LANGKAH (1)

63 9 5
                                    


HAPPY READING!!

-
-

--

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-


“Selamat malam, pemirsa. Kembali lagi bersama saya, Rania, dalam Breaking news. Malam ini, kami akan membahas sebuah isu yang sangat serius dan memprihatinkan, yaitu kasus bullying yang terjadi di salah satu sekolah menengah di kota kita.”

Layar televisi menampilkan judul berita dengan teks besar yang mencolok, "Kasus Bullying di Sekolah: Korban Trauma Berat." Latar belakang visual berganti antara gambar sekolah tempat kejadian, foto korban, dan beberapa cuplikan video yang kabur untuk melindungi privasi anak-anak yang terlibat."

“Gila. Apa mereka engga mikir efeknya bagi korban? Sungguh miris, bahkan mereka masih dibawah umur, apa orang tuanya engga memperhatikannya sampai membuat anak orang lain menjadi korban pelampiasannya.” seru pemuda berambut ikal dengan suara lantang, tangannya terkepal di samping tubuhnya. Tubuhnya sedikit condong ke depan, seakan berusaha menembus layar untuk menghadapi para pelaku secara langsung.  

Laporan langsung dari lapangan menunjukkan seorang wartawan berdiri di depan sekolah, memberikan kronologi peristiwa. Di layar, tampak beberapa siswa yang diwawancarai dengan wajah ditutupi untuk melindungi identitas mereka. "Kami melihat dia dipukul dan ditendang," kata salah satu siswa dengan suara gemetar.

Berita kemudian menampilkan wawancara dengan orang tua korban di rumah mereka. Dengan mata yang berkaca-kaca, ibu korban berkata, "Anak saya sekarang tidak mau pergi ke sekolah. Dia sangat takut." Kamera menangkap suasana rumah yang penuh ketegangan dan kesedihan.

“Lo mau tetap sekolah di sana Jak? Sekolah gila yang melindungi para pelaku.” tunjuk pemuda berambut ikal, menunjuk nunjuk ke arah layar televisi, “Setelah ini, kasusnya pasti akan segera di tutup dan orang tua korban akan di minta tutup mulut dan para murid yang bersaksi pun akan hilang tanpa kabar.” imbuhnya menggebu gebu.

Seorang pemuda bernama Jaka tersebut, kedua matanya tidak pernah lepas dari gambar-gambar korban dan pelaku yang muncul di layar, dan setiap kali muncul detail baru dari laporan berita. Ketika reporter di televisi mengungkapkan bahwa sekolah dan pihak berwenang sedang menyelidiki kasus ini.

“Inisial pelaku pun tidak di beri tau.” tutur Jaka, merasa marah karena pelakunya tidak di beri tau, inisial maupun kelasnya. Kemarahannya tidak hanya ditujukan kepada pelaku bullying, tetapi juga kepada sistem yang dianggapnya lamban dalam menangani masalah tersebut.

“Jak, mending lo engga usah sekolah di sana. Walaupun nilai lo memang rendah tapi kan lo bisa masuk ke SMA lain.” kata pemuda berambut ikal, duduk kembali di sofa sembari mengambil remote dan mematikan televisi dengan gerakan cepat, muak melihatnya karena tau ujungnya berita akan di tutup.

SECRET FIGURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang