Assalamualaikum. Hai, namaku Nami.
Namira Diningtyas. Usia saat ini ada di kepala tiga.
Di sini aku mau sharing cerita hijab dan hijrahku, barangkali bisa menginspirasi.Jadi, alasanku berhijab adalah...
Haha, tidak semudah itu ferguso.
Aku nggak mau menceritakan kisah ini segitu gamblangnya. Karena sebuah cerita bisa jadi menarik kalau diberi daya tarik dalam proses penceritaannya. Biarlah alasan berhijab itu menjadi bagian klimaks perjalanan kisah ini sebab yang ingin aku lakukan sekarang adalah meminta kalian menemaniku membuka lembar-lembar cerita ke tahun belakang. Saat aku masih berusia 15 tahun. Usia di mana aku masih duduk di bangku kelas 9 SMP dengan kesibukan menuju tahun kelulusan.
Menurut sebuah survei perempuan mengalami masa puber di usia 12 tahun. Salah satu indikasinya adalah dia mulai tertarik dengan lawan jenis. Saat mendengar penjelasan itu dari guru Biologi yang sedang menjelaskan di depan kelas, aku malah terjebak dalam pertanyaan.
"Kenapa aku belum punya ketertarikan sama cowok?"
"Hah?"
"Eh!" Aku malah kaget.
Ternyata Putri, kawan sebangkuku mendengar suara hatiku. Apakah selama ini dia punya darah supranatural.
"Nggak normal kamu!" Malah meledek.
"Jangan-jangan Nami sukanya sama kambing." Sahut suara dari belakang. Lalu suara tawa membahana mengiringi ucapan itu.
Lah, kok pada bisa dengar suaraku dalam hati?
Aku melihat Bu Sukma tersenyum sambil menggeleng-geleng.
"Nami, Nami... ada-ada aja kamu ini."Hah? Bu Sukma juga dengar suara batin ku.
Aku menoleh panik ke Putri. "Kalian semua lagi praktek ilmu dukun, ya?"
"Dih, tambah ngaco! Lu ngomong kekencengan. Sekalian aja pake mikrofon di ruang siaran."
Astaghfirullah. Ternyata aku bukan membatin tapi menyeletuk tadi. Wajar lah semua pada dengar.
Jam istirahat.
Putri langsung ngajakin ke kantin. Tanpa babibu aku mengiyakan setelah selesai masukin buku ke dalam laci. Sebelum sampai pintu kelas tiba-tiba dicegat.
"Awas awas, gue duluan yang lewat." Seorang cowok rada tengil muncul sesuai skenario dia biasanya. Iya, ngegangguin orang. Di belakangnya ngikut dua anak buah.
Nama cogil itu... Ah, malas! Skip aja.
Kami udah di kantin. Putri tahu-tahu udah nyeruput habis es teh manisnya. Padahal aku baru makan dua tusuk siomay. Tadinya mau minta es teh nya juga.
"Eh, beneran tuh yang tadi?"
"Apanya?" aku nggak ngerti. Pertanyaan tanpa objek dan subjek hanya memusingkan audiens.
"Kamu belum pernah naksir cowok?"
"Oh itu..." ya elah kirain apa. Kayak penting aja buat dibahas.
"Belum."
Putri manggut-manggut sambil senyum. Nah ini... jenis temen yang demen bikin temennya penasaran sama sikap begini. Mau nggak mau nanya juga kan gue.
"Emang kenapa, sih? Mau bilang aku nggak normal?"
"Dih, malah ngaku."
"Siapa yang ngaku!" Pengen ku jitak aja kalau nggak lupa bahwa teman sebangku-ku ini adalah si otak encer yang baik hati memberikan sontekan di kala ujian dadakan.
"Aku penasaran aja gimana nanti kalo kamu suka sama cowok."
"Alah, aku aja nggak penasaran."
Putri terkikik.
"Kata orang, manusia tuh bakal berubah banget kalo udah jatuh cinta."
"Halah, orang mana yang bilang."
Putri menyambar tusuk siomay dari tanganku dan melahap dua potong. Kubiarkan saja, itung-itung sedekah.
"Lagian kita lebih baik fokus sama ujian sekolah tahun depan. Udah mau lulus loh."
"Alah modal nyontek aja belagu."
"Biarin!"
Kami terbahak kemudian.
***
Jam pulang sekolah. Kelas segera bubar bagai anak ayam menyerang pintu keluar. Usia boleh di angka lima belas tapi nyatanya mental kita masih bocah. Duluan-duluanan. Gara-gara desakan di pintu bahu kiriku agak sakit. Ya, siapa suruh juga ikut nggak mau kalah.
Aku berjalan menuju gerbang sekolah sambil mengusap bahu kiriku. Oh ya, sedikit info tentang sekolahku. Jadi aku bersekolah di SMP Swasta Umum yang Yayasannya juga mendirikan SMA di area yang sama. Hanya saja area untuk SMP dan SMA biasanya terpisah. Aktivitasnya digabung cuma saat Upacara selebihnya untuk kantin, toilet serta sarana ekskul dibedakan.
Untuk gerbang sekolah masih sama, hanya dibedakan pada area parkir untuk murid yang bawa kendaraan ke sekolah.
Hari ini Rabu, biasanya jemputan Ayah datang lebih lama karena nunggu Mbak Tria di sekolahnya. Aku dan kakakku beda sekolah, tentu aja. Dia di SMA Negeri yang jaraknya lumayan jauh dari sekolahku ini.
Sembari nunggu, aku buka ponsel. Barangkali ada yang ngirim pesan. Eh ada dua pesan masuk! Pas dibuka isinya malah pesan operator sama perpanjangan NSP. Ya udah lah aku pun milih main game snake. Selagi seru memanjangkan ekor si snake, tahu-tahu ada yang nubruk dari belakang. Ponsel ku sukses tergelincir dari tangan dan jatuh begitu aja ke aspal.
Krack! Namanya juga ponsel gendut sudah pasti suaranya mirip batu yang dibanting.
"Eh, maaf-maaf nggak sengaja." Suara panik terdengar saat aku memungut ponselku. Casing belakangnya terlepas. Saat kulihat bagian layar.
"Yaa game over," desisku. Si snake bergetar di layar.
"Ah, elu sih ngejar-ngejar nggak jelas," dia mengomel, mungkin sama temannya yang jahil. Sebab setelah itu terdengar suara tawa meledek.
Aku mengangkat kepala untuk melihat si pembuat masalah barusan.
Murid SMA. Langsung kusimpulkan begitu karena dia tinggi. Tapi bukan itu persoalannya sekarang karena tiba-tiba aku membeku sesaat.
"Maaf ya, Dek nggak sengaja. Hape nya rusak ya." Dia terlihat sungkan.
Aku melihat ponselku. Cuma rusak casing belakang aja, sih. Kalau rusak semuanya, kan bisa minta ganti. Sama ayah maksudnya. Bukan sama murid SMA ini! Lagian ini kan bukan cerita FTV yang biasa aku dan Mbak Tria tonton setiap sore. Mana mungkin.
"Ah, iya... nggak apa-ap.." belum siap aku menjawab, dia malah sudah ditarik pergi oleh kawannya yang jahil tadi.
"Woi, udah lah!"
Kawan jahil nya itu malah terbahak.
Seketika itu pula jantungku kayak lompat.
Iya, kawan jahilnya itu... tiba-tiba melihat dia bikin hatiku terasa terguncang gempa.
Apa ini indikasi puber?
Apa ini indikasi tertarik sama cowok?
Apa aku jatuh cinta?
***
Sesuai janjiku aku rilis 2 Bab. Prolog dan bab 1 ~
Uhm, mau tanya nih pendapat kalian... apakah gaya menulis kayak gini aneh? Atau gimana...Iya, aku lagi mau ubah suasana nulis. Soalnya pengen supaya tulisan kali ini adak berbeda sama yang sebelumnya. Karena tokoh cewek utama sebagai aku di cerita ini karakternya agak sedikit dablek. Jadi aku pengen ngerasain feelnya.
Ditunggu saran dan komennya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hijab (Love) Story
Novela JuvenilGara-gara video interview konten Tiktok-ku viral, akun ku jadi ikutan ramai. Saat itu aku ditanyai "Kak, apa alasan istiqomah pakai hijab Syar'i" Aku jawab, "karena Allah." Ya Allah, kok kesannya munafik, ya? Soalnya cerita tentang hijrah dan alasan...