typo.
William menghela nafas yang sudah ke sekian kalinya ketika melihat bagaimana Benjamin kembali memainkan jari - jarinya di atas piano.
Dirinya menarik jemari Benjamin agar terhindar dari pianonya! "Tubuhmu belum sembuh sempurna! Kenapa kau memainkan piano setiap detik?"
Benjamin tersenyum dengan melihat tuts pianon"Karena aku merindukannya"
William terdiam "Lupakan dia"
Benjamin menatap William "Kenapa aku harus?"
"Karena kalian tak ditakdirkan"
Benjamin terdiam lalu menatap kembali tuts piano hitam putih di depannya "Melupakannya adalah suatu kemustahilan bagiku!"
Willam menepuk bahunya "Jangan lakukan apapun yang mengingatkan mu padanya! Kau pasti bisa melupakannya"
Benjamin tertawa mendengar penuturan adiknya.
"Kau tahu! Disetiap sudut kota, Di setiap musim, disetiap langkah dan helaan nafasku itu akan mengingatkan ku padanya! Renjana ini semakin menyiksaku setiap detiknya! Karena apapun yang aku lakukan akan ada dirinya dalam ingatan"
William menatap Benjamin yang kini menatapnya. Dia pun bangkit dan pergi meninggalkan William yang terdiam.
Untuk menghilangkan Renjana (Perasaan rindu) bagi seseorang adalah dengan mempertemukannya! William pun memutuskan untuk pergi.
William menghentikan mobilnya! Selama tiga hari mencari tahu tentang Jake maurice akhirnya dirinya menemukannya. rumah yang jauh dari kerumunan seakan orang yang tinggal di pekarangan rumah itu tidak ingin dilihat oleh siapapun.
William membunyikan lonceng rumah dan menunggu sang tuan rumah membuka pintu! Dirinya pun bisa melihat pintu terbuka dengan memperlihatkan wanita cantik yang tersenyum ramah padanya.
"ada yang bisa saya bantu?"
William mengangguk lalu menjabat tangan sang wanita "Saya teman Jake Maurice, William norah"
Sang wanita terkejut lalu langsung mempersilahkan dirinya untuk masuk! Seperti yang di duga rumah besar ini tampak sunyi dan juga dingin seperti tak ada kehidupan.
Wanita tersebut menyajikan teh hangat untuk william! Dia yakin bahwa dirinya tak salah alamat walaupun sangat sulit untuk menemukannya namun hatinya mengatakan bahwa Jake maurice ada disini.
"Apakah Jake ada?" Tanya William yang membuat wanita itu mengangguk.
"saya akan panggilkan! Silahkan nikmati waktumu Tuan"
William mengangguk dan dirinya bisa melihat sang wanita pergi ke bagian belakang rumahnya.
"Tuan maaf! Tapi dirinya tidak ingin bertemu dengan siapapun"
William menghela nafasnya! Dia sudah menduganya namun dirinya tidak ingin menyerah "Bisakah kau katakan padanya! Bahwa William norah sepupu Bejamin aldric, dan ada sesuatu yang ingin dikatakannya! Ini sangat penting tentang kesehatan Bejamin"
Sang wanita tersebut mengangguk lalu kembali memanggil Jake!
"saya sudah tidak mempedulikannya! saya harap anda segera pergi dari sini"
William terkejut dan langsung menoleh ke sumber suara! Dia miris melihat kondisi Jake yang tidak jauh berbeda dengan Kakak sepupunya.
"Maaf jika saya menganggu anda Tuan Jake! Tapi saya hanya ingin meberikan ini padamu" William memberikan undangan pentas piano di paha Jake.
"Tolong datanglah! Dia menyewa seluruh gedung hanya untuk merayakan ulang tahunmu! Dia juga akan memainkan Für Elipse untuk hadiah ulang tahunmu" Tutur William
Jake terdiam dirinya menatap Undangan itu, Lalu dirinya kembali menatap william. "Aku tidak akan datang! Tolong jangan kembali lagi" Jake pun akan beranjak
"Kau masih peduli!! Apa kau takut dia sedih melihat kondisimu?"
Jake terkekeh "terserah apa yang anda katakan! Tapi aku tidak akan pernah menemuinya lagi"
"Anindita" Teriak William yang membuat Jake kembali terhenti.
"Itu yang selalu dikatakan dirinya ketika menatap fotomu, Sekarang kau tahu seberapa besar dia mencintaimu?"
Jake tidak mempedulikan teriakan william dirinya kembali ke kamarnya!
Hanya satu kata yang cocok menggambarkan seorang Jake Maurice yaitu 'Anindita' Kesempurnaan.~Benjamin Aldric~
1851
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA (Keabadian Cinta)
Hayran Kurgu{End} cinta ini selaksa pada orang yang menyukai semesta