04. Jealousy

1K 89 9
                                    

Warning! Typo belum sempat di betulkan, kalau ada Nemu salah ketik aku akan senang dan berterima kasih sekali kalau dari kalian ada yg menandai/kasih tau melalui komen(⁠。⁠・⁠ω⁠・⁠。⁠)⁠ノ⁠♡



Kelas berjalan seperti biasa, waktu istirahat tiba, Jaemin tak pernah beranjak dari tempatnya dan memilih untuk terus menggambar. Padahal ada beberapa murid yang mengajak dan mencoba untuk berteman tapi dari pemuda Leo itu sendiri yang tak menanggapi.

Beberapa hari telah berlalu, seisi kelas dapat menilai bila Jaemin tipe orang anti sosial, hampir jarang mengobrol jika tidak bersangkutan dengan pelajaran.

Yang awalnya beberapa dari mereka bersemangat ingin berteman, lama kelamaan semangat itu sirna oleh sikap cuek.

Saat mendapat tugas kelompok, jika mereka bercanda Jaemin tak menanggapi, responnya membuat suasana seketika canggung.

Maka dari itu, Jaemin tak memiliki teman sampai sekarang. Dan beberapa siswa pun terkesan menghindarinya, ia hanya fokus dengan dunianya sendiri.

"Jen, pulang nanti temenin ke toko buku ya," ujar Mark menoleh kearah Jeno. Mereka bertiga; Mark, Jeno, Donghyuck ada di kantin seperti biasa. Mengisi perut untuk kinerja otak, jika beruntung Mark akan mengeluarkan beberapa lembar untuk mentraktir Jeno dan Donghyuck.

"Boleh, lama gak?"

Mark nampak berpikir, sebelum berkata, "kalau kita mampir jalan ke Timezone mau gak?"

Mata Jeno sudah melotot memperlihatkan binar gembira, tapi Donghyuck menahan dada Jeno. "Gak boleh!"

"Dih, ngatur!" Jeno melepaskan tangan yang memegangi dadanya dengan wajah tertekuk sebal, bibirnya manyun.

"Kalian mau senang-senang tanpa aku lagi? Tega ya?" Kata Donghyuck melanjutkan makanannya, menyembunyikan rasa tak senang.

"Yaudah ikut aja!" Saut Jeno mudah, Donghyuck menoleh kearah Jeno kerena memang posisi duduknya selalu dirinya yang ditengah antara Mark dan Jeno.

"Mau, tapi gak bisa Jen. Hari ini tau sendirikan, nenekku ngajak berkebun. Aku free dihari Minggu ... Main di hari Minggu aja."

Mereka jadi diam-diaman dan melanjutkan mengisi perut, meski Jeno mengerucutkan bibir sebal dan Mark bingung harus berkomentar seperti apa. Yang jelas, Donghyuck mulai merasakan kecemburuan didalam hatinya yang tak pernah ia rasakan sebelumnya sebab dua temannya semakin dekat mengabaikannya.

"Makasih Mark," ucap Jeno sembari melambaikan tangan sebelum ia masuk kelas.

Donghyuck sudah jalan duluan menuju kelas disamping kelas Jeno, tapi Mark masih ditempatnya melihat Jeno sampai ke bangku. Tanpa sengaja tatapannya bertemu dengan siswa teman sebangku Jeno yang melihat dirinya tanpa ekspresi tapi tatapan matanya dingin tak bersahabat.

Mark tak nyaman memasukkan kedua tangan kedalam kantong celana lalu berjalan menuju kelasnya.

.

.

.

"Hoam!" Jeno menguap lebar, mengundang atensi Jaemin disamping untuk melirik.

Rasa kantuk berat yang Jeno alami membuatnya merebahkan kepala diatas meja. Agaknya ia menyesal menonton Drakor larut malam hingga menyita sebagian waktu tidur.

Sekarang jam pelajaran bahasa inggris, tapi gurunya berhalangan hadir dan meninggalkan tugas. Untungnya Jeno sudah belajar dirumah, tugas yang harusnya dikerjakan juga sudah diisi jadi waktu jam kosong bisa ia gunakan buat leha-leha. "Hah ... Ngantuk sekali," gumamnya sedih dengan mata memejam.

Kantung mata yang menghitam terlihat dibawah mata samar, Jaemin tersenyum kecil, ia yang awalnya membaca buku kini menutup buku pelajaran. Mengambil buku sketsa dari laci beserta pensil kuning.

Memanfaatkan situasi Jeno yang tengah dalam awang-awang kantuk, Jaemin menggambar Jeno dalam bukunya, melihat detail demi detail dalam jarak dekat dengan berhati-hati.

Saat sedang asyik-asyiknya, kegiatan Jaemin terhenti ketika salah satu murid meneriakkan nama Jeno di depan pintu. Pemuda Na segera menjaga jarak dan menyimpan alat gambarnya didalam laci.

"Jeno!"

Mau tak mau, sipemilik nama terbangun dan mengucek mata merahnya. "Hah?" Celingak-celinguk kebingungan, mata sipit itu terarah kearah pintu dimana ada Mark yang melambaikan tangan sama murid yang tadi memanggil nama Jeno.

Sebelumnya, Mark memang sudah bilang akan meminjam baju olahraga Jeno dan akan mengambilnya.

Akhirnya Jeno berdiri, ingin menghampiri Mark. Tapi sebelum pergi, Jeno mendapati Jaemin yang menatapnya terkesan seperti ingin mengatakan sesuatu. "Ada apa?" tanya Jeno.

Jaemin tersenyum kecil dan menggeleng, pemuda Na itu mengalihkan pandangan dan mencari kesibukan lain. Membiarkan Jeno menghampiri Mark dan menjadi saksi dari dua pria itu saling berangkulan meninggalkan area depan kelas.

Pensil kuning sketsa yang ada di genggaman dicengkeram kuat sampai tangannya bergetar menahan kesal, rahangnya juga mengeras dengan tatapan mata tajam.



°°°

Jeno duduk di kursi kayu samping lapangan basket in door, menunggu Mark berganti pakaian. Beberapa kali, mata sipit itu dipaksakan berkedip-kedip menghilangkan rasa kantuk.

Ketika sebuah minuman kaleng isotonik tersodor, Jeno mendongak melihat si pemberi.

Mark tersenyum sambil mengkode dengan alis terangkat agar Jeno mengambil pemberiannya. Meskipun bingung dan heran, Jeno menerimanya sembari menahan senyum.

"Tidak salah memberikannya padaku? Kau yang akan berolahraga," ucap Jeno membuka segel minuman dan mulai meminumnya.

Lumayan minuman gratis, sebelum diminta lagi sama yang punya karena berubah pikiran.

"Setelah jam olahraga, beberapa murid perempuan yang mengagumi ku akan memberi minuman seperti itu, sampai rebutan, untuk mendapatkan perhatianku."

Mendengar itu, Jeno yang tengah menenggak minuman perlahan melirik Mark disampingnya. Ekspresi dari lirikan julid diberikan, meski memang benar begitu namun terdengar songong baginya.

"Termasuk ini?" Tanya Jeno menggoyangkan minuman kaleng yang isinya sudah setengah.

Sebelum menjawab, Mark melihat sekilas. Kedua tangan menumpu belakang badan saat kedua kakinya disekonjorkan kedepan. "Kalau yang itu, minuman punyaku yang memangku simpan untuk kuberikan padamu."

Jeno seketika menoleh kearah Mark, pemuda blasteran itupun juga melakukan hal yang sama. Keduanya diam tanpa bicara, membiarkan eye to eye yang berbicara hingga ke hati.

Sedangkan disisi lain, Donghyuck yang baru tiba ingin mencari Mark yang hilang tanpa pemberitahuan sebelumnya, berhenti beberapa jarak lumayan jauh. Dengan wajah tertekuk tak senang mendapati dua temannya bersama tanpa mengajak dirinya, seolah ia dilupakan.

Semenjak Donghyuck tau Mark naksir Jeno. Ia mulai merasa bila sifat Mark lebih condong ke Jeno, setiap bersama dengannya pasti pembahasannya Jeno-jeno-jeno. Apa-apa Jeno. Belakangan ini, Donghyuck sering ditinggal, oleh kedua temannya tak jarang ia selalu diacuhkan kadang tak dianggap keberadaannya.

Jeno juga mulai berubah, meski menyebalkan dan sering mengajak adu mulut, teman masa kecilnya itu selalu apa-apa datang kepadanya. Tapi semenjak Mark yang semakin gencar mendekati, Jeno jadi ke Mark terus kadang tak ada waktu bila ia ajak main bareng.

Bukan Donghyuck tak suka Mark naksir Jeno. Ia dukung kok, hanya saja ia merasa terasingi saat keduanya pdkt.

"Belum pacaran aja udah gini, gimana udah jadian?"


Next>>>

Stranger  - Jaemjen Ft. MarknoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang