menyadarinya karena pria itu sibuk di depan kompor.
"Ya Tuhan, kamu mengejutkanku." Arya terkejut saat berbalik dalam mendapati Sera sudah duduk di meja makan yang ada di belakangnya. Ia segera menaruh makanan yang tadi ia hangatkan di hadapan Sera.
"Aku sudah lapar. Saat aku kembali, aroma makanan ini tercium hingga ke ruang tamu."
"Benarkah. Apa kau sudah benar-benar kelaparan hingga aroma makanan sangat sensitif di hidungmu?"
"Mungkin. Di tambah aroma makanan ini memang sangat enak. Mari kita makan."
"Hmmm. Aku juga sudah sangat lapar."
Keduanya akhirnya makan sambil berbincang ringan seolah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Sera terlihat sangat kelaparan dan Arya tersenyum menyadarinya. Syukurlah Sera tidak marah. Arya pasti merasa bersalah jika Sera marah padanya karena belum mendapatkan nafkah batin darinya.
Setelah keduanya selesai makan, Arya membersihkan peralatan makan mereka dan Sera dengan sigap mencuci piring di wastafel. Meskipun ada orang yang bertugas bersih-bersih, namun Sera maupun Arya senang bisa menikmati momen di mana mereka bersih-bersih berdua seperti suami istri pada umumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Marriage ( On Going )
RomanceKebahagian Sera mencapai puncaknya saat ia menikah dengan teman masa kecil yang sangat ia cintai. Arya, sahabat sekaligus laki-laki yang sejak kecil selalu melindungi Sera setelah mamanya meninggal. Kini, laki-laki itu bersanding dengannya di pelami...