typo.
Benjamin tidak menyukai bermain piano karena menurutnya itu membosankan. padahal Ibunya seorang guru piano namun itu tak membuat dirinya menyukainya. Hingga dirinya bertemu dengan seseorang yang memainkan piano dengan menutup matanya seakan bahwa setiap nada yang dikeluarkan oleh tuts hitam putih itu adalah dunianya.
Bukan hanya melodi yang dimainkannya yang indah namun orang yang membuat melodi itu juga sangat indah. dirinya bisa melihat bagaimana tangan lentik itu bermain dengan lihai! Begitu indah dan cantik. Entah sudah berapa lama dirinya memuji keindahan dan kecantikan orang di depannya.Saat lagu itu selesai dimainkan. Mata orang tersebut terbuka dan langsung bertubrukkan dengan matanya! sekali lagi benjamin mengaggumi kecantikan di depannya.
"Kenapa kau menyukai piano?"
Orang tersebut tersenyum lalu menatapnya "Tidak ada alasan untuk tidak menyukainya bukan!"
Benjamin mengerutkan dahinya "Tetapi kenapa kau sangat bahagia memainkannya?"
"Mmm bukankah hal wajar jika kita bahagia karena apa yang kita sukai? Jadi apa yang kau sukai Tuan?"
Benjamin menopang dagunya pada piano "bisakah aku menjadikan dirimu sebagai jawabannya?"
Orang tersebut hanya menggelengkan kepalanya lalu akan beranjak sebelum tangannya di tahan oleh sang empu.
"Bisakah aku mengetahui nama indah itu?"
Orang tersebut tertawa "Mungkin kau akan kecewa jika mengetahui namaku! Karena namaku tidak seindah seperti apa yang kau katakan"
Benjamin terdiam karena sekali lagi dirinya terpana! Mendengar suara tawa pada gendang telinganya membuat dirinya merasa hangat.
"Benjamin aldric namaku"
"Jake maurice"
Benjamin tersenyum "Namamu sangat indah! Jake" Ucapnya yang membuat Jake merasa malu dan juga bingung! Apakah orang di depannya ini tidak merasa malu memuji lelaki lain.
setelah pertemuan itu Benjamin selalu mengikuti kelas piano ibunya hanya untuk bertemu dengan Jake maurice. Sampai akhirnya dirinya juga mempelajari piano agar dapat bermain bersama dengan Jake.
Hingga hubungan keduanya pun semakin dekat dan erat! Benjamin yang menjadi menyukai piano membuat Jake merasa bahwa kesukaan keduanya sama.
"Apa yang kau baca?"
Benjamin terkejut ketika melihat tatapan sendu Jake dirinya pun melihat judul buku yang dibaca Jake "The Betrothed" ("I Promessi Sposi"), buku yang Berkisah tentang hubungan antara Renzo dan Lucia, dan perjuangan mereka untuk akhirnya bertemu lagi dan menikah. seperti kutipan kata - kata yang sangat familiar dari buku ini adalah 'Questo matrimonio non s'ha da fare' (pernikahan ini tidak boleh dilakukan)."kenapa kau membaca buku ini lagi? Apa kau sangat menyukainya?"
Jake mengangguk "Aku sangat menyukainya! Bacalah kau juga pasti akan sangat menyukainya dan menyukai karakter Lucia wanita yang tangguh dan setia" Jake menyimpan bukunya di pangkuan Benjamin lalu memeluk kedua lututnya untuk melihat sinar matahari tenggelam di depannya.
"Aku juga sangat menyukai lembayung"
Benjamin hanya menatap orang disampingnya dalam dan siap mendengarkan setiap kata yang disampaikannya agar tersimpan di otaknya.
"Bukankah seharusnya orang - orang bersedih karena akan di tinggalkan cahaya matahari? Tapi mereka malah menyukainya! Kau tahu kenapa?" Jake menatap Benjamin hingga mata mereka bertemu dan saling mengunci
"Karena mereka tahu bahwa matahari itu akan terbit kembali"
Benjamin menatap dalam mata jernih Jake. Dia sebenarnya bisa merasakan ada sesuatu yang di sembunyikan Jake padanya! Namun dirinya tidak ingin bertanya dan lebih baik dirinya sendiri yang mengatakannya.
Jake bangkit dan mengulurkan tangannya di depan benjamin "Kita harus pulang" Ajaknya.
Benjamin terdiam dengan menatap uluran tangan Jake! lalu dirinya menatap kedua mata jernih yang memancarkan kirana.
"Kau melupakan sesuatu tentang lembayung!"
Jake terdiam dengan menatap wajah Benjamin yang disinari lembayung (Matahari tenggelam)
"sebelum matahari tenggelam dirinya memberikan keindahan Sehingga yang di tinggalkan tidak merasa kecewa! Dia juga kembali dengan memberikan kehangatan"
Benjamin bisa melihat bibir ranum dan tebal itu tertarik ke atas! Dibawah sinar jingga dirinya kembali mengaggumi sosok di sempurna Jake Maurice.
Benjamin menatap matahari tenggelam di balkon kamarnya dengan sendu. bahkan sekarang dirinya kembali Renjana pada sosok Jake maurice.
Aku pikir aku mencintai lembayung dan mega di langit namun ternyata aku menyukai orang yang selalu melihat keduanya! Cinta ini selaksa pada orang yang menganggumi semesta.
~Benjamin Aldric~
1851
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA (Keabadian Cinta)
Fanfiction{End} cinta ini selaksa pada orang yang menyukai semesta