6. Cerdas Cermat

17 4 0
                                    

6. Cerdas Cermat

 Cerdas Cermat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

H-1

Kala ini Nexus sedang berada di rumahnya lantaran diberi cuti khusus dari sekolah untuknya, Safinka, dan Disan. Kini ia baru saja menelepon teman-temannya dari sekolah lamanya untuk berkumpul di salah satu taman kota. Dikarenakan motornya yang disita, ia lantas meminta bantuan kepada teman-temannya jika perlu berpergian. Teman-temannya pun akhirnya tiba dengan membawa motornya masing-masing. Hanya tiga orang, dan memang segitulah jumlah teman dekat Nexus dari sekolah lamanya. Sisanya banyak yang ia kenal, namun tak begitu dekat.

Nexus yang menyadari akan kedatangan temannya itu sontak bergegas memakai jaket hijau army yang ia dapat dari perkelahiannya di jalanan. Meski sering berkelahi di jalanan, Nexus amat tidak tertarik untuk ikut-ikutan geng-gengan di jalan. Menurutnya itu terlalu lebay.

Kemudian ia keluar dari rumahnya yang terbilang mewah—menghampiri teman-temannya yang sudah menunggu. Nexus dibonceng oleh temannya yang berambut ikal dengan mengenakan motor Vespa Matic warna biru menyala. Lalu mereka berempat pun pergi dari tempat itu menuju ke tempat yang telah dijanjikan sebelumnya.

Tatkala mereka berempat sampai di tujuannya, yakni Taman Inderayu, terdapat sebuah mobil hitam yang menghalangi jalan mereka. Di dekat mobil hitam itu pula ada empat gadis remaja dan satu wanita tak sampai setengah baya.

Nexus yang geram, lantas meneriaki para wanita itu. "Woi!!"

Teriakan itu berhasil membuat kelimanya menoleh secara bersamaan. Dan ternyata empat gadis remaja itu adalah Safinka dan teman-temannya.

"Pinggirin tuh mobil! Emangnya ini jalan nenek moyang lo!?" lanjut Nexus berteriak.

"Emang ini jalan nenek moyang gue!!" tanggap Safinka kemudian ia mengarahkan badannya ke arah Nexus seraya melipat kedua lengannya di depan dada. "Dari awal lo masuk ke taman ini, sampai nanti lo ketemu lagi jalan masuk yang lainnya, ini semua tanah kakek gue!"

Jawaban itu benar-benar membuat ketiga teman Nexus tak menyangka dengan mata yang bulat sempurna bagai bulan purnama. Kecuali satu temannya yang sipit. Akan tetapi Nexus sama sekali tidak melangap seperti teman-temannya yang lain, ia justru bisa membalas Safinka dengan santai.

"Ya udah, ini tanah kakek lo! Tapi bukan tanah lo!" sahut Nexus lalu turun dari motor temannya itu, lekas mendekat ke hadapan Safinka. "Dari papan besi yang ada di depan menjelaskan, Bapak Haji Doktor Rinda Ardiwana mewariskan tanah ini untuk khalayak agar bisa dinikmati oleh setiap orang-orang yang berkunjung! ... Itu artinya, tanah ini bukan cuma milik lo!"

Safinka hanya terdiam belangak. Sepertinya Nexus orang yang sering berkunjung ke taman ini, sehingga ia sangat hafal dengan tulisan pada papan besi yang ada di depan taman ini. Nexus masih menatap tajam mata Safinka yang mulai tumpul ketajaman matanya.

"Pindahin mobil lo!" geram Nexus.

Perlahan Safinka berjalan memasuki mobilnya itu lalu dipindahkan ke pinggiran pusat taman yang lumayan luas. Bersamaan dengan jalannya mobil itu, Nexus dan ketiga kawannya juga berjalan di belakang mobil itu dan berhenti memarkirkan motor-motor mereka di pinggiran pusat taman. Sedikit lebih jauh dari mobil hitam yang ternyata milik Safinka.

NEXUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang