21.Kekhawatiran Maveen

3.7K 324 8
                                    

안녕하세요 친구!
Happy Reading!

⑅⁠꒰⁠✧⁠◝⁠•⁠ᴗ⁠•◜⁠✧꒱⑅⁠

Caca membuka matanya perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam iris matanya. Menelisik ruangan putih yang berbau obat-obatan, Caca mengangkat tangannya yang terdapat selang infus. Atensinya teralihkan pada suara pintu yang terbuka, sosok laki-laki masuk kedalam ruangan Caca.

Ruang inap ini cukup luas dan terdapat AC, televisi besar, juga dua sofa yang lumayan besar. Siapa yang membawanya kerumah sakit? Dan sepertinya ini adalah ruang inap VIP.

"Hai, udah sadar?" tanya laki-laki itu.

"Air," lirih Caca. Laki-laki itu langsung mengambil gelas yang berisi air putih, lalu membantu Caca untuk minum.

"Masih inget aku kan? Yang waktu itu kamu tolongin." tanya Haris.

"Ah iya aku inget." jawab Caca sedikit lemas.

"Tadi aku liat kamu pingsan dijalan, kaki kamu juga luka lumayan dalem. Jadi aku bawa kamu kesini."

"Makasih banyak ya, aku hutang budi sama kamu. Kalo nggak ada kamu, aku nggak tau nasib aku gimana." ucap Caca tulus.

"Iya sama-sama, ini juga rasa terimakasih aku sama kamu." balas Haris.

"Aku panggilin dokter dulu, ya?" sambung Haris ingin memencet tombol Nurse call.

"Eh nggak usah, aku udah nggak papa kok." Tangan Caca langsung menahan lengan Haris untuk tidak memencet tombol tersebut.

"Beneran nggak papa?" tanya Haris khawatir, Caca hanya mengangguk saja.

"Kata dokter kandungan kamu lemah, jadi kamu harus rawat inap dulu beberapa hari ini." lanjut Haris pelan. Caca langsung mengelusi perutnya yang tertutup selimut.

"Kamu?" tanya Haris hati-hati. Caca paham dengan apa yang ditanyakan oleh Haris.

Tadinya Haris cukup terkejut, saat dokter menjelaskan tentang kondisi Caca dan kandungan Caca. Ia juga sempat tidak percaya, jika Caca sedang mengandung.

"Iya jangan bilang sama siapa-siapa ya, aku minta tolong banget sama kamu. Jangan kasih tau temen-temen satu sekolah aku, untuk saat ini biarin kaya gini dulu." pinta Caca.

"Iya, aku nggak akan bilang ke siapapun. Kamu udah nikah?" tanya Haris lagi, yang diangguki oleh Caca.

Jujur sebenarnya Haris kecewa, ia menyukai Caca tapi sekarang Caca malah sudah mengandung. Jika mengandung saja ia tidak apa, ia akan menyayangi anak Caca. Tapi Caca sudah menikah, ia memilih mundur.

"Aku boleh pinjem hp kamu, nggak? Aku mau telepon ke hp aku, kayaknya tas aku ada di mobil suami aku."

"Iya boleh." Haris mengeluarkan smartphone miliknya yang ada disaku, memberikannya pada Caca. Mengetikkan nomornya lalu meneleponnya, lumayan lama ia menunggu sambungan telepon itu.

Maveen mendengar suara deringan telepon, ia mengambil tas milik Caca dan mengambil smartphone Caca yang ada didalamnya. Tadi saat ia ingin menjemput kekasihnya, ia melempar tas milik Caca ke bagasi karna tidak ingin Rora curiga.

Dan setelah mengantarkan Rora sampai ke rumah Rora, Maveen baru ingat dan langsung mencari Caca. Kamar mandi umum sudah sepi, jalanan pun sepi karena masih gerimis. Ia frustasi, sekarang sudah mulai larut malam dan ia belum menemukan keberadaan Caca. Ia sempat berfikir bahwa Caca sudah sampai di rumahnya.

LOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang