8

44 12 0
                                    

Bylla’s pov

Seperti yang dikatakannya kemarin, hari ini Mas Ikram harus ke kantor karena bosnya yang bernama Bu Fira memanggilnya. Kalian masih mengingat Bu Fira kan?

Beliau adalah pimpinan utama Top Cloud, salah satu perusahaan dari kerajaan bisnis terbesar di Kediri yaitu Aryeswara Group yang sekarang dipegang sepenuhnya oleh Zafran Aryeswara. Aku sendiri tidak mengerti kenapa bos besar yang langsung memanggilnya. Apakah suamiku membuat kesalahan? Semoga saja tidak.

Sejak tadi aku menatap suamiku yang sedang memasangkan dasinya, bukankah seharusnya aku yang melakukannya? Aku yang menyiapkan pakaian gantinya, merapikan kemejanya, dan memasangkan dasi untuknya. Sekarang aku hanya duduk diam di tempat tidur dan hanya menatap suamiku bersiap.

“Mami jangan sedih, ada Mimi.” Aku menunduk dan menatap Dami yang duduk di pangkuanku. Putri kecilku yang sangat menggemaskan ini sengaja menunjukkan ekpresi imutnya.

“Mimi menemani Mami selama Papi kerja.”

“Oke.”

Dami memelukku dan menciumi seluruh wajahku, “Mimi sayang Mami.”

“Mami juga sayang.” Aku memeluknya erat dan mengelus rambut panjangnya.

“Ah ya, aku hampir lupa.” Kami menoleh ke arah Mas Ikram yang melangkah mendekati kami dengan sebuah ponsel di tangannya. Ponsel siapa itu? Aku baru melihatnya hari ini, apakah dia punya ponsel simpanan? Setahuku ponsel Mas Ikram bukan yang ini.

“Kemarin malam pihak service ponsel menghubungiku, ini ponselmu.” Mas Ikram mengulurkan benda persegi panjang itu ke arahku.

Aku mengerjap-ngerjap, “Ini milikku?” Mas Ikram menatapku dengan wajah bingungnya dan mengangguk tak yakin.

“Aku punya ponsel? Yeaayy!!! Dami!! Mami punya ponseeelll!!” ku ambil ponsel di tangan Mas Ikram dan memeluk Dami yang juga tampak bingung dengan reaksiku.

“Tentu saja kau punya, ponselmu diperbaiki karena rusak parah setelah kecelakaan. Untung saja mereka bisa memperbaikinya tanpa kehilangan data-datanya.” Mas Ikram duduk di pinggir ranjang. “Lihatlah isinya, siapa tahu ingatanmu kembali setelah melihat semuanya.”

“Terima kasih Mas!” Aku memeluk putri dan suamiku juga, betapa indahnya keluarga kecilku ini? Berhari-hari tidak memegang ponsel membuatku berpikir bahwa aku tidak punya, aku terlalu takut menanyakannya pada Mas Ikram karena akan terdengar konyol.

“Aku berangkat dulu.” Aku menyalami Mas Ikram dan mencium punggung tangannya, Mas Ikram menyematkan kecupan di keningku.  Dami melakukan hal yang sama dengan yang ku lakukan, ah senangnya memiliki putri cantik yang penurut.

“Papi berangkat dulu ya, jaga Mami.”

Dami berdiri dari duduknya dan melakukan hormat, “Siap Kapten Papi!” aku dan Mas Ikram tergelak melihat kelucuan Dami.

Mas Ikram bangkit dari duduknya, “Tidak perlu mengantar keluar, disini saja.”

Aku mengangguk, “Mimi ikutt!!!” Dami mengangkat kedua tangannya, Mas Ikram menggendongnya.

“Berangkat dulu, Assalamualaikum.” Mas Ikram mengecup bibirku setelah menutup kedua mata Dami dengan tangan kanannya.

“Waalaikumussalam.” Aku melambaikan tangan pada suamiku yang melangkah keluar kamar dengan Dami di tangannya.

Hey apa ini maksudnya? Tadi dia bilang menemaniku dan sekarang malah pergi bersama ayahnya. Ya, sudahlah. Nanti dia juga akan kembali kemari, itupun jika Mama dan Papa tidak menyabotasenya terlebih dahulu.

Garis WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang