3. Penyegelan Tangga
Hari semakin menyamarkan sinarnya menjadi temaram. Di antara gelap yang hendak melahap hari, Safinka baru terbangun dari tidur nyenyaknya itu. Ia berdecak kejut saat membuka matanya melihat hari nyaris habis. Secepat mungkin Safinka berlari ke dalam kelasnya untuk mengambil tasnya. Kini ia benar-benar sedang dikejar gelap. Setelah mengambil tasnya, Safinka langsung berlari lagi menuju pintu keluar. Namun sayangnya pintu itu telah terkunci dengan rapat. Berkali-kali Safinka berteriak meminta tolong kepada siapa pun yang ada di luar, tapi suaranya tak sampai kepada telinga siapa pun. Selain itu, ia juga mencoba menggedor-gedor hingga mendobrak paksa pintu itu. Akan tetapi nihil. Segala cara yang telah dilakukannya tidak bisa membuka pintu itu. Lantas ia mendudukkan tubuhnya dengan bersandar ke pintu di belakangnya. Dia menatap dua koridor itu penuh kengerian. Rasa takut akan seram bersemayam di benaknya. Pelan-pelan Safinka menelan ludahnya sekali.
Ceklek!
Suara seseorang membuka kunci pintu itu, membuat Safinka dengan sigap berdiri tegak. Ternyata yang membuka pintu itu adalah Pak Satpam yang mendengar teriakan dan gedoran dari Safinka.
"Kok kamu masih ada di sini?" tanya Pak Satpam heran.
"Saya tadi ketiduran, Pak! Makasih banyak ya, Pak!" Safinka mencium tangan Pak Satpam—tanda ia berterima kasih. "Makasih banget! Saya langsung pulang ya, Pak!"
Safinka langsung meninggalkan Pak Satpam itu berdiam diri di sana dengan terburu-buru bak dikejar hantu. Ia berlari menuju halte bus yang ada tak jauh dari sekolah ini. Tanpa ia sadari, ada sesosok sepasang mata biru itu baru saja keluar dari gang. Ya, beliau terlambat sebagai pahlawan yang akan menyelamatkan sang putri yang terkunci di dalam gedung sekolah. Dan lagi-lagi apa? Jangan berpikir bahwa Nexus akan datang, karena sepasang mata biru yang keluar dari gang itu hanya seekor kucing liar.
Secara kebetulan, bus itu tiba bersamaan dengan datangnya Safinka di halte itu. Lantas tanpa berlama-lama Safinka lekas naik ke dalam bus itu.
Dirinya sungguh heran, mengapa ia bisa tertidur cukup nyenyak di dalam sana? Dan mengapa tiada satu pun orang yang membangunkannya? Bahkan suara bel berteriak pun ia tak merasa dengar. Padahal jikalau dia mencoba tidur di dalam kelas, selalu gagal. Kadang diganggu, kadang rasa kantuk itu sekejap menghilang saat dirinya sudah ancang-ancang. Dan kali ini adalah keajaiban, dan setiap sedikit gangguan itu raib.
Setibanya Safinka di rumah, ia langsung dibanjiri dengan seribu pertanyaan mengenai dari mana dirinya pergi. Dengan singkat, ia menjawab kepada ibu dan ayahnya dengan, "ketiduran di sekolah." Jawaban itu menjadikan ayah dan ibunya membungkam kembali seluruh pertanyaannya.
Ayahnya melihat ada sesuatu yang aneh pada anaknya. Dia mencoba mendekatkan wajahnya ke wajah Safinka dengan tatapan yang menyipit.
"Cewek rese," ucap ayahnya pelan semacam sedang membaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEXUS
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Seorang siswa baru, tiba di SMA Binaraya dengan tujuan ingin menakhlukkan sekolah ini. Namanya Nexus Arzarax. Dan dialah yang berniat hendak menguasai sekolah ini selain Pak Kepsek. Namun dirinya tampak terlalu bertele...