ٱلسَّلَامُعَلَيْكُمْ
بسم الله الر حمن الر حيم
اللهم صل على سيدنا محمدJangan jadikan cerita ini sebagai penghalang mu untuk beribadah/berbuat kebaikan. Jadikan cerita ini sebagai hiburan, dan pengisi waktu luang.
Semoga bermanfaat dan bisa menginspirasi untuk menjadi lebih baik!
Jangan lupa vote, follow ,& komen‼️just fiction‼️
Happy reading
"Berikan kesempatan untuk seseorang yang ingin menjelaskan sesuatu padamu, sekalipun kamu sudah mengetahui tentang hal itu. Ingat, menghargai orang lain itu penting. Ketika kamu menghargai orang lain, tanpa kamu minta pun orang lain juga akan menghargai mu"
(Auliya asy-syifa||life in pesantren)
"Mau kemana?" Tanya aul yang sudah rapi dengan jilbab motif, tunik, dan sarungnya.
"Aku mau pergi dulu bentar" jawab aul singkat.
"Ha? Kamu ini mau kemana? Sakit kamu? Aneh gini, panas ya?"
"Kamu tadi juga kemana aja? Habis dzuhur ini, kita ada jadwal nyimak hafalan lagi loh. Abis asar juga ada jadwal buat latihan. Kamu lupa? Nanti kalo di marahin mbak pengurus gimana? Kalo di marahin sama umi gimana?" Syafa bicara panjang lebar, namun hanya menjadi backsong semata bagi aul yang sedang merapikan outfit khas santri nya itu.
"Suut! Umi udah tau" aul pun keluar dari kamar
"Assalamu'alaikum syafa" teriaknya dari luar sana. Mungkin ada banyak orang yang dengar. Memang, dia adalah orang yang sangat hobi teriak.
Aul pun melangkahkan kaki nya sampai ke gerbang belakang ndalem, dan disana sudah ada wildan yang stay di sepeda motor milik nya. Kali ini ia tampil sedikit berbeda. Dia memakai kacamata.
"Bang wil minus ya?" Tanya aul tiba-tiba saat aul mengamati penampilan dari ujung peci wildan.
"Tau dari mana?" Wildan bertanya balik
"Tuh, pake kacamata"
"Emang yang pake kacamata itu harus yang minus?"
"Tau ah"
"Ayo"
"Kemana?"
"Pulang dulu bentar"
"Pulang ke mana?"
Aul pun hanya bisa mengiyakan apa yang kakak laki-lakinya itu bicarakan. Jujur ia tak paham dengan apa yang akan mereka lakukan. Aul pun segera menaiki bagian belakang motor yang di kendarai oleh wildan.
Wildan pun segera melajukan motornya dengan kecepatan sedang, dan perlahan mulai meninggalkan area pondok pesantren Al-falah.
"Bang kita mau kemana?" Aul kembali membuka perbincangan dengan wildan.
Namun widan justru diam seribu bahasa. Ia tak menjawab apapun, pandangannya fokus pada jalan yang mereka lalui, dan kebetulan hari ini mentari memancarkan sinarnya begitu terik.
Aul kembali menutup mulutnya. Dia merasa percuma berbicara dengan orang yang tidak mau menjawab.
'Bicara kok sama batu' aul menggerutu dalam hatinya, entah mengapa mood nya hari ini sangat berantakan. Tidak seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AULIYA ASY-SYIFA || Life In Pesantren
Novela JuvenilKalau ada yang bilang, 'santri itu sama santri' Menurut kalian? Apakah itu menjadi kewajiban? Setidaknya pilihlah dia yang bisa membawa mu ke jannah -Nya. AULIYA ASY-SYIFA Ini kisah tentang seorang santriwati yang kisah hidupnya banyak Cerita, yan...