LANGKAH (4)

28 9 3
                                    

HAPPY READING!!

-
-

--

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-


“Kehidupan ini bagaikan tata surya yang luas dan penuh dengan berbagai elemen yang saling berinteraksi. Seperti matahari yang menjadi pusatnya, kita sebagai individu memiliki peran kita masing-masing dalam mengorbit di sekitarnya. Terkadang, kita bersinar terang seperti planet-planet yang mendekati matahari, meraih pencapaian. Namun, ada juga waktu di mana kita mungkin berada jauh dari pusat cahaya, mengalami masa-masa kegelapan.”

Kelas sepuluh berkumpul di aula sekolah bercat dengan warna putih, menciptakan suasana yang terang dan terbuka. Di tengah ruangan, meja-meja dan kursi-kursi tersusun rapi, menampung berbagai peralatan belajar seperti buku, pena, dan laptop.

Cahaya dari jendela besar di sisi ruangan memancar masuk, memberikan sentuhan hangat ke dalam aula yang lapang ini.

Di antara siswa-siswa yang duduk, ada yang mengernyitkan kening sambil menatap ke arah papan tulis, seolah-olah mempertanyakan relevansi dari yang sedang dibicarakan. Beberapa siswa lainnya terlihat memainkan pena dan menggambar di buku catatan mereka dengan tatapan kosong, pikiran mereka sekarang hanya ingin cepat cepat keluar aula dan mengobrol.

“Percuma ilmu tinggi jika sopan santun rendah. Ingat, tindakanmu mencerminkan siapa dirimu di mata orang lain.” Kepala sekolah itu berdiri tegak di depan barisan murid-murid baru yang kurang sopan dilihat dari atas panggung. Matanya seperti menyaring setiap gerakan mereka.

Anggota OSIS yang berada di sekeliling aula pun langsung melangkah ke barisan murid-murid baru yang sedang berkumpul. Satu per satu, mereka mendekati murid-murid baru untuk mengambil paksa buku dan pulpen yang masih mereka pegang, mengingatkan murid-murid baru tentang aturan yang harus diikuti di sekolah itu.

“Engga sopan banget lo anjing.” teriak salah satu dari mereka karena hampir terjatuh dari kursinya.

Suasana aula yang tadinya tertib pun langsung sunyi, kepala sekolah yang sejak tadi berpidato pun terdiam menyaksikan salah satu dari murid baru yang berteriak nyaring. Diam-diam, satu per satu, pandangan semua orang bergeser ke arah murid baru yang kurang sopan itu.

Wajah mereka yang tadinya sibuk dan terlibat dalam percakapan menjadi sedikit kaku, seolah-olah terhenti sejenak oleh tingkah laku yang kurang pantas itu. Beberapa mengangkat alis dengan ekspresi bertanya-tanya, sementara yang lain menggelengkan kepala dengan ekspresi takut.

“Selamat datang ke sebuah jejak tanah.” balas salah satu osis yang mengambil paksa buku pemuda yang berteriak ke arahnya. Osis itu tersenyum kecil sembari menggelengkan kepalanya.

SECRET FIGURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang